26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Virus Serang Jaringan Nuklir Iran

AS dan Israel Ketakutan

TEHERAN- Hubungan Iran dengan sejumlah negara-negara Barat dan sejumlah negara seperti Israel dan Amerika Serikat (AS) terus memanas. Pasalnya, sejumlah negara tersebut khawatir program nuklir Iran akan dijadikan senjata paling berbahaya.

Di tengah sorotan sejumlah negara tersebut, pemerintah Iran mengaku situs nuklir mereka diserang senjata cyber, virus Duqu. Akibatnya sekarang ini negara yang dipimpin seorang Presiden Mahmoud Ahmadinejad itu berperang mengatasi virus Duqu tersebut.

“Ia, kami saat ini sedang berperang mengatasi virus Duqu,” kata pejabat Iran, Gholamreza Jalali seperti dilansir laman foxnews.com, Selasa (15/11).

Dia menyebutkan, hingga kini virus paling berbahaya kedua di dunia itu belum ditemukan, tapi serangan virus terus berdampak kepada jaringan komputer dan merusak sejumlah komputer.

Tapi, hingga kini sistem komputer sudah rusak. Duqu masuk secara tersembunyi dan membentuk pintu belakang yang dengan mudah merusak jaringan komputer jika virus ini diklik.

Jalil menerangkan Duqu merupakan virus yang dijadikan senjata (Cyberweapon) untuk mengubah komputer menjadi senjata mematikan dengan dampak yang merusak.

Program baru yang ditemukan oleh Symantec dengan dibantu oleh peneliti yang tidak disebutkan namanya menunjukkan virus ini menggunakan kode yang sama dengan virus Stuxnet pada 2010. Virus Duqu juga dikenal sebagai keturunan dari Stuxnet.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri (Menlu) Prancis memperingatkan bahwa mengambil tindakan kemiliteran terhadap Iran atas kegiatan nuklirnya, akan menyeret dunia ke pusaran tak terkendali.

“Jelas bahwa laporan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) menunjukkan Iran membuat kemajuan dalam membuat senjata nuklir. Itu bahaya besar untuk ketenangan kawasan tersebut dan dunia,” kata Alain Juppe setelah pembicaraan dengan rekan Uni Eropa di Brussels. “Tapi, campur tangan militer akan menjadi hal terburuk dan itu akan menyeret kita ke dalam pusaran tak terkendali,” tambahnya.

Sedangkan Kemenlu Cina pada pekan kedua November menyatakan hukuman tak dapat secara mendasar menyelesaikan sengketa nuklir Iran. Pernyataan Cina dilontarkan setelah pemimpin Barat mendesak perluasan hukuman terhadap Iran atas laporan pengawas PBB bahwa Teheran berusaha membuat bom atom. “Kami selalu percaya pembicaraan dan kerja sama adalah cara tepat untuk memecahkan masalah nuklir Iran. Hukuman tak dapat secara mendasar memecahkan persoalan itu,” kata juru bicara Kemenlu Cina Hong Lei.

Di Indonesia, Komisi I Bidang Luar Negeri DPR mengundang Duta Besar Iran untuk Indonesia Mahmoud Farazandeh ke gedung Dewan. “Kami ingin mendapat penjelasan langsung mengenai perkembangan mutakhir terkait ancaman Israel dan AS yang akan menyerang Iran terkait isu pengembangan nuklir untuk senjata,” ujar Ketua Komisi I DPR RI, Mahfudz Siddiq di gedung DPR.

Farzandeh menjelaskan bahwa Iran adalah negara yang mengembangkan nuklir untuk kepentingan damai. Pengembangan teknologi nuklir Iran sudah dilakukan sejak zaman Shah Iran. Dan pada saat itu negara-negara AS dan Eropa Barat memberikan dukungan yang luar biasa. (bbs/jpnn)

AS dan Israel Ketakutan

TEHERAN- Hubungan Iran dengan sejumlah negara-negara Barat dan sejumlah negara seperti Israel dan Amerika Serikat (AS) terus memanas. Pasalnya, sejumlah negara tersebut khawatir program nuklir Iran akan dijadikan senjata paling berbahaya.

Di tengah sorotan sejumlah negara tersebut, pemerintah Iran mengaku situs nuklir mereka diserang senjata cyber, virus Duqu. Akibatnya sekarang ini negara yang dipimpin seorang Presiden Mahmoud Ahmadinejad itu berperang mengatasi virus Duqu tersebut.

“Ia, kami saat ini sedang berperang mengatasi virus Duqu,” kata pejabat Iran, Gholamreza Jalali seperti dilansir laman foxnews.com, Selasa (15/11).

Dia menyebutkan, hingga kini virus paling berbahaya kedua di dunia itu belum ditemukan, tapi serangan virus terus berdampak kepada jaringan komputer dan merusak sejumlah komputer.

Tapi, hingga kini sistem komputer sudah rusak. Duqu masuk secara tersembunyi dan membentuk pintu belakang yang dengan mudah merusak jaringan komputer jika virus ini diklik.

Jalil menerangkan Duqu merupakan virus yang dijadikan senjata (Cyberweapon) untuk mengubah komputer menjadi senjata mematikan dengan dampak yang merusak.

Program baru yang ditemukan oleh Symantec dengan dibantu oleh peneliti yang tidak disebutkan namanya menunjukkan virus ini menggunakan kode yang sama dengan virus Stuxnet pada 2010. Virus Duqu juga dikenal sebagai keturunan dari Stuxnet.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri (Menlu) Prancis memperingatkan bahwa mengambil tindakan kemiliteran terhadap Iran atas kegiatan nuklirnya, akan menyeret dunia ke pusaran tak terkendali.

“Jelas bahwa laporan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) menunjukkan Iran membuat kemajuan dalam membuat senjata nuklir. Itu bahaya besar untuk ketenangan kawasan tersebut dan dunia,” kata Alain Juppe setelah pembicaraan dengan rekan Uni Eropa di Brussels. “Tapi, campur tangan militer akan menjadi hal terburuk dan itu akan menyeret kita ke dalam pusaran tak terkendali,” tambahnya.

Sedangkan Kemenlu Cina pada pekan kedua November menyatakan hukuman tak dapat secara mendasar menyelesaikan sengketa nuklir Iran. Pernyataan Cina dilontarkan setelah pemimpin Barat mendesak perluasan hukuman terhadap Iran atas laporan pengawas PBB bahwa Teheran berusaha membuat bom atom. “Kami selalu percaya pembicaraan dan kerja sama adalah cara tepat untuk memecahkan masalah nuklir Iran. Hukuman tak dapat secara mendasar memecahkan persoalan itu,” kata juru bicara Kemenlu Cina Hong Lei.

Di Indonesia, Komisi I Bidang Luar Negeri DPR mengundang Duta Besar Iran untuk Indonesia Mahmoud Farazandeh ke gedung Dewan. “Kami ingin mendapat penjelasan langsung mengenai perkembangan mutakhir terkait ancaman Israel dan AS yang akan menyerang Iran terkait isu pengembangan nuklir untuk senjata,” ujar Ketua Komisi I DPR RI, Mahfudz Siddiq di gedung DPR.

Farzandeh menjelaskan bahwa Iran adalah negara yang mengembangkan nuklir untuk kepentingan damai. Pengembangan teknologi nuklir Iran sudah dilakukan sejak zaman Shah Iran. Dan pada saat itu negara-negara AS dan Eropa Barat memberikan dukungan yang luar biasa. (bbs/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/