SANTOS berangkat ke Jepang dengan ambisi besar. Klub Brasil yang menjuarai Copa Libertadores musim lalu itu ingin merayakan satu abad berdirinya klub dengan membawa pulang gelar juara Piala Dunia Antarklub 2011.
Makanya, mereka mempersiapkan tim dengan serius. Apalagi, mereka harus berhadapan dengan Barcelona, yang jauh lebih difavoritkan menjuarai Piala Dunia Antarklub 2011. Raksasa Spanyol itu sedang berada pada periode terbaiknya.
Bukan hanya persiapan yang menjadi perhatian Santos. Ternyata, tim yang berdiri pada 14 April 1912 itu memberikan instruksi khusus kepada para pemainnya selama berada di Jepang. Para pemain dilarang memakan makanan khas Jepang.
Kok bisa? Jepang memang memiliki beberapa jenis makanan khas yang membuat para pendatang tertarik menjajalnya seperti sushi dan sashimi. Tapi, ahli nutrisi Santos Sandro Merouco memiliki pendapat berbeda.
Alasannya, kalau para pemain menjajal beberapa makanan khas Jepang itu, memungkinkan terjadi ketidakcocokan makanan. Itu bisa mengganggu pencernaan dan dampaknya bisa mengganggu persiapan Santos sebelum bertanding.
Merouco akan terus memantau makanan yang dikonsumsi para pemain selama di Jepang. Agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, maka mereka membawa bahan makanan dari Brasil ke Yokohama, kota lokasi berlangsungnya ajang tahunan agenda FIFA itu.
Bahan makanan yang dibawa dari Brasil sesuai dengan selera dan juga program diet para pemain. “Rencana kami adalah memastikan makanan yang dikonsumsi tidak memiliki variasi lain,” bilang Merouco, seperti dilansir Globoesporte.
“Kami berusaha membuat semirip mungkin dengan apa yang biasa dikonsumsi pemain di Brasil. Sehingga, kami akan memasak nasi, kacang, farofa, daging, dan kentang. Tidak ada makanan Jepang dalam menu kami,” tegas Merouco.
Kebijakan itu bukan hanya untuk menghindari gangguan pencernaan saja, tapi juga supaya terhindar dari zat-zat terlarang bagi para atlet. “Sekarang kami tidak sedang wisata, tapi bekerja. Kami berhati-hati dengan detail yang ada, karena selalu ada pertanyaan mengenai doping. Jadi semuanya harus terus di bawah kendali,” lanjutnya. (ham/jpnn)