29 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Pertamina Digitalisasi SPBU di Indonesia, Sumut Target 700 SPBU pada Bulan April

Pertamina

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – PT Pertamina (Persero) tengah melakukan digitalisasi Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Indonesia. Untuk di Sumatera Utara (Sumut), hingga bulan April 2020, Pertamina menargetkan 700 SPBU.

“Pembayaran digital di Indonesia sudah mencapai 3.600 SPBU, yang bisa akses pembayaran digital oleh masyarakat. Hal ini dilakukan untuk memberi pelayanan terbaik kepada masyarakat,” kata Direktur Pemasaran Retail PT Pertamina, Mas’ud Khamid, kepada wartawan, Selasa (18/2).

Khamid mengungkapkan, bulan April nanti digitalisasi sudah bisa diakses di 5.518 SPBU di tanah air. “Khusus di Sumut, ada sekitar 7 hingga 8 persen dari total SPBU yang digitalkan atau 700 SPBU,” tutur Khamid.

Menurut Khamid, digitalisasi tidak saja untuk sistem pembayaran saja, namun juga dipasang pada perangkat digital di SPBU, termasuk tangki. Tujuannya, untuk mengukur isi dari volume tangki. Melalui perangkat data processing yang dinamakan POS (Point of Sales), Pertamina bisa melihat transaksi per nozzle stock.

“Ke depan, kita bisa tambah perangkat yang bisa melihat plat nomor yang membeli produk tersebut. Dari plat nomor, kita connect ke data pemilik kendaraan data dari Korlantas,” jelas Khamid.

Digitalisasi ini, jelas Khamid, dilengkapi perangkat e-payment yaitu EDC. Pertamina menggunakan sistem Android EDC yang nanti dapat comply dengan seluruh metode pembayaran, baik kartu kredit, debit, maupun LinkAja.

“Ke depannya, Pertamina akan memiliki minimal tiga data, yaitu data stock, data pengguna BBM khususnya yang bersubsidi, dan data profiling konsumen,” ungkap Khamid.

Data profil konsumen ini manfaatnya banyak. Antara lain untuk kepentingan Pertamina agar lebih tepat melayani customer yang tepat. Selain itu Pertamina bisa membuat up selling dan cross selling product. “Pertamina bisa dengan mudah membuat program royalti, karena data profilnya sudah ada,” jelas Khamid.

Di sisi lain, untuk pemasaran Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia, saat ini masih didominasi perusahaan plat merah. Untuk itu, pelayanan terbaik dapat dikendalikan sendiri Pertamina kepada masyarakat.

“Saat ini tidak ada operator yang penguasaan pasar sampai 50 persen. Pertamina mampu melayani sampai 80 persen pangsa pasar di Indonesia. Ke depan, persaingan adalah di pelayanan dan kemudahan, termasuk digital,” ungkap Khamid.

Melalui digitalisasi SPBU, Khamid menambahkan penyaluran BBM dari tiap nozzle atau selang SPBU dapat tercatat secara akurat dan mendekati waktu faktual. Sehingga konsumen mendapat manfaat peningkatan kepastian takaran.

“Pertamina juga dapat meningkatkan pengawasan atas penyaluran BBM. Sistem ini terintegrasi secara nasional hingga dapat dimonitor di pusat,” tandas Khamid. (gus)

Pertamina

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – PT Pertamina (Persero) tengah melakukan digitalisasi Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Indonesia. Untuk di Sumatera Utara (Sumut), hingga bulan April 2020, Pertamina menargetkan 700 SPBU.

“Pembayaran digital di Indonesia sudah mencapai 3.600 SPBU, yang bisa akses pembayaran digital oleh masyarakat. Hal ini dilakukan untuk memberi pelayanan terbaik kepada masyarakat,” kata Direktur Pemasaran Retail PT Pertamina, Mas’ud Khamid, kepada wartawan, Selasa (18/2).

Khamid mengungkapkan, bulan April nanti digitalisasi sudah bisa diakses di 5.518 SPBU di tanah air. “Khusus di Sumut, ada sekitar 7 hingga 8 persen dari total SPBU yang digitalkan atau 700 SPBU,” tutur Khamid.

Menurut Khamid, digitalisasi tidak saja untuk sistem pembayaran saja, namun juga dipasang pada perangkat digital di SPBU, termasuk tangki. Tujuannya, untuk mengukur isi dari volume tangki. Melalui perangkat data processing yang dinamakan POS (Point of Sales), Pertamina bisa melihat transaksi per nozzle stock.

“Ke depan, kita bisa tambah perangkat yang bisa melihat plat nomor yang membeli produk tersebut. Dari plat nomor, kita connect ke data pemilik kendaraan data dari Korlantas,” jelas Khamid.

Digitalisasi ini, jelas Khamid, dilengkapi perangkat e-payment yaitu EDC. Pertamina menggunakan sistem Android EDC yang nanti dapat comply dengan seluruh metode pembayaran, baik kartu kredit, debit, maupun LinkAja.

“Ke depannya, Pertamina akan memiliki minimal tiga data, yaitu data stock, data pengguna BBM khususnya yang bersubsidi, dan data profiling konsumen,” ungkap Khamid.

Data profil konsumen ini manfaatnya banyak. Antara lain untuk kepentingan Pertamina agar lebih tepat melayani customer yang tepat. Selain itu Pertamina bisa membuat up selling dan cross selling product. “Pertamina bisa dengan mudah membuat program royalti, karena data profilnya sudah ada,” jelas Khamid.

Di sisi lain, untuk pemasaran Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia, saat ini masih didominasi perusahaan plat merah. Untuk itu, pelayanan terbaik dapat dikendalikan sendiri Pertamina kepada masyarakat.

“Saat ini tidak ada operator yang penguasaan pasar sampai 50 persen. Pertamina mampu melayani sampai 80 persen pangsa pasar di Indonesia. Ke depan, persaingan adalah di pelayanan dan kemudahan, termasuk digital,” ungkap Khamid.

Melalui digitalisasi SPBU, Khamid menambahkan penyaluran BBM dari tiap nozzle atau selang SPBU dapat tercatat secara akurat dan mendekati waktu faktual. Sehingga konsumen mendapat manfaat peningkatan kepastian takaran.

“Pertamina juga dapat meningkatkan pengawasan atas penyaluran BBM. Sistem ini terintegrasi secara nasional hingga dapat dimonitor di pusat,” tandas Khamid. (gus)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/