MEDAN, SUMUTPOS.CO – Antusiasme warga Kota Medan masih rendah mengikuti rapid test Covid-19 secara massal yang digelar di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (RS USU), sejak Selasa (9/6) lalu. Hingga hari ketiga, Kamis (11/6), tercatat masih 800 warga Medan yang mengikuti pemeriksaan tes cepat tersebut.
Humas RS USU M Zeinizen mengakui, antusiasme masyarakat Medan masih rendah. Sebab, melihat angka dan pemetaan, seharusnya jumlah peserta rapid test secara gratis ini lebih dari 1.000 orang. “Jumlah orang yang rapid test sejak hari pertama sampai Kamis mencapai 800-an,” ujarnya, Kamis (11/6).
Zein mengimbau, warga Medan untuk ikut rapid test massal hari ini. Sebab, Jumat (12/6) ini merupakan hari terakhir digelar hingga pukul 12.00 WIB. “Kita akan evaluasi, apakah nantinya digelar kembali atau bagaimana,” ucapnya.
Disinggung berapa banyak warga Medan yang reaktif dari hasil tes cepat Covid-19 tersebut, Zein enggan membeberkan. Alasannya, hal itu direksi yang berhak menyampaikan dari kegiatan yang merupakan bagian dari pengabdian masyarakat USU.
Dikatakannya, sebetulnya banyak warga yang ingin mengikuti rapid test. Akan tetapi, mereka pulang setelah mendengar hasil tes pihak RS USU tidak mengeluarkan surat. “RS USU tidak mengeluarkan surat keterangan bebas Covid-19. Pemeriksaan ini merupakan salah satu bentuk partisipasi USU dalam penanganan Covid-19, agar dapat mengetahui apakah seseorang terindikasi atau tidak. Semoga bisa membantu seluruh masyarakat yang memerlukan kepastian tersebut,” tandasnya.
Dapat Bantuan Alat PCR
Sementara itu, RS USU mendapat bantuan satu unit alat Polymerase Chain Reaction (PCR) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Bantuan alat tersebut, diserahkan melalui dr Sofyan Tan selaku Anggota Komisi X DPR RI.
Menurut Sofyan Tan, penyerahan bantuan satu alat PCR ini sebagai langkah percepatan dalam mendeteksi warga yang terindikasi kasus Covid-19 khususnya di Sumut. “Ini adalah kesempatan yang saya miliki sebagai anggota DPR untuk memberikan bantuan sekaligus turut serta membangun RS USU menjadi lebih baik lagi ke depannya,” ujar Sofyan Tan.
Dikatakan dia, 1 unit PCR ini menjadi bagian bantuan yang dibeli dari Kemendikbud sebanyak 5 unit. Karenanya, bantuan ini menjadikan RS USU sebagai satu-satunya rumah sakit pendidikan di luar Jawa yang mendapatkannya. Ia berharap, agar bantuan alat PCR ini dapat mempermudah dan mempercepatproses pemeriksaan yang dilakukan tim medis. “Jika sebelumnya dengan alat PCR yang dimiliki RS USU, sampel yang diperiksa sebanyak lebih kurang 300-an per hari dengan tambahan ini bisa menjadi 500 sampel,” tuturnya.
Dirut RS USU, Dr dr Syah Mirsya Warli SpU(K) menyambut baik bantuan yang diberikan tersebut. Adanya bantuan ini, tentu dapat membantu rumah sakit untuk segera mengeluarkan hasil pemeriksaan dengan cepat. “Bantuna ini jelas menambah cakupan Rumah Sakit USU untuk bisa lebih cepat mengeluarkan hasil swab, sehingga waktu tunggunya tidak begitu panjang,” ungkapnya.
Disampaikan Syah, sampel yang begitu banyak dengan alat PCR yang terbatas pastinya memerlukan waktu. Namun, adanya alat bantuan dari Kemendikbud, optimis dapat mengeluarkan paling tidak 400 hasil per hari. “Problem saat ini dengan alat PCR yang ada, tapi jumlah sampel yang sedemikian banyak. Kami tidak bisa mengejar waktunya itu cukup baik, walaupun sekarang kita bisa keluarkan waktu dua hari. Tapi, kalau dengan tambahan ini kita harapkan bisa dalam 400 hasil per hari,” tuturnya.
Ia menambahkan, dengan adanya bantuan alat PCR ini maka total ada tiga unit yang siap dioperasionalkan untuk pemeriksaan swab. “Kita ada alat PCR sudah lama, tapi selama ini tidak dapat berjalan karena reagensia Covid-19 yang susah didapat. Sekarang, ketersediaan reagensia sangat dibantu oleh pemerintah pusat dan gugus tugas daerah atau Dinas Kesehatan Provinsi Sumut. Kita harap tidak ada lagi keterlangkaan reagensia, sehingga tidak ada lagi penumpukan sampel,” pungkasnya. (ris)