KUWAIT CITY- Krisis politik di Kuwait mulai berdampak pada jalannya roda pemerintahan. Perdana menteri dan anggota kabinetnya mengajukan pengunduran diri kepada kepala negara atau emir terkait tuduhan korupsi oleh oposisi serta demonstran prorefromasi.
“Perdana Menteri Sheikh Nasser Mohammad al-Ahmad Al-Sabah telah mengajukan pengunduran dirinya kepada emir,” televisi nasional Kuwait melaporkan. Pengunduran diri tersebut sudah diterima emir.
Emir Kuwait, Sheikh Sabah Al Ahmed Al Sabah, langsung memerintahkan PM dan menterinya untuk kembali menduduki posisinya dengan status sebagai penjabat sementara (caretaker) kabinet. Emir menyatakan, langkah oposisi sebagai rintangan bagi jalannya roda pemerintahan. Emir memutuskan menunda pembentukan pemerintahan sementara tanpa memberikan tenggat waktu yang jelas. Keputusan emir tersebut menjadi pukulan telak bagi oposisi yang ingin melengserkan pemerintahan melalui isu skandal korupsi.
Sebelumnya, politisi oposisi Khaled al-Sultan dengan yakin menyatakan, pengunduran diri kabinet telah dikabulkan karena ketegangan politik antara perdana menteri dan anggota parlemen oposisi yang terus memburuk.
“Kami menunggu penunjukkan perdana menteri baru sebelum parlemen dibubarkan untuk memastikan bahwa pemilu bisa terlaksana dengan jujur,” ujar Sultan kepada wartawan di luar gedung parlemen.
Pengumuman pengunduran diri tersebut muncul setelah emir menjadi tuan rumah rapat kabinet darurat yang dipimpin perdana menteri. Rapat tersebut untuk membahas krisis politik di Kuwait.
Sheikh Nasser (71), pekan lalu, dicecar tiga anggota parlemen oposisi di parlemen atas tuduhan penyalahgunaan wewenang. Termasuk tuduhan memindahkan uang negara ke sejumlah rekening pribadi di luar negeri. Pemerintah telah membantah semua tuduhan tersebut. (cak/ami/jpnn)