SUMUTPOS.CO – Pemerintah telah mengamankan stok vaksin Covid-19 bagi 135 juta orang pada 2021. Jumlah vaksin sekitar 270 juta dosis untuk 2021. Sisanya didorong untuk 2022. Pemerintah juga telah menetapkan kelompok sasaran prioritas yang akan didahulukan untuk mendapat vaksinasi. Satgas Penanganan Covid-19 Sumatera Utara saat ini sedang mendata orang-orang yang akan duluan divaksin.
“VAKSIN baru akan dirilis akhir tahun. Sekarang masih pendataan (kelompok yang akan disuntik vaksin, Red),” kata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Sumatera Utara, Whiko Irwan, menjawab Sumut Pos via WhatsApp, Senin (19/10).
Disinggung mengenai jatah vaksin yang akan diberikan untuk Sumut, Whiko belum dapat merespon lebih rinci.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Perekonomian sekaligus Ketua Komite Penanganan Covid dan Pemulihan Ekonomi Nasional Airlangga Hartarto, mengatakan kelompok pertama yang akan divaksin adalah tenaga medis, personel TNI dan Polri, serta orang yang bertugas dalam pelayanan publik, khususnya yang berada di garda terdepan dalam penanganan Covid-19. Untuk kelompok ini ditargetkan sebanyak 3,49 juta orang.
Kemudian tokoh masyarakat, tokoh agama di daerah, kecamatan, RT/RW yang ditarget sebanyak 5,6 juta orang. Berikutnya tenaga pendidik, mulai dari PAUD, TK, SD, SMP, SMA, perguruan tinggi yang ditarget sebanyak 4,3 juta orang.
“Lalu aparatur pemerintah dan anggota legislatif yang akan mendapat vaksinasi sebanyak 2,3 juta orang dan penerima BPJS bantuan iuran 86,6 juta orang, dan masyarakat yang usianya antara 19 sampai 59 tahun 57,5 juta orang. Sehingga total 160 juta orang,” tutur Airlangga.
Kadis Kesehatan Sumut, Alwi Mujahit Hasibuan, menyatakan untuk relawan uji klinis tahap III vaksin Covid-19, sampai kini belum ada dari Sumut. “Setau saya belum ada sampai sekarang. Namun bisa saja pihak yang berkepentingan bekerjasama dengan stakeholders terkait di Sumut. Misalnya rumah sakit-rumah sakit. Kita nggak bisa batasi itu. Namun melalui kita pemerintah provinsi, sejauh ini belum ada,” imbuhnya.
Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, mengatakan pada tahap awal, vaksin akan diberikan kepada kelompok yang memiliki kerentanan atau risiko tinggi tertular virus corona, seperti tenaga medis.
“Kemudian juga nanti ditentukan juga dengan daerah. Jadi ada beberapa pertimbangan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka menentukan siapa yang divaksin duluan sesuai dengan ‘schedule’ yang ada,” kata Wiku dalam gelar wicara yang diadakan virtual dari Media Center Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 di Kantor Graha BNPB, Jakarta, Senin (19/10).
Wiku yang juga Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19 itu mengatakan, vaksin akan diedarkan saat semua rencana sudah siap dan pemerintah telah memastikan bahwa vaksin yang ada lolos uji klinis lengkap dengan hasil aman dan efektif. Pemberian vaksin kepada masyarakat dilakukan secara bertahap, menurut tingkat kerentanan atau risiko terpapar atau tertular Covid-19.
“Pasti kita akan menentukan prioritas, karena vaksinnya juga tidak datang dalam jumlah yang segera komplit bersamaan. Bertahap tentunya,” ujar dia.
Adapun kelompok prioritas tersebut adalah orang-orang atau kelompok orang yang berisiko tinggi tertular, termasuk tenaga kesehatan, dokter, dan perawat karena mereka kerap berinteraksi dengan pasien yang menderita Covid-19. Demikian juga dengan warga yang memberikan pelayanan publik kepada masyarakat. “Itu pasti orang-orang yang perlu divaksinasi dulu jadi sesuai dengan kelompok prioritasnya yang berisiko tinggi karena mereka yang harus dilindungi pertama,” ujar Wiku.
Adapun vaksin Covid-19 akan diberi ke orang yang dalam kondisi sehat. “ Vaksin diberikan terutama pada orang-orang yang sehat, yang belum terinfeksi (Covid-19),” kata Wiku.
Untuk diketahui, Indonesia membutuhkan vaksin Covid-19 mencapai 340 juta dosis dalam setahun. Angka itu dihitung berdasarkan jumlah penduduk Indonesia yang diambil berjumlah 170 juta jiwa dikali dua (jumlah suntikan).
Dari jumlah itu, ada sebanyak 86 juta peserta BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang akan mendapat vaksin secara gratis.
Presiden Joko Widodo menugaskan dua menterinya dalam pelaksanaan vaksinasi Covid-19, yaitu Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto dan Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir. Terawan akan mengurusi vaksinasi gratis kepada masyarakat tidak mampu. Sementara itu, Erick akan mengurusi vaksinasi untuk peserta mandiri alias yang berbayar.
“Menurut saya, untuk vaksin yang gratis untuk rakyat itu urusannya Menteri Kesehatan, untuk yang mandiri berarti yang bayar itu urusannya BUMN,” kata Jokowi saat memimpin rapat terbatas di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (19/10).
Sudah Lolos Uji Klinis Fase Tiga
Terpisah, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Achmad Yurianto mengatakan, tiga vaksin yang dibeli pemerintah dari China telah selesai diuji klinis fase ketiga. Ketiga vaksin itu yakni Sinovac, Sinopharm dan Cansino.
Menurut Yuri, Kemenkes bersama Kementerian BUMN, Kemenkomarives, BPOM, Kemenag, MUI dan PT Bio Farma telah menemui ketiga produsen vaksin itu. “Tim sudah bertemu produsen-produsen vaksin yang sudah selesaikan uji klinis tahap ketiga dan bahkan vaksin ini telah digunakan di negara asalnya,” ujar Yuri dalam jumpa pers daring, Senin (19/10).
“Tujuannya sama, yakni ingin memperoleh vaksin yang digunakan secara aman untuk penduduk kita. Aman dalam hal perspekstif manfaat terhadap pencegahan agar menjadi sakit akibat Covid-19,” lanjutnya.
Selain itu, juga dipastikan ketiga vaksin aman dari sisi kehalalannya. Yuri lantas menjelaskan rincian ketiga jenis vaksin yang dimaksud. Pertama, vaksin yang diproduksi oleh Sinovac. “Sinovac ini perusahaan vaksin di China yang sudah menyelesaikan uji klinis fase tiga di beberapa tempat. Di Brazil sudah selesai, di China juga sudah selesai,” ungkap Yuri.
“Di Indonesia, (uji klinis) akan berakhir Desember ini yang kita ketahui dilakukan di Bandung oleh PT Bio Farma dan Universitas Padjajaran,” lanjut dia.
Yuri menyebut, komunikasi dengan Sinovac dilakukan lebih awal karena ternyata vaksin itu telah digunakan di sana. Selain itu, dasar penggunaan vaksin Sinovac telah mendapatkan persetujuan dari otoritas kesehatan di China. Saat ini, BPOM sedang berada di China untuk melakukan sharing data uji klinis fase tiga dengan Sinovac dan terkait penggunaannya di China di Brazil dan beberapa tempat lain.
Menurut Yuri, Sinovac sendiri telah berkomitmen menyediakan 1,5 juta vaksin untuk Indonesia pada November. Jumlah yang sama juga akan disediakan Sinovac pada Desember.
“Kalau kita lihat karakteristik Sinovac, maka pembeliannya adalah dual dose. Jadi satu orang disuntik dua kali,” tutur Yuri. “Yakni Vaksin dasar, lalu 14 hari kemudian booster (penguat). Maka angka dua kali 1,5 juta ini bisa digunakan oleh 1,5 juta orang,” lanjut dia.
Kedua, tim dari pemerintah pun telah bertemu dengan produsen vaksin Sinopharm. Yuri menyebut, Sinopharm ini merupakan BUMN-nya China.
Vaksin Sinopharm juga sudah selesai uji klinis tahap ketiga di beberapa negara, yakni China, Uni Emirat Arab dan Turki.
“Di China, Sinopharm ini digunakan untuk tenaga kesehatan yang ada di sana. Dan sudah keluar izin dari lembaga yang sama yang kita sebut BPOM-nya China sana,” jelas Yuri.
“Kemudian kita juga mendapatkan informasi, bahwa Sinopharm pun sudah diberikan izin oleh otoritas kesehatan di UEA dan mereka mengatakan sudah melakukan uji terhadap kehalalannya,” lanjut dia.
Sama halnya dengan Sinovac, saat ini tim dari Kemenag, BPOM dan MUI sedang berada di China untuk mempelajari data sharing dan kehalalan vaksin Sinopharm. Yuri menyebut, Sinopharm juga merupakan tipe vaksin dual dose.
Perusahaan vaksin itu telah berkomitmen mengirimkan 15 juta dosis vaksin Sinopharm untuk Indonesia pada Desember mendatang. “Artinya kalau dia penyuntikannya dua kali, maka bisa digunakan buat 7,5 juta orang,” kata Yuri.
Ketiga, pemerintah Indonesia juga menggelar pertemuan dengan produsen vaksin Cansino. Vaksin ini telah selesai uji klinis tahap ketiga di China, Kanada, Arab Saudi dan beberapa negara lain.
Yuri mengungkapkan, selain telah mendapatkan izin dari pemerintah China, vaksin Cansino pun sudah disuntikkan kepada tentara di sana.
Berbeda dengan Sinovac dan Sinopharm, vaksin Cansino merupakan jenis vaksin single dose atau hanya perlu satu kali penyuntikan. “Karena platformnya beda dengan Sinovac dan Sinopharm yang menggunakan virus yang tidak diaktifkan.
Sementara itu Cansino menggunakan platform lain sehingga single dose,” ungkap Yuri. “Kesanggupannya produsen Cansino adalah sediakan 100.000 ribu dosis vaksin,” lanjut dia.
Apabila ketiga jenis vaksin dari tiga produsen itu ditotal, kata dia, Indonesia telah dipastikan mendapat persediaan vaksin untuk 9,1 juta orang pada 2020.
Kelompok Prioritas Divaksin:
- Tenaga medis, personel TNI dan Polri.
Target: 3,49 juta orang. - Tokoh masyarakat, tokoh agama, kecamatan, RT/RW
Taregt: 5,6 juta orang. - Tenaga pendidik
Target: 4,3 juta orang. - ASN dan legislatif
Target: 2,3 juta - Penerima BPJS bantuan iuran
Target: 86,6 juta orang - Masyarakat usia 19-59
Target: 57,5 juta orang
TOTAL: 160 juta orang
(pnr/kps)