26 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Saat Keluar Malam Bareng Teman, Ketua Kungfu Meninggal, Ortu: Banyak Kejanggalan

PARMAKSIAN, SUMUTPOS.CO – Ketua Kungfu Naga Sakti Tobasa yang juga karyawan PT TPL Porsea, Dedy Manurung (29) meninggal dunia saat keluar malam bareng temannya, Sabtu (29/8) lalu. Menurut temannya saat itu, Dedy meninggal kena angin duduk. Namun orangtua Dedy, Ramses Manurung, tidak percaya dan menilai kematian anaknya banyak kejanggalan. Kejadian itupun dilaporkan ke Polres Toba.

ANAK MENINGGAL: Ramses Manurung, orangtua Dedy Manurung, bercerita tentang anaknya yang meninggal saat keluar malam bersama temannya.
ANAK MENINGGAL: Ramses Manurung, orangtua Dedy Manurung, bercerita tentang anaknya yang meninggal saat keluar malam bersama temannya.

Kepada Sumut Pos, Ramses Manurung, akhir pekan lalu menyampaikan, awalnya anaknya Dedy dan tiga temannya minum-minum bir di warung Ramses sendiri, Sabtu (29/8). Sekitar pukul 23.30 WIB, Dedy dan ketiga temannya saling berpamitan dan pulang ke rumah masing-masing. Dedy sendiri sudah berkeluarga dan hendak pulang ke rumah miliknya.

Namun hanya berselang 10 menit setelah pamit, Dedy kembali lagi ke warung milik ayahnya, Ramses, hendak meminjam mobil ayahnya. Menurut putra tunggalnya itu, dirinya diajak salahsatu temannya yang biasa dipanggilnya Tulang yang juga ikut minum di warung Ramses malam itu, hendak keluar lagi.

“Ia tidak bilang mau ke mana. Namun ia keluar membawa mobil saya,” kata Ramses, yang mengaku malam itu tidak mencurigai apapun, kepada Sumut Pos. Namun sekitar pukul 03.10 WIB dinihari, teman yang kerap dipanggil Tulang oleh korban, datang menggedor pintu rumah Ramses. Ia memberitahukan, bahwa Dedy sudah dibawa ke rumah sakit Parparean Porsea, karna sakit diduga terkena angin duduk

Mendengar kabar itu, sontak Ramses syok dan segera bergegas hendak pergi melihat anaknya ke rumah sakit. Namun sebelum ke rumah sakit, ia mendatangi rumah anaknya itu untuk memberitahukan kepada menantunya — istri Dedy—tentang kabar mengenai suaminya.

“Namun sewaktu saya sedang mengetok pintu rumah anak saya, tiba-tiba ada panggilan ke HP saya dari nomor yang dia tidak dikenal. Si penelepon mengatakan, agar saya datang ke rumah sakit HKBP Balige, dan membawa pakaian Dedy, karena Dedy sudah meninggal,” kisah Ramses dengan nada sedih.

Mendengar kabar itu, Ramses, istri, dan istri Dedy menangis histeris. Warga Desa Banjar Ganjang, Kecamatan Parmaksian pun berdatangan ke rumah Dedy untuk mencari tau apa yang terjadi kepada keluarga Ramses.

Setelah mendengar kabar kematian Dedy, kaum kerabat dan warga bermufakat hendak berangkat menjemput jenazah Dedy ke rumah sakit HKBP Balige. Kerabat juga menasehati agar Ramses dan istri tidak ikut ke rumah sakit, dengan alasan kondisi kesehatan.

Selanjutnya, warga yang ikut menjemput jenazah Dedy ke RS menghubungi menantu Ramses Manurung yang tinggal di Laguboti, supaya ikut ke rumah sakit Balige mewakili ahli waris.

Setiba di rumahsakit HKBP Balige, pihak rumah sakit mengatakan Dedy sudah meninggal saat dibawa ke rumah sakit. “Orang yang membawa anak saya mengaku keluarga, namun menolak saat pihak rumah sakit hendak mengotopsi jenazah. Kata orang itu, hal itu sudah keputusan keluarga. Namun sampai saat ini, kami tidak tau siapa yang membawa Dedy ke rumah sakit, dan tidak tau siapa yang menolak dilakukan otopsi,” kata Ramses.

Kejanggalan itu, membuat keluarga korban semakin curiga dan menelusuri kejadian malam itu. Terungkap, dinihari itu Dedy dibawa ke rumah sakit dengan mobil Ramses sendiri yang dipinjam sang anak, dan malam itu harusnya melewati rumah Ramses saat menuju ke rumah sakit.

“Namun siapapun yang membawa anak saya, tidak memberitahukan  kejadian itu atau memanggil kami ke mobil. Mobil saya dikembalikan sewaktu jenazah Dedy sudah dibawa ke rumah saya, dan orang sudah ramai. Mobil itu dititipkan ke salah satu kerabat kami,” tutur Ramses.

Memang jenazah Dedy sudah dikebumikan pada Senin (31/8/2020). Namun semua kejanggalan itu membuat keluarga Ramses Manurung tidak tenang, dan memutuskan membuat laporan ke Polres Toba. “Kami melapor  pada hari Jumat tanggal 4 September 2020,” katanya.

Ramses berharap kejadian yang menimpa anak-nya, dapat diungkapoleh Polres Toba, agar keluarga dapat menerima kematian sang anak. (mag-7)

PARMAKSIAN, SUMUTPOS.CO – Ketua Kungfu Naga Sakti Tobasa yang juga karyawan PT TPL Porsea, Dedy Manurung (29) meninggal dunia saat keluar malam bareng temannya, Sabtu (29/8) lalu. Menurut temannya saat itu, Dedy meninggal kena angin duduk. Namun orangtua Dedy, Ramses Manurung, tidak percaya dan menilai kematian anaknya banyak kejanggalan. Kejadian itupun dilaporkan ke Polres Toba.

ANAK MENINGGAL: Ramses Manurung, orangtua Dedy Manurung, bercerita tentang anaknya yang meninggal saat keluar malam bersama temannya.
ANAK MENINGGAL: Ramses Manurung, orangtua Dedy Manurung, bercerita tentang anaknya yang meninggal saat keluar malam bersama temannya.

Kepada Sumut Pos, Ramses Manurung, akhir pekan lalu menyampaikan, awalnya anaknya Dedy dan tiga temannya minum-minum bir di warung Ramses sendiri, Sabtu (29/8). Sekitar pukul 23.30 WIB, Dedy dan ketiga temannya saling berpamitan dan pulang ke rumah masing-masing. Dedy sendiri sudah berkeluarga dan hendak pulang ke rumah miliknya.

Namun hanya berselang 10 menit setelah pamit, Dedy kembali lagi ke warung milik ayahnya, Ramses, hendak meminjam mobil ayahnya. Menurut putra tunggalnya itu, dirinya diajak salahsatu temannya yang biasa dipanggilnya Tulang yang juga ikut minum di warung Ramses malam itu, hendak keluar lagi.

“Ia tidak bilang mau ke mana. Namun ia keluar membawa mobil saya,” kata Ramses, yang mengaku malam itu tidak mencurigai apapun, kepada Sumut Pos. Namun sekitar pukul 03.10 WIB dinihari, teman yang kerap dipanggil Tulang oleh korban, datang menggedor pintu rumah Ramses. Ia memberitahukan, bahwa Dedy sudah dibawa ke rumah sakit Parparean Porsea, karna sakit diduga terkena angin duduk

Mendengar kabar itu, sontak Ramses syok dan segera bergegas hendak pergi melihat anaknya ke rumah sakit. Namun sebelum ke rumah sakit, ia mendatangi rumah anaknya itu untuk memberitahukan kepada menantunya — istri Dedy—tentang kabar mengenai suaminya.

“Namun sewaktu saya sedang mengetok pintu rumah anak saya, tiba-tiba ada panggilan ke HP saya dari nomor yang dia tidak dikenal. Si penelepon mengatakan, agar saya datang ke rumah sakit HKBP Balige, dan membawa pakaian Dedy, karena Dedy sudah meninggal,” kisah Ramses dengan nada sedih.

Mendengar kabar itu, Ramses, istri, dan istri Dedy menangis histeris. Warga Desa Banjar Ganjang, Kecamatan Parmaksian pun berdatangan ke rumah Dedy untuk mencari tau apa yang terjadi kepada keluarga Ramses.

Setelah mendengar kabar kematian Dedy, kaum kerabat dan warga bermufakat hendak berangkat menjemput jenazah Dedy ke rumah sakit HKBP Balige. Kerabat juga menasehati agar Ramses dan istri tidak ikut ke rumah sakit, dengan alasan kondisi kesehatan.

Selanjutnya, warga yang ikut menjemput jenazah Dedy ke RS menghubungi menantu Ramses Manurung yang tinggal di Laguboti, supaya ikut ke rumah sakit Balige mewakili ahli waris.

Setiba di rumahsakit HKBP Balige, pihak rumah sakit mengatakan Dedy sudah meninggal saat dibawa ke rumah sakit. “Orang yang membawa anak saya mengaku keluarga, namun menolak saat pihak rumah sakit hendak mengotopsi jenazah. Kata orang itu, hal itu sudah keputusan keluarga. Namun sampai saat ini, kami tidak tau siapa yang membawa Dedy ke rumah sakit, dan tidak tau siapa yang menolak dilakukan otopsi,” kata Ramses.

Kejanggalan itu, membuat keluarga korban semakin curiga dan menelusuri kejadian malam itu. Terungkap, dinihari itu Dedy dibawa ke rumah sakit dengan mobil Ramses sendiri yang dipinjam sang anak, dan malam itu harusnya melewati rumah Ramses saat menuju ke rumah sakit.

“Namun siapapun yang membawa anak saya, tidak memberitahukan  kejadian itu atau memanggil kami ke mobil. Mobil saya dikembalikan sewaktu jenazah Dedy sudah dibawa ke rumah saya, dan orang sudah ramai. Mobil itu dititipkan ke salah satu kerabat kami,” tutur Ramses.

Memang jenazah Dedy sudah dikebumikan pada Senin (31/8/2020). Namun semua kejanggalan itu membuat keluarga Ramses Manurung tidak tenang, dan memutuskan membuat laporan ke Polres Toba. “Kami melapor  pada hari Jumat tanggal 4 September 2020,” katanya.

Ramses berharap kejadian yang menimpa anak-nya, dapat diungkapoleh Polres Toba, agar keluarga dapat menerima kematian sang anak. (mag-7)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/