MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sejak meluncurnya Tim Pemburu Preman Satuan Sabhara Polrestabes Medan untuk menangkap pelaku pungli yang meresahkan warga Medan. Nyatanya membawa suasana aman dan kondusif di Kota Medan. Kelompok preman jalanan yang suka pungli dan ditakuti warga sudah tiarap dan tidak nampak lagi di pusat perdagangan di Kota Medan.
“Mereka (preman) sudah mulai sadar melakukan pungli berurusan dengan pihak kepolisian, “ ucap Kasat Sabhara Polrestabes Medan, AKBP Sonny W Siregar kepada wartawan, Jumat (13/3)n
AKBP Sonny W Siregar menambahkan, pada preman jalanan maupun preman kampung yang meresahkan yang terjaring dibina dan diberikan sanksi sebagai pekerja sosial untuk membersihkan tempat yang sudah ditentukan tersebut.
Sehingga, dengan cara begitu, aksi pungli yang dilakukan oleh preman jalanan di pusat perdagangan maupun di pasar tradisional yang banyak di Kota Medan ini mulai berkurang. Bahkan tidak ada lagi pungli yang dilakukan preman kepada warga Kota Medan.
Karena itu, Satuan Sabhara Polrestabes Medan tidak akan tinggal diam untuk menciptakan suasana aman dan kondusif di Kota Medan. Diharapkan juga warga Kota Medan jangan pernah takut kepada preman yang melakukan pungli tersebut.
“Laporkan, Tim Pemburu Preman Satuan Sabhara Polrestabes Medan breaksi untuk menindak para preman jalanan yang terlibat pungli, “ pungkasnya.
Aksi premanisme yang begitu marak terjadi di Kota Medan turut menimpa sejumlah seniman film saat melakukan proses shooting di kawasan Lapangan Merdeka Kota Medan.
Hal ini pun menjadi perhatian serius bagi Ketua Komisi I DPRD Medan, Rudiyanto Simangunsong, S.Pd.I. Menurutnya, aksi premanisme yang jelas-jelas terjadi di jantung Kota Medan, membuktikan bahwa saat ini Kota Medan sedang tidak sedang dalam kondisi yang aman.
“Tentunya kita prihatin dengan viralnya informasi sejumlah seniman film yang sedang mengambil adegan di Lapangan Merdeka. Premanisme di jantung Kota Medan ini menunjukan kepada kita bahwa Kota Medan sedang tidak baik-baik saja,” ucap Rudiyanto kepada Sumut Pos, Jumat (13/03).
Dikatakan Rudiyanto, Lapangan Merdeka yang merupakan ruang terbuka dan fasilitas umum untuk beraktivitasnya warga Kota Medan, seharusnya menjadi tempat yang aman, nyaman dan bersahabat bagi setiap orang yang berada disana.
“Taman-taman Kota dan fasilitas umum lainnya seharusnya menjadi tempat yang istimewa bagi warga Kota untuk beraktivitas dan berkreasi. Aksi premanisme yang saat ini masih terjadi di Kota Medan, jelas-jelas telah mencoreng muka Kota Medan. Ini cukup memalukan buat Kota Medan,” ujarnya.
Namun, Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Medan yakin bahwa terkait kasus ini, Kapolrestabes dan para jajarannya di Kota Medan akan dengan bijaksana melaksanakan program utama Kapolda Sumut, bahwa tidak ada tempat bagi kejahatan di Sumatera Utara.
“Kita minta kejadian ini diselesaikan dengan baik dan razia premanisme bisa lebih dirutinkan. Kita yakin kepolisian bisa menyelesaikan masalah ini, masyarakat harus diberi rasa aman,” harapnya.
Disisi lain, anggota Komisi III DPRD Medan, Hendri Duit mengatakan, maraknya premanisme di Kota Medan bisa membuat pengunjung atau wisatawan dari luar Kota Medan enggan untuk datang dan berkunjung ke Kota Medan akibat dibilang bukan merupakan Kota yang ramah pengunjung.
“Kalau lah kita ini bukan orang Medan, lalu kita sering mendengar kalau di Medan itu tidak aman karena banyak premannya, pasti kita tidak mau ke Medan untuk berwisata, pasti kita akan memilih kota-kota lainnya yang kita rasa lebih aman dan bersahabat,” jelasnya.
Hendri meminta agar Pemerintah Kota Medan terus berkoordinasi dengan pihak kepolisian Kota Medan agar terus memberanras aksi premanisme di Kota Medan.
“Apalagi saat ini Pemko ingin meningkatkan sektor Pariwisata di Kota Medan, kita di Komisi III tidak mau aksi premanisme terus ada di sini dan seolah tak juga terselesaikan di Kota Medan, ini pasti akan mengganggu sektor pariwisata di Medan. Ini tak boleh terjadi, keamanan harus diutamakan, sektor pariwisata hads berkembang di Kota Medan,” pungkasnya.
Seperti diketahui, aksi premanisme menimpa sejumlah kru film A Thousand Midnights in Kesawan yang sedang mengambil adegan syuting Selasa (10/3) malam di Lapangan Merdeka, Kota Medan.
Beberapa kru dan pemain untuk pengambilan gambar beberapa scene terpaksa molor. Pasalnya, tak lama tim produksi setting lokasi, muncul 4 orang pemuda berusia 30-an tahun meminta sejumlah uang, proses shooting pun terpaksa dihentikan dan tertunda hingga beberapa jam. (map/ila)