29 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Syria Bunuh 256 Bocah

Dicegah Agar tak Jadi Pendemo

DAMASKUS- Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menguak kekejaman militer Syria untuk mempertahankan rezim Presiden Bashar al-Assad. Satu diantaranya dengan cara menembak mati anak-anak yang berusia dua tahun agar tak tumbuh menjadi seorang demonstran.

Seperti dilaporkan dilaporkan panel ahli independen PBB menyebutkan aksi penembakan terhadap anak-anak itu sudah berjalan sejak Maret lalu, pada November ini tercatat sebanyak 256 anak tewas dalam kejahatan kemanusia dan 3.500 orang lainnya tewas dalam aksi unjuk rasa di Syria.

Kemarin, Senin (27/11) waktu setempat satu dari ratusan anak yang dibantai militer sejak Maret lalu itu merupakan anak perempuan berusia dua tahun, yang saat itu berada dalam kerumunan aksi gelombang protes di Kota Latakia, Syria.

Ketua tim Panel independen Paulo Pinheiro yang merupakan dosen asal Brazil menyebutkan, studi lainnya yang dilakukan yakni ada tindakan kekerasan seksual terhadap pria dewasa maupun yang belia mengalami kekerasan seksual di fasilitas tahanan militer. “Siksaan diberlakukan, tanpa memandang pada orang dewasa atau anak-anak,” demikian dilaporkan panel ahli Dewan HAM PBB.

“Pasukan pemerintah Syria menggunakan kekuatan secara berlebihan untuk melawan pemrotes tak bersenjata, sementara sniper membidik target bagian atas tubuh, juga kepala para demonstran,” ujarnya.
Paulo juga membeberkan temuannya tentang tindakan pasukan Syria bekerjasama dengan milisi diberi perintah tembak sampai mati untuk melawan para demonstran.

“Tindakan kriminal yang dilakukan militer termasuk penyiksaan, pemerkosaan, dan kekerasan seksual dalam bentuk lain. Kami punya bukti yang kuat soal itu,” katanya seperti dimuat Daily Mail.

Meski para anggota panel dan stafnya tidak diizinkan masuk Syria, komisi mengaku, mereka telah mewawancarai 223 korban dan saksi, termasuk para pembelot dari militer atau pasukan keamanan Syria. Seorang pembelot mengaku menyaksikan penembakan bocah dua tahun di Latakia. Pelaku mengklaim, ia harus mengambil nyawanya, agar ia tak tumbuh menjadi demonstran kelak.

Selain menunjuk Pinheiro, Dewan HAM PBB juga menunjuk pakar HAM perempuan asal Turki, Yakin Erturk dan seorang warga AS, Karen Abu Zayd untuk menyelidiki kekerasan yang terjadi di Syria.
Menanggapi hasil investigas tersebut, sejumlah pejabat Syria enggan berkomentar langsung. Tapi, mereka bereaksi keras atas keputusan Liga Arab yang sepakat menjatuhkan sanksi ekonomi ke Syria sebagai upaya agar rezim Presiden Bashar al-Assad segera menghentikan kekerasan atas aksi-aksi protes dari sebagian rakyat yang menentangnya. (bbs/jpnn)
Terpisah, Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Hamad bin Jassim Al Thani mengatakan, sanksi dijatuhkan sebagai bagian pertanggunjawaban sebagai manusia untuk menghentikan pembunuhan, bahkan pembantaian kepada rakyatnya sendiri. (bbs/jpnn)

Dicegah Agar tak Jadi Pendemo

DAMASKUS- Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menguak kekejaman militer Syria untuk mempertahankan rezim Presiden Bashar al-Assad. Satu diantaranya dengan cara menembak mati anak-anak yang berusia dua tahun agar tak tumbuh menjadi seorang demonstran.

Seperti dilaporkan dilaporkan panel ahli independen PBB menyebutkan aksi penembakan terhadap anak-anak itu sudah berjalan sejak Maret lalu, pada November ini tercatat sebanyak 256 anak tewas dalam kejahatan kemanusia dan 3.500 orang lainnya tewas dalam aksi unjuk rasa di Syria.

Kemarin, Senin (27/11) waktu setempat satu dari ratusan anak yang dibantai militer sejak Maret lalu itu merupakan anak perempuan berusia dua tahun, yang saat itu berada dalam kerumunan aksi gelombang protes di Kota Latakia, Syria.

Ketua tim Panel independen Paulo Pinheiro yang merupakan dosen asal Brazil menyebutkan, studi lainnya yang dilakukan yakni ada tindakan kekerasan seksual terhadap pria dewasa maupun yang belia mengalami kekerasan seksual di fasilitas tahanan militer. “Siksaan diberlakukan, tanpa memandang pada orang dewasa atau anak-anak,” demikian dilaporkan panel ahli Dewan HAM PBB.

“Pasukan pemerintah Syria menggunakan kekuatan secara berlebihan untuk melawan pemrotes tak bersenjata, sementara sniper membidik target bagian atas tubuh, juga kepala para demonstran,” ujarnya.
Paulo juga membeberkan temuannya tentang tindakan pasukan Syria bekerjasama dengan milisi diberi perintah tembak sampai mati untuk melawan para demonstran.

“Tindakan kriminal yang dilakukan militer termasuk penyiksaan, pemerkosaan, dan kekerasan seksual dalam bentuk lain. Kami punya bukti yang kuat soal itu,” katanya seperti dimuat Daily Mail.

Meski para anggota panel dan stafnya tidak diizinkan masuk Syria, komisi mengaku, mereka telah mewawancarai 223 korban dan saksi, termasuk para pembelot dari militer atau pasukan keamanan Syria. Seorang pembelot mengaku menyaksikan penembakan bocah dua tahun di Latakia. Pelaku mengklaim, ia harus mengambil nyawanya, agar ia tak tumbuh menjadi demonstran kelak.

Selain menunjuk Pinheiro, Dewan HAM PBB juga menunjuk pakar HAM perempuan asal Turki, Yakin Erturk dan seorang warga AS, Karen Abu Zayd untuk menyelidiki kekerasan yang terjadi di Syria.
Menanggapi hasil investigas tersebut, sejumlah pejabat Syria enggan berkomentar langsung. Tapi, mereka bereaksi keras atas keputusan Liga Arab yang sepakat menjatuhkan sanksi ekonomi ke Syria sebagai upaya agar rezim Presiden Bashar al-Assad segera menghentikan kekerasan atas aksi-aksi protes dari sebagian rakyat yang menentangnya. (bbs/jpnn)
Terpisah, Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Hamad bin Jassim Al Thani mengatakan, sanksi dijatuhkan sebagai bagian pertanggunjawaban sebagai manusia untuk menghentikan pembunuhan, bahkan pembantaian kepada rakyatnya sendiri. (bbs/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/