30.5 C
Medan
Saturday, September 28, 2024

APPI Kritik Pembayaran Gaji 25 Persen, PSMS: Tak Perlu Diributkan

LATIHAN: Para pemain PSMS Medan saat menjalani latihan di Stadion Mini Kebun Bunga Medan, beberapa waktu lalu. triadi wibowo/sumut pos
LATIHAN: Para pemain PSMS Medan saat menjalani latihan di Stadion Mini Kebun Bunga Medan, beberapa waktu lalu. triadi wibowo/sumut pos

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Keputusan PSSI terkait bolehnya klub Liga 1 dan Liga 2, membayar hanya 25 persen gaji pemain dan official sejak Maret lalu, akibat pandemi virus corona saat ini, dikritik Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI).

Menurut APPI, harusnya PSSI melibatkan mereka dan para pemain maupun perwakilan, dalam mengambil kebijakan pemotongan gaji tersebut.

Apalagi menurut asosiasi yang dipimpin Firman Utina itu, dalam praktiknya, malah ada klub yang menggaji pemainnya hanya 10 persen dari gaji yang tertera di kontrak.

Menanggapi protes APPI terhadap keputusan yang sudah ditetapkan PSSI tersebut, Manajemen PSMS Medan ikut berbicara. Sekretaris Umum (Sekum) PSMS, Julius Raja menilai, APPI seharusnya tidak perlu meributkan keputusan PSSI itu. Menurutnya, keputusan penetapan gaji merupakan kebijakan PSSI, bukan APPI.

Menurut King, sapaan karib Julius Raja, Namun jika ada klub yang tidak menjalankan kebijakan tersebut, dan tidak membayar gaji pemainnya, barulah APPI menjembatani kondisi tersebut antara pemain dan klub.

“Protes APPI ini, menurut saya hanya karena tidak dilibatkan waktu mengambil keputusan. Sebenarnya itu tak perlu diributkan, kecuali klub lalai bayar (gaji pemain). Kalau soal kebijakan, itu kan hak prerogatif PSSI,” ungkap King, Senin (13/4).

King pun menegaskan, kebijakan pemotongan gaji pemain itu bukan ranah APPI. Menurutnya, APPI terlalu jauh mencampuri ranah PSSI.

“APPI bilang, ‘kenapa kami tak dilibatkan?’ Ya bagaimana mau dilibatkan, kan itu urusan PSSI. APPI mengganggap, kenapa hanya dibayar 25 persen? Tapai menurut saya, itu merupakan satu kebijakan yang paling baik dari PSSI,” katanya.

Sementara itu, seorang kitman PSMS, Abraham, yang gajinya relatif rendah dan ikut dipotong, hanya bisa pasrah dan tetap bersyukur.

“Ya, gaji saya juga dipotong. Sudah gaji saya kecil, dipotong lagi. Tapi mau bagaimana lagi? Ini semua karena virus corona. Tapi saya tetap bersyukur, masih digaji PSMS,” ungkapnya, Minggu (12/4) lalu.

Pria yang bertugas menyiapkan peralatan bagi para pemain ini, juga mengatakan, akibat pemotongan tersebut, kini dia hanya mendapatkan Rp1,5 juta dari gajinya (Rp2,5 juta per bulan).

“Dengan gaji segitu, pening juga untuk memenuhi kebutuhan keluarga selama sebulan. Saya tidak ada kerjaan sampingan. Cuma dari sini saja saya ada penghasilan, sambil membantu PSMS,” beber Abraham.

Abraham pun berharap, wabah virus corona ini dapat segera berakhir.

“Mudah-mudahan wabah ini cepat selesai. Jangan sampai lama kali, pusing juga ke depannya,” pungkas kitman yang telah mengabdi ke PSMS selama 7 tahun terakhir. (tnc/saz)

LATIHAN: Para pemain PSMS Medan saat menjalani latihan di Stadion Mini Kebun Bunga Medan, beberapa waktu lalu. triadi wibowo/sumut pos
LATIHAN: Para pemain PSMS Medan saat menjalani latihan di Stadion Mini Kebun Bunga Medan, beberapa waktu lalu. triadi wibowo/sumut pos

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Keputusan PSSI terkait bolehnya klub Liga 1 dan Liga 2, membayar hanya 25 persen gaji pemain dan official sejak Maret lalu, akibat pandemi virus corona saat ini, dikritik Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI).

Menurut APPI, harusnya PSSI melibatkan mereka dan para pemain maupun perwakilan, dalam mengambil kebijakan pemotongan gaji tersebut.

Apalagi menurut asosiasi yang dipimpin Firman Utina itu, dalam praktiknya, malah ada klub yang menggaji pemainnya hanya 10 persen dari gaji yang tertera di kontrak.

Menanggapi protes APPI terhadap keputusan yang sudah ditetapkan PSSI tersebut, Manajemen PSMS Medan ikut berbicara. Sekretaris Umum (Sekum) PSMS, Julius Raja menilai, APPI seharusnya tidak perlu meributkan keputusan PSSI itu. Menurutnya, keputusan penetapan gaji merupakan kebijakan PSSI, bukan APPI.

Menurut King, sapaan karib Julius Raja, Namun jika ada klub yang tidak menjalankan kebijakan tersebut, dan tidak membayar gaji pemainnya, barulah APPI menjembatani kondisi tersebut antara pemain dan klub.

“Protes APPI ini, menurut saya hanya karena tidak dilibatkan waktu mengambil keputusan. Sebenarnya itu tak perlu diributkan, kecuali klub lalai bayar (gaji pemain). Kalau soal kebijakan, itu kan hak prerogatif PSSI,” ungkap King, Senin (13/4).

King pun menegaskan, kebijakan pemotongan gaji pemain itu bukan ranah APPI. Menurutnya, APPI terlalu jauh mencampuri ranah PSSI.

“APPI bilang, ‘kenapa kami tak dilibatkan?’ Ya bagaimana mau dilibatkan, kan itu urusan PSSI. APPI mengganggap, kenapa hanya dibayar 25 persen? Tapai menurut saya, itu merupakan satu kebijakan yang paling baik dari PSSI,” katanya.

Sementara itu, seorang kitman PSMS, Abraham, yang gajinya relatif rendah dan ikut dipotong, hanya bisa pasrah dan tetap bersyukur.

“Ya, gaji saya juga dipotong. Sudah gaji saya kecil, dipotong lagi. Tapi mau bagaimana lagi? Ini semua karena virus corona. Tapi saya tetap bersyukur, masih digaji PSMS,” ungkapnya, Minggu (12/4) lalu.

Pria yang bertugas menyiapkan peralatan bagi para pemain ini, juga mengatakan, akibat pemotongan tersebut, kini dia hanya mendapatkan Rp1,5 juta dari gajinya (Rp2,5 juta per bulan).

“Dengan gaji segitu, pening juga untuk memenuhi kebutuhan keluarga selama sebulan. Saya tidak ada kerjaan sampingan. Cuma dari sini saja saya ada penghasilan, sambil membantu PSMS,” beber Abraham.

Abraham pun berharap, wabah virus corona ini dapat segera berakhir.

“Mudah-mudahan wabah ini cepat selesai. Jangan sampai lama kali, pusing juga ke depannya,” pungkas kitman yang telah mengabdi ke PSMS selama 7 tahun terakhir. (tnc/saz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/