Aksi Solidaritas untuk Sondang
MEDAN- Puluhan mahasiswa mengatasnamakan Gerakan Solidaritas Mahasiswa Kota Medan menggelar aksi di depan Kampus Universitas HKBP Nommensen Medan, Sabtu (17/12) pagi 10.00 WIB. Aksi itu mereka lakukan sebagai wujud solidaritas mereka atas aksi Sondang Hutagalung mahasiswa Universitas Bung Karno (UBK) Jakarta yang melakukan orasi di depan Istana Merdeka hingga mengorbankan nyawanya dengan aksi membakar diri.
“Ini harus menjadi teguran bagi kita, untuk segera bangkit melawan segala bentuk penindasan, penghisapan dan pembodohan,” kata koordinator aksi, Koceng dalam orasinya. Dia menilai, aksi Sondang sebagai bentuk perlawan atas tertindasnya hak azasi manusia yang sampai saat ini belum juga mampu diselesaikan pemerintah.
“Masih banyak permasalahan dan perlanggaran HAM di Indonesia yang belun diselesaikan pemerintah, sehingga Sondang lah sebagai tokoh perlawan terhadap penindasan HAM,” ujar Koceng lagi.
Dalam aksi itu, selain mengsusung poster, mahasiswa juga membakar bandipinggirjalansehinggamembuat arus lalulintas di sekitar lokasi terganggu.
Dalam aksi damai itu, mahasiswa juga mengecam pemerintahan yang dipimpin SBY-Boediono lantaran tidak mampu menyejahterakan rakyat.
Selain itu, mahasiswa juga meminta aparat pemerintah tidak bersikap representatif terhadap mahasiswa dan masyarakat. Selain itu, mahasiswa juga mengecam tindakan aparat kepolisian di Aceh yang diduga melakukan pelanggaran HAM terhadap sejumlah anak punk di Aceh. Massa juga menyanyikan lagu perjuangan dan berorasi mengkritis semua kebijakan pemerintah saat ini.
Di tempat terpisah, berbagai elemen mahasiswa seperti Serikat Mahasiswa Indonesia(SMI), BarisanMahasiswa( Barmas) danHimpunanMahasiswaIslam( HMI) menggelaraksidi depan Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Sumut, Jalan Putri Hijau Medan. Mereka mengecam aksi pelanggaran HAM berat yang menyebabkan tewasnya petani di Mesuji, Lampung. Karenanya, mereka mendesak kasus pembantaian tersebut segera diusut tuntas.
Meski tak ada satu pun pejabat di Kanwil Depkumham Sumut yang menemui mereka karena hari libur, aksi mahasiswa tetap berlangsung.
Dalam orasinya, mahasiswa menilai, pembantaian di Mesuji tersebut mengindikasikan pemerintah telah menjadi musuh rakyat. “Sekali lagi, aparatur negara telah menjadi ujung tombak dari proses penindasan rakyat,” ucap Saddam, seorang orator dalam aksi itu.
Selain mendesak pengusutan tindakan represif aparat di Mesuji, mahasiswa juga mendesak penyelesaian kasus-kasus sengketa lahan yang marak di Sumut.(gus/jon)