YALA- Sedikitnya delapan orang tewas dalam 24 jam akibat rangkaian serangan senjata dan bom di wilayah darurat, selatan Thailand. Demikian disampaikan polisi, Rabu (16/3).
Seorang guru suku Siam berusia 52 tahun ditembak mati di Propinsi Songkhla, Selasa (15/3) dini hari saat melakukan pekerjaan keduanya di perkebunan karet,. Warga Siam lain pekerja perkebunan juga ditembak mati dan istrinya luka dalam perjalanan mereka bekerja di propinsi yang sama.
Kemudian, tujuh orang bersenjata melepaskan tembakan di kedai teh desa di Propinsi Pattani, menewaskan tiga pria Melayu berusia antara 42 hingga 60 tahun, diikuti penembakan berkendaraan di propinsi Yala di dekatnya, yang menewaskan seorang pria Melayu berumur 69 tahun. Polisi menyatakan sekelompok orang bersenjata melepaskan tembakan ke warung teh lain di propinsi Narathiwat pada Selasa malam, menewaskan dua orang Siam dan melukai tiga lagi.
Pejuang bayangan Melayu terus melancarkan perlawanan di wilayah paling selatan Thailand berbatasan dengan Malaysia lebih dari tujuh tahun. Dalam insiden tersebut menewaskan lebih dari 4.400 orang, baik warga Melayu maupun Siam.
Pengecam menuduh pemerintah gagal mengatasi keluhan suku kecil Melayu Thailand, termasuk melakukan dugaan pelanggaran tentara dan kurang menghormati jatidiri, bahasa, dan agama.
Ketiga propinsi itu, Yala, Narathiwa, dan Pattani, merupakan bagian dari kesultanan mandiri sampai dicaplok Thailand seabad lalu. Pejuang menyasar lambang negara Thailand, termasuk polisi, tentara, pegawai negeri, biksu dan guru. Mereka juga menyasar warga Melayu, yang bekerja untuk negara tersebut.(bbs/jpnn)