32 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Penderita Diabetes Bisa Capai 21,3 Juta

Mulai Serang Anak dan Remaja

JAKARTA – Peringatan dini bagi seluruh penduduk Indonesia. Badan kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) memprediksi jika pada 2030, ada 21,3 juta penduduk Indonesia yang akan terserang diabetes mellitus atau kencing manis.

Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2-PL) Kemenkes Tjandra Yoga Aditama menuturkan, Indonesia menduduki rangking empat dunia untuk kasus ini. Posisi Indoneisa berada di bawah Amerika Serikat, Tiongkok, dan India.

Pemerintah wajar khawatir dengan prediksi ini. Sebab, angka kematian penderita diabetes mellitus kelompok umur 45-54 tahun di daerah perkotaan mencapai 14,7 persen dan di pedasan sekitar 5,8 persen.

“Yang paling mengkhawatirkan, kecenderungan saat ini DM (diabetes mellitus) juga terjadi pada bayi dan anak-anak,” papar Tjandra.

Dia menuturkan, berdasarkan data yang diperoleh unit kerja koordinasi (UKK) Endokrinologi Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), sejak Mei 2009 hingga Februari 2011, terdapat 590 anak dan remaja berumur di bawah 20 tahun menderita diabetes mellitus tipe 1. “Data ini diperkirakan seperti puncak gunung es,” ucap Tjandra. Sehingga, jumlah penderita yang sesungguhnya masih banyak yang belum terdeteksi.

Menilik hasil riset kesehatan dasar (riskesdas) Kemenkes 2010, ditemukan berbagai penyebab meningkatnya pengidap diabetes mellitus. Di antaranya  kelebihan berat badan, merokok, kurang makan buah dan sayur, sering mengkonsumsi makanan dan minuman manis, serta kurangnya aktifitas fisik .

Khusus untuk memperketat peredaran makanan atau minuman dengan bahan pemanis tambahan, pemerintah sejatinya sudah memiliki regulasi baku. Di antaranya yang termuat dalam Permenkes 208/1985 tentang pemanis buatan dan Permenkes 722/1988 tentang bahan tambahan makanan.

Terkait ancaman peningkatan penderita diabetes mellitus, beberapa aturan tadi harus ditinjau ulang atah direvisi. Sebab, saat ini hanya ada empat jenis pemanis buatan yang boleh digunakan untuk penderita diabetes mellitus dan peserta diet rendah kalori. Yakni, aspartaam, sakarin, siklamat, dan sarbitol. “Sementara yang terpenting saat ini adalah, bagaimana dapat melakukan implementasi regulasi ini dengan optimal. Jika diperlukan penyempurnaan, bisa segera dilakukan,” jelas Tjandra.

Mulai Serang Anak dan Remaja

JAKARTA – Peringatan dini bagi seluruh penduduk Indonesia. Badan kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) memprediksi jika pada 2030, ada 21,3 juta penduduk Indonesia yang akan terserang diabetes mellitus atau kencing manis.

Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2-PL) Kemenkes Tjandra Yoga Aditama menuturkan, Indonesia menduduki rangking empat dunia untuk kasus ini. Posisi Indoneisa berada di bawah Amerika Serikat, Tiongkok, dan India.

Pemerintah wajar khawatir dengan prediksi ini. Sebab, angka kematian penderita diabetes mellitus kelompok umur 45-54 tahun di daerah perkotaan mencapai 14,7 persen dan di pedasan sekitar 5,8 persen.

“Yang paling mengkhawatirkan, kecenderungan saat ini DM (diabetes mellitus) juga terjadi pada bayi dan anak-anak,” papar Tjandra.

Dia menuturkan, berdasarkan data yang diperoleh unit kerja koordinasi (UKK) Endokrinologi Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), sejak Mei 2009 hingga Februari 2011, terdapat 590 anak dan remaja berumur di bawah 20 tahun menderita diabetes mellitus tipe 1. “Data ini diperkirakan seperti puncak gunung es,” ucap Tjandra. Sehingga, jumlah penderita yang sesungguhnya masih banyak yang belum terdeteksi.

Menilik hasil riset kesehatan dasar (riskesdas) Kemenkes 2010, ditemukan berbagai penyebab meningkatnya pengidap diabetes mellitus. Di antaranya  kelebihan berat badan, merokok, kurang makan buah dan sayur, sering mengkonsumsi makanan dan minuman manis, serta kurangnya aktifitas fisik .

Khusus untuk memperketat peredaran makanan atau minuman dengan bahan pemanis tambahan, pemerintah sejatinya sudah memiliki regulasi baku. Di antaranya yang termuat dalam Permenkes 208/1985 tentang pemanis buatan dan Permenkes 722/1988 tentang bahan tambahan makanan.

Terkait ancaman peningkatan penderita diabetes mellitus, beberapa aturan tadi harus ditinjau ulang atah direvisi. Sebab, saat ini hanya ada empat jenis pemanis buatan yang boleh digunakan untuk penderita diabetes mellitus dan peserta diet rendah kalori. Yakni, aspartaam, sakarin, siklamat, dan sarbitol. “Sementara yang terpenting saat ini adalah, bagaimana dapat melakukan implementasi regulasi ini dengan optimal. Jika diperlukan penyempurnaan, bisa segera dilakukan,” jelas Tjandra.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/