Ical-Puan di 2014
JAKARTA-Pemilu masih terbilang lama, namun riak calon presiden dan wakil presiden (Capres dan Cawapres) sudah terasa. Bahkan, dua partai besar, Golkar dan PDIP, dikabarkan siap berkoalisi untuk memajukan Aburizal Bakrie (Ical) dan Puan Maharani 2014 mendatang.
Untuk itu, Golkar dan PDIP terus menjalin komunikasi. Namun, belum jelas peta koalisi yang dibangun, keduanya masih malu-malu kucing.
“Ya pertemanan terus dijaga tapi belum sampai masalah cawapres,” elak Ketua FPG DPR, Setya Novanto di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (15/12).
Menurut Novanto, pembicaraan tentang Cawapres Ical masih jauh. Kemungkinan tahun depan. “Masalah itu masih jauh. Kita lihat dulu perkembangannya, internal Golkar masih survei meskipun mayoritas DPD tingkat I meminta Pak Ical capres,” tutur Novanto.
Novanto membenarkan Golkar akan menjalin koalisi menghadapi pilpres, termasuk peluang dengan PDIP. “Ya semuanya mempunyai kemungkinan untuk bersama-sama,” tuturnya.
Sementara PDIP pun tak ingin buru-buru membuka benih kebersamaan ini. PDIP memilih tenang, meski isu semakin liar. “Kita tidak tergesa-gesa menentukan sikap. Bisa mandiri atau berkoalisi,” tutur Sekjen PDIP, Tjahjo Kumolo.
“Yang jelas, partai akan mendeklarasikan secara resmi capres maupun cawapres. Bisa tahun depan bisa menjelang pemilu legislatif bisa setelah pemilu legislatif,” tegasnya.
Meski begitu, rumor pendekatan PDIP-Golkar tampaknya bukan isapan jempol belaka. Puan yang disebut-sebut akan menjadi cawapres Ical dalam pilpres 2014, tak menampik kedekatannya. “Saya dekat dan saya kenal dengan Pak Ical,” tutur Puan sambil tersenyum, kemarin.
Puan mengungkapkan kedekatannya dengan sejumlah tokoh nasional. Dengan SBY sekalipun, Puan mengaku punya hubungan dekat. “Begitu juga dengan tokoh lain seperti Pak Hatta Rajasa, Pak Prabowo, Pak SBY pun saya dekat karena pernah jadi menterinya Ibu Mega,” tutur Puan.
Namun, menurut Puan, kedekatan tersebut tak semata-mata untuk kepentingan pilpres. Karena kecocokan itu masalah lain. “Saya dekat, bahwa cocok atau tidak dari segi mana dulu?” kata Puan.
Isu koalisi ini sejatinya dibuka oleh Ketua Dewan Pertimbangan Pusat (Deperpu) PDI-P Taufiq Kiemas. Wakil Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Golkar Leo Nababan mengatakan, ajakan Taufiq Kiemas adalah sebuah ajakan yang simpatik dan sangat menarik. Golkar menyambut gembira ajakan itu. Apalagi Golkar dan PDI-P memiliki platform politik yang sama. Dengan itu tidak ada hambatan atas ajakan dari Taufiq tersebut.
Meski demikian, ia menegaskan Golkar siap berkoalisi dengan partai mana pun. Yang penting punya kesamaan platform dan bekerja untuk membangun bangsa ini. Sebelumnya, Taufiq Kiemas menyatakan, partainya akan merangkul beberapa partai politik (parpol) untuk menghadapi pilpres 2014. “Lebih baik berkoalisi, biar Pilpres 2014 aman. PDI-P terus berkomunikasi dengan Partai Golkar,” katanya.
Kalau koalisi terjadi, bagaimana menentukan capres dan cawapres? Leo Nababan mengatakan, mengenai capres dan cawapres, Golkar sudah hampir final mengarah ke Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie. Semua pengurus daerah sudah meminta Ical jadi capres. Tinggal menunggu hasil survei yang menegaskan Ical memang secara popularitas mencapai 20 persen untuk syarat ditetapkan sebagai capres.
Namun, jika ajakan PDI-P itu serius, maka soal capres dan cawapres bisa dibahas dalam satu meja bersama, untuk menentukan siapa yang diusung menjadi capres dan cawapres. Yang penting adalah kebersamaan dalam menyambut Pemilu 2014 mendatang guna perbaikan terhadap bangsa.
Dari Bandung, Jawa Barat, dilaporkan, PDI-P sepertinya malu-malu menyebutkan nama calon presiden yang akan diusungnya pada Pilpres 2014 mendatang. Rapat Kerja Nasional I PDI-P sama sekali tidak menyebutkan siapa nama kader yang bakal mereka usung menjadi orang nomor satu di Indonesia.
“Memutuskan untuk menyerahkan pencalonan presiden dan wakil presiden pada Pemilu 2014 kepada ketua umum partai,” kata Ketua Pelaksana Rapat Kerja Nasional Puan Maharani saat membacakan rekomendasi yang disepakati oleh para peserta rapat di Hotel Harris, Bandung, Jawa Barat, Rabu (14/12) lalu.
Saat ditanya soal pencalonan dirinya seperti disebutkan Taufiq Kiemas, Puan menjawab secara diplomatis. “Sebagai kader partai, saya siap ditempatkan di mana saja. Saya menanti keputusan ketua umum,” ujarnya.
Lalu, bagaimana sikap partai lain jika koalisi tersebut nyata? Partai Amanat Nasional (PAN) mengaku tak gentar. Termasuk dengan kemungkinan, disandingkannya Ical dan Puan.
Pasangan itu dinilai tak begitu memberatkan buat capres yang diusung PAN, Hatta Rajasa. Meskipun Hatta juga belum jelas akan bersama siapa dalam Pilpres 2014.“Mampu bersaing secara normal dan biasa-biasa saja. Pilihan rakyat terhadap pilihan partai dan figur ada perbedaan signifikan. Tidak seluruh otomatis memilih partai maka akan memilih pasangan yang didukung oleh partai tersebut,” tutur Ketua DPP PAN, Viva Yoga Mauladi.
Viva menambahkan, keduanya belum tentu mulus menjadi pasangan capres dan cawapres. Karena, dua parpol tersebut akan bersaing terlebih dahulu dalam pemilu legislatif. “Kalau berpasangan dengan Bang Ical, maka komposisinya Mbak Puan sebagai Cawapres. Apakah PDIP berkenan, seandainya dalam Pemilu 2014 suaranya lebih besar dari PG? Dan kalau suara PDIP lebih besar dibanding PG dalam pemilu 2014, apakah Bang Ical berkenan sebagai Cawapresnya Mbak Puan?” tutur Viva.
Tanggapan menarik malah muncul dari Wakil Ketua Fraksi Partai Demokrat (PD) DPR Sutan Bhatoegana. Ia berpendapat Ical-Puan bisa menjadi saingan capres dari PD. “Puan nyapres? Ical-Puan, ngeri-ngeri sedap. Semua pasti bisa jadi saingan,” kata Sutan.
Menurut Sutan, pasangan Ical dan Puan bukan hanya main-main politik belaka. “Siapa pun yang diajukan Golkar dan PDIP pastilah orang-orang terbaik,” ujar dia.
Dikatakannya, apalagi benar PDIP dan Golkar berkoalisi memasangkan Ical-Puan maka akan menjadi kekuatan besar. Meskipun belum tentu Ical-Puan dapat memenangkan Pilpres 2014. “Tapi kuat parpolnya belum tentu menang capresnya. Karena harus berkoalisi dengan rakyat, tinggal Allah yang menentukan,” kata Sutan.
Sementara Demokrat belum berpikir memunculkan capres karena sampai tahun 2013 adalah tahun kerja. “Kalau kita munculkan sekarang nanti diserang,” kata Sultan sambil menebar senyuman.
Sedangkan PPP malah menganggap koalisi yang dimaksud cenderung tak mungkin. Pasalnya, selama ini, kedua parpol itu berada dalam dua kubu berbeda. “Belum banyak kita lihat sejarah terkait koalisi di tingkat nasional antara Golkar dan PDIP,” tutur Sekretaris FPPP DPR, Arwani Thomafi.
Selain itu, selama ini PDIP selalu mencapreskan ketua umumnya. PDIP belum pernah mengirim jagoannya untuk ditempatkan dalam kursi cawapres. “Belum lagi, PDIP punya tradisi kuat dan ‘maqom’ sebagai partai yang konsisten selalu mengusung capres bukan cawapres,” tuturnya.
Mirip dengan Arwani Thomafi, pengamat politik asal UGM Arie Sudjito menilai, harusnya PDIP memperhatikan sejarah mereka. Jika wacana itu jadi kenyataan, Arie bahkan meyakini itu bakal menjadi kuburan sendiri untuk PDIP.
“PDIP itu sama saja menggerogoti diri sendiri,” ujar Arie.
Selain itu, PDIP harusnya dapat melihat apakah ideologi serta platform Golkar sama dengan yang mereka miliki. Koalisi yang dibangun, diyakini malah akan menguntungkan Golkar. “Kalau mau berkoalisi, harus dihitung dampaknya. Jangan terlalu gegabah. Saya yakin, pemilih loyal PDIP justru malah akan lari,” tegasnya. (bbs)