32 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Awas! Flu Babi G4 Mewabah di Cina, Jangan Sampai Masuk Sumut

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dinas Kesehatan Sumatera Utara (Dinkes) Sumut memastikan. virus penyebab penyakit flu babi baru dari China jenis Genotype 4 (G4), belum ditemukan di Sumut.

Meski demikian, ia meminta seluruh pihak yang terlibat tetap waspada.

“Sejauh ini kasusnya belum ditemukan di Sumut. Namun kita tetap mewaspadai dan mengantisipasinya,” kata Sekretaris Dinkes Sumut, dr Aris Yudhariansyah, kemarin.

Langkah antisipasi yang sudah dilakukan, kata dia, yakni melakukan sosialisasi terkait penyakit tersebut, meskipun belum ditemukan. “Sumut memiliki peternakan babi yang cukup banyak (sekitar 1 juta lebih). Oleh sebab itu, sosialisasi akan dilakukan kepada masyarakat, terutama yang beternak babi,” ujarnya.

Sosialisasi juga bisa dilakukan di fasilitas layanan kesehatan khususnya puskesmas. Yakni mengenai informasi terkait upaya-upaya untuk mencegah ataupun menginformasikan tentang virus flu babi G4, serta bagaimana mengatasi atau melakukan pencegahan lebih dini.

“Pencegahan dini yang harus dilakukan, yakni menghindari kontak langsung dengan babi yang sakit, menggunakan alat pelindung diri ketika bekerja, atau menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Lakukan disinfeksi terhadap kandang, pasar, atau tempat pemotongan. Serta tidak lupa vaksinasi hewan sebagai langkah pencegahan,” jelasnya.

Diutarakan dia, pencegahan-pencegahan itu tidak hanya diterapkan ke peternak babi, namun juga diharapkan dilakukan warga yang memelihara hewan berkaki empat tersebut secara mandiri, demi kebutuhan sehari-hari. “Sosialisasi upaya antisipasi atau pencegahan itu sebagai persiapan jika memang ditemukan. Seandainya ada kasus, penanganan yang dilakukan tentu sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur) seperti penanganan pandemi (Covid-19),” tandas Aris.

Akhir pekan lalu, Kemenkes memastikan belum ada laporan terkait flu babi G4 di Indonesia, baik di babi maupun manusia. Flu babi G4 sendiri adalah galur atau strain baru dengan virus penyebabnya disebut G4 EA H1N1 yang menular dari babi ke sejumlah peternak di China.

Galur dari virus itu mirip dengan flu burung di Eropa dan Asia, galur H1N1 pada pandemi 2009 dan galur H1N1 di Amerika Utara. Flu babi G4 sendiri berbeda dengan virus demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) yang menyerang sejumlah babi Indonesia. ASF tidak dapat menular ke manusia.

Kasus virus flu babi G4 itu bukan ditemukan pada orang yang sakit. Tapi ada pemeriksaan darah dari populasi yang dilakukan surveilans atau penelitian terhadap kemungkinan adanya virus yang sudah menyebar ke sejumlah populasi babi di China. Virus tersebut juga dapat melekat pada reseptor yang ada di saluran pernapasan manusia.

Dengan melekat di reseptor, virus dapat masuk ke sel-sel manusia. Virus G4 juga bisa melekat di jaringan trakea manusia, terutama di sel-sel yang melapisi trakea. Dengan melekat di tabung penghubung saluran pernapasan bagian atas dan bagian bawah serta paru-paru ini, virus dapat menuju ke paru-paru manusia.

Virus ini juga dapat menginfeksi sel epitel saluran napas manusia. Sel-sel yang biasanya melapisi bronkus dan alveoli manusia berhasil diinfeksi dengan virus G4 di laboratorium. Setelah masuk ke sel-sel manusia, virus baru ini berkembang biak dan menyebar di sana.

Perkuat Kolaborasi Lintas Lembaga

Achmad Yurianto menyampaikan, dalam mengantisipasi pandemi flu babi G4 EA H1N1, harus dilakukan penguatan komunikasi, koordinasi, dan kolaborasi antar kementerian lembaga terkait, baik di jajaran kesehatan hewan secara kesehatan satwa liar maupun dalam jajaran kesehatan masyarakat.

“Tentunya ini dilaksanakan bersama-sama masyarakat. Upaya ini merupakan pilar keberhasilan dalam pencegahan dan pengendalian penyakit zoonosis di masa sekarang dan di masa mendatang,” katanya dalam seminar virtual Memahami dan Mewaspadai Ancaman Virus Flu Babi Baru, Jumat (10/7).

Wujud keberhasilan penanggulangan pelaksanaan flu babi yang termasuk penyakit zoonosis terpapar dalam peraturan perundang-undangan terkait, termasuk di dalamnya Inpres Nomor 4 Tahun 2019 tentang Ketahanan Kesehatan Masyarakat.

“Harapan saya bahwa penanggulangan penyakit yang berpotensi Kejadian Luar Biasa (KLB) atau pandemi dapat kita lakukan respons sejak dini, sehingga tidak menjadi masalah nasional, bahkan menjadi masalah global,” ujar Yuri.

Merespons flu babi jenis baru, Kementan membuat surat edaran peringatan, yang berisi meningkatkan kerjasama mewaspadai dan menyiapkan rencana kemungkinan masuk dan munculnya virus tersebut di Indonesia. (ris)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dinas Kesehatan Sumatera Utara (Dinkes) Sumut memastikan. virus penyebab penyakit flu babi baru dari China jenis Genotype 4 (G4), belum ditemukan di Sumut.

Meski demikian, ia meminta seluruh pihak yang terlibat tetap waspada.

“Sejauh ini kasusnya belum ditemukan di Sumut. Namun kita tetap mewaspadai dan mengantisipasinya,” kata Sekretaris Dinkes Sumut, dr Aris Yudhariansyah, kemarin.

Langkah antisipasi yang sudah dilakukan, kata dia, yakni melakukan sosialisasi terkait penyakit tersebut, meskipun belum ditemukan. “Sumut memiliki peternakan babi yang cukup banyak (sekitar 1 juta lebih). Oleh sebab itu, sosialisasi akan dilakukan kepada masyarakat, terutama yang beternak babi,” ujarnya.

Sosialisasi juga bisa dilakukan di fasilitas layanan kesehatan khususnya puskesmas. Yakni mengenai informasi terkait upaya-upaya untuk mencegah ataupun menginformasikan tentang virus flu babi G4, serta bagaimana mengatasi atau melakukan pencegahan lebih dini.

“Pencegahan dini yang harus dilakukan, yakni menghindari kontak langsung dengan babi yang sakit, menggunakan alat pelindung diri ketika bekerja, atau menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Lakukan disinfeksi terhadap kandang, pasar, atau tempat pemotongan. Serta tidak lupa vaksinasi hewan sebagai langkah pencegahan,” jelasnya.

Diutarakan dia, pencegahan-pencegahan itu tidak hanya diterapkan ke peternak babi, namun juga diharapkan dilakukan warga yang memelihara hewan berkaki empat tersebut secara mandiri, demi kebutuhan sehari-hari. “Sosialisasi upaya antisipasi atau pencegahan itu sebagai persiapan jika memang ditemukan. Seandainya ada kasus, penanganan yang dilakukan tentu sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur) seperti penanganan pandemi (Covid-19),” tandas Aris.

Akhir pekan lalu, Kemenkes memastikan belum ada laporan terkait flu babi G4 di Indonesia, baik di babi maupun manusia. Flu babi G4 sendiri adalah galur atau strain baru dengan virus penyebabnya disebut G4 EA H1N1 yang menular dari babi ke sejumlah peternak di China.

Galur dari virus itu mirip dengan flu burung di Eropa dan Asia, galur H1N1 pada pandemi 2009 dan galur H1N1 di Amerika Utara. Flu babi G4 sendiri berbeda dengan virus demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) yang menyerang sejumlah babi Indonesia. ASF tidak dapat menular ke manusia.

Kasus virus flu babi G4 itu bukan ditemukan pada orang yang sakit. Tapi ada pemeriksaan darah dari populasi yang dilakukan surveilans atau penelitian terhadap kemungkinan adanya virus yang sudah menyebar ke sejumlah populasi babi di China. Virus tersebut juga dapat melekat pada reseptor yang ada di saluran pernapasan manusia.

Dengan melekat di reseptor, virus dapat masuk ke sel-sel manusia. Virus G4 juga bisa melekat di jaringan trakea manusia, terutama di sel-sel yang melapisi trakea. Dengan melekat di tabung penghubung saluran pernapasan bagian atas dan bagian bawah serta paru-paru ini, virus dapat menuju ke paru-paru manusia.

Virus ini juga dapat menginfeksi sel epitel saluran napas manusia. Sel-sel yang biasanya melapisi bronkus dan alveoli manusia berhasil diinfeksi dengan virus G4 di laboratorium. Setelah masuk ke sel-sel manusia, virus baru ini berkembang biak dan menyebar di sana.

Perkuat Kolaborasi Lintas Lembaga

Achmad Yurianto menyampaikan, dalam mengantisipasi pandemi flu babi G4 EA H1N1, harus dilakukan penguatan komunikasi, koordinasi, dan kolaborasi antar kementerian lembaga terkait, baik di jajaran kesehatan hewan secara kesehatan satwa liar maupun dalam jajaran kesehatan masyarakat.

“Tentunya ini dilaksanakan bersama-sama masyarakat. Upaya ini merupakan pilar keberhasilan dalam pencegahan dan pengendalian penyakit zoonosis di masa sekarang dan di masa mendatang,” katanya dalam seminar virtual Memahami dan Mewaspadai Ancaman Virus Flu Babi Baru, Jumat (10/7).

Wujud keberhasilan penanggulangan pelaksanaan flu babi yang termasuk penyakit zoonosis terpapar dalam peraturan perundang-undangan terkait, termasuk di dalamnya Inpres Nomor 4 Tahun 2019 tentang Ketahanan Kesehatan Masyarakat.

“Harapan saya bahwa penanggulangan penyakit yang berpotensi Kejadian Luar Biasa (KLB) atau pandemi dapat kita lakukan respons sejak dini, sehingga tidak menjadi masalah nasional, bahkan menjadi masalah global,” ujar Yuri.

Merespons flu babi jenis baru, Kementan membuat surat edaran peringatan, yang berisi meningkatkan kerjasama mewaspadai dan menyiapkan rencana kemungkinan masuk dan munculnya virus tersebut di Indonesia. (ris)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/