GUNUNGSITOLI, SUMUTPOS.CO – Hujan deras disertai angin puting beliung, merusakkan sebanyak 53 rumah rusak di Desa Moawo, Kecamatan Gunungsitoli, Kota Gunungsitoli, Rabu (19/2) dini hari.
Meski tak ada korban jiwa maupun luka-luka, bencana tersebut merugikan warga hingga ratusan juta rupiah.
Kepala Desa Moawo, Arisman Telaumbanua kepada Sumut Pos saat dihubungi mengungkapkan, akibat terjangan angin puting beliung sebanyak 53 rumah mengalami kerusakan berat, ringan dan sedang.“Korban jiwa maupun korban luka tidak ada, namun kerugian materil mencapai ratusan. Sampai tadi sore yang sudah kami data ada 53 KK yang rumahnya rusak, data itu sudah kami sampaikan pada rapat di Kantor BPBD. Selanjutnya akan disampaikan ke pak Wali Kota,”terangnya.
Menurut Arisman, hingga sore hari belum ada bantuan kepada warga yang mengalami musibah alam tersebut. Namun beberapa unsur dari Pemko Gunungsitoli sudah mengunjungi Desa Moawo. “Tadi pak Camat sudah berkunjung, BPBD, Dinas Sosial dan juga dari Puskresmas. Bantuan yang sudah sampai hanya tenda dari BPBD. Kecuali dari karang taruna, ada bantuan telur dan indomie,”pungkasnya.
Arisman menjelaskan, warga yang rumahnya rusak telah diungsikan ke masjid dan rumah warga lainnya. Sedangkan bantuan dari Pemerintah Kota Gunungsitoli, sangat dibutuhkan warga. “Untuk sementara mereka kita tempatkan di masjid, dan sebagiaan menginap di rumah tetangga. Bantuan dari pemerintah sangat dibutuhkan warga, mudah-mudahan besok sudah ada petunjuk dari Pemko Gunungsitoli,” harapnya.
Terpisah, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Binaka Gunungsitoli, Samsudin mengatakan, pada dasarnya angin puting beliung sulit diperediksi. “Karena kejadiannya cepat dan bersifat lokal, angin puting beliung sendiri sangat sulit diprediksi,”kata Samsudin kepada Sumut Pos melalui pesan whatshapp, Kamis (19/2).
Meski demikian, sebelum peristiwa itu terjadi di Desa Moawo, BMKG Binaka Gunungsitoli mendeteksi ada pertumbuhan awan hujan yang sangat banyak tutupannya di langit kepulauan Nias. “Kejadian malam kemarin memang terdeteksi, pertumbuhan awan hujan yang sangat banyak tutupannya di kepulauan Nias mulai dari tengah malam sampai dini hari. Peringatan dini dalam bentuk peringatan hujan sedang-lebat dan angin kencang pun sudah kami sampaikan ke dinas penanggulanan bencana terkait, via teks pesan,” ungkap Samsudin.
Menurutnya, Pertumbuhan puting beliung sendiri erat kaitannya dengan pertumbuhan awan cumulinimbus atau awan hujan. Sedangkan angin dikategorikan sebagai puting beliung, dapat dilihat dari gerakan putarannya yang terpusat dengan jarak pendek 5-10 km, dalam tempo kurang dari 10 menit. “Kerusakan yang ditimbulkan bisa mengakibatkan rumah sampai roboh, dan bahkan pohon dapat tercabut dari akarnya,” jelasnya.
Kepala BMKG Binaka Gunungsitoli, mengimbau masyarakat untuk proaktif mengamati cuaca, terutama yang bermukim di pinggir laut. “Kami sarankan untuk mengamati cuaca sekitar jika tiba-tiba muncul awan cumulinimbus padahal cuaca sebelumnya cerah, segera mencari tempat berlindung. Karena potensi muncul angin kencang yang sama bisa terjadi,”imbaunya.
Kepala Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Kota Gunungsitoli, Faoziduhu Telumbanua, saat dihubungi Sumut Pos mengaku sedang sibuk, diacara pernikahan anak Wali Kota Gunungsitoli, sehingga belum bisa menjelaskan terkait peristiwa yang menimpa warga Desa Moawo itu. “Maaf pak, saya sedang hadiri acara pernikahan anak pak Wali,” kaat Faoziduhu. (adl/han)