26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Assad Siap Mati

Lawan Keputusan Liga Arab

DAMASKUS – Presiden Syria Bashar Al Assad mengabaikan batas  waktu yang diberikan Liga Arab agar menghentikan tindakan represif terhadap demonstran, yakni Sabtu (19/11). Penguasa berusia 46 tahun tersebut bahkan menyatakan siap melawan sampai mati demi Syria jika ada pihak luar yang ingin mengintervensi urusan dalam negerinya.

“Saya pastikan (perlawanan) itu dan ini tidak bisa diubah lagi,” tandas putra almarhum Presiden Hafez Al Assad itu dalam wawancara dengan Sunday Times London yang dilakukan sebelum deadline dari Liga Arab terlewati.
Assad menyatakan sejatinya meratapi setiap tetes darah rakyat Syria yang tertumpah. Namun, dia tetap berpendirian bahwa Damaskus harus terus menumpas geng pemberontak bersenjata dan menciptakan ketenteraman bagi masyarakat.

“Konflik sekaligus tekanan untuk menjatuhkan (pemerintah) Syria akan terus berlanjut,” lanjutnya. “Saya pastikan bahwa Syria tidak akan menyerah dan terus melawan tekanan yang dtujukan kepada kami,” serunya.
Assad menuduh Liga Arab sengaja menciptakan kondisi agar terjadi intervensi militer Barat di Syria yang menurutnya akan mengakibatkan “gempa bumi” di Timur Tengah.

Tentang tekanan internasional terhadap Syria, setelah berbicara dengan Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin di Moskow, Perdana Menteri Prancis Francois Fillon mengatakan bahwa itu sudah tidak bisa dihindarkan.  “Kami sudah merancang resolusi di PBB. Kami berharap mendapatkan dukungan sebanyak-banyaknya,” terangnya.
Dengan meluasnya perlawanan tentara pemberontak terhadap militer pro-Assad, Turki dan Amerika Serikat mengingatkan ancaman perang  saudara. Sementara itu, Rusia meminta dua pihak yang berseteru untuk saling menahan diri dalam melakukan dialog.

Rusia memang berkali-kali menentang adanya intervensi internasional dalam penyelesaian krisis Syria. Sebab, mereka menganggap, langkah tersebut bakal memuluskan jalan pengiriman militer seperti yang terjadi di Libya di bawah mandat PBB.  “Kami menyerukan semua pihak mengendalikan diri. Ini adalah posisi kami,” terang Putin sehari setelah menteri luar negerinya Sergey Lavrov, menyamakan situasi Syria dengan perang sipil.

Di sisi  lain, kekerasan tetap terjadi  saat deadline Liga Arab tiga hari terhitung Kamis (17/11) terlewati. Sedikitnya 17 orang tewas pada Sabtu lalu (19/11), saat kontak senjata terjadi di Kota Shayzar. Di antara korban tewas adalah empat agen intelijen pemerintah yang mobilnya diberondong tembakan kelompok pria bersenjata.
Selain itu, dua tentara pendukung demonstran tewas karena saling serang dengan pasukan pro-Assad.
Kekerasan terakhir menambah panjang korban tewas lantaran represi pemerintah Syria terhadap para demonstran prodemokrasi sejak Maret lalu. Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan, lebih dari 3.500 orang meninggal karena kekerasan tersebut.

Tindakan represif juga terjadi beberapa jam sebelum batas waktu yang diberikan Liga Arab kepada Syria berakhir. Blok negara Arab mengancam menjatuhkan sanksi jika kekerasan terhadap demonstran tetap berlanjut.
Sementara itu, seperti dilansir Associated Press, menambah ketegangan di Syria, dua ledakan besar membangunkan tidur penduduk Damaskus kemarin pagi. Aktivis kemanusiaan menyatakan, sebuah gedung besar milik Partai Baath yang berkuasa menjadi target serangan granat.

Tidak ada informasi detail mengenai laporan tersebut. Sejumlah saksi mata menyatakan, gedung itu tidak mengalami kerusakan berarti dan tidak ada pengerahan aparat keamanan berlebihan setelah ledakan tersebut. (cak/c10/ami/jpnn)

Lawan Keputusan Liga Arab

DAMASKUS – Presiden Syria Bashar Al Assad mengabaikan batas  waktu yang diberikan Liga Arab agar menghentikan tindakan represif terhadap demonstran, yakni Sabtu (19/11). Penguasa berusia 46 tahun tersebut bahkan menyatakan siap melawan sampai mati demi Syria jika ada pihak luar yang ingin mengintervensi urusan dalam negerinya.

“Saya pastikan (perlawanan) itu dan ini tidak bisa diubah lagi,” tandas putra almarhum Presiden Hafez Al Assad itu dalam wawancara dengan Sunday Times London yang dilakukan sebelum deadline dari Liga Arab terlewati.
Assad menyatakan sejatinya meratapi setiap tetes darah rakyat Syria yang tertumpah. Namun, dia tetap berpendirian bahwa Damaskus harus terus menumpas geng pemberontak bersenjata dan menciptakan ketenteraman bagi masyarakat.

“Konflik sekaligus tekanan untuk menjatuhkan (pemerintah) Syria akan terus berlanjut,” lanjutnya. “Saya pastikan bahwa Syria tidak akan menyerah dan terus melawan tekanan yang dtujukan kepada kami,” serunya.
Assad menuduh Liga Arab sengaja menciptakan kondisi agar terjadi intervensi militer Barat di Syria yang menurutnya akan mengakibatkan “gempa bumi” di Timur Tengah.

Tentang tekanan internasional terhadap Syria, setelah berbicara dengan Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin di Moskow, Perdana Menteri Prancis Francois Fillon mengatakan bahwa itu sudah tidak bisa dihindarkan.  “Kami sudah merancang resolusi di PBB. Kami berharap mendapatkan dukungan sebanyak-banyaknya,” terangnya.
Dengan meluasnya perlawanan tentara pemberontak terhadap militer pro-Assad, Turki dan Amerika Serikat mengingatkan ancaman perang  saudara. Sementara itu, Rusia meminta dua pihak yang berseteru untuk saling menahan diri dalam melakukan dialog.

Rusia memang berkali-kali menentang adanya intervensi internasional dalam penyelesaian krisis Syria. Sebab, mereka menganggap, langkah tersebut bakal memuluskan jalan pengiriman militer seperti yang terjadi di Libya di bawah mandat PBB.  “Kami menyerukan semua pihak mengendalikan diri. Ini adalah posisi kami,” terang Putin sehari setelah menteri luar negerinya Sergey Lavrov, menyamakan situasi Syria dengan perang sipil.

Di sisi  lain, kekerasan tetap terjadi  saat deadline Liga Arab tiga hari terhitung Kamis (17/11) terlewati. Sedikitnya 17 orang tewas pada Sabtu lalu (19/11), saat kontak senjata terjadi di Kota Shayzar. Di antara korban tewas adalah empat agen intelijen pemerintah yang mobilnya diberondong tembakan kelompok pria bersenjata.
Selain itu, dua tentara pendukung demonstran tewas karena saling serang dengan pasukan pro-Assad.
Kekerasan terakhir menambah panjang korban tewas lantaran represi pemerintah Syria terhadap para demonstran prodemokrasi sejak Maret lalu. Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan, lebih dari 3.500 orang meninggal karena kekerasan tersebut.

Tindakan represif juga terjadi beberapa jam sebelum batas waktu yang diberikan Liga Arab kepada Syria berakhir. Blok negara Arab mengancam menjatuhkan sanksi jika kekerasan terhadap demonstran tetap berlanjut.
Sementara itu, seperti dilansir Associated Press, menambah ketegangan di Syria, dua ledakan besar membangunkan tidur penduduk Damaskus kemarin pagi. Aktivis kemanusiaan menyatakan, sebuah gedung besar milik Partai Baath yang berkuasa menjadi target serangan granat.

Tidak ada informasi detail mengenai laporan tersebut. Sejumlah saksi mata menyatakan, gedung itu tidak mengalami kerusakan berarti dan tidak ada pengerahan aparat keamanan berlebihan setelah ledakan tersebut. (cak/c10/ami/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/