26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

2 Hari, Rezim Assad Membantai 250 Warga

DAMASKUS – Pembantaian terhadap demonstran Syria antipemerintah di Syria ternyata belum kunjung berhenti. Sejumlah aktivis HAM melaporkan kemarin (21/12) bahwa dalam dua hari terakhir korban tewas akibat pembantaian dan aksi kekerasan oleh militer pendukung Presiden Bashar al-Assad hampir mencapai 200 orang. Organisasi oposisi Dewan Nasional Syria (SNC) malah menyatakan, hampir 250 warga telah tewas selama periode 48 jam terakhir.

Menyikapi situasi itu, SNC mendesak PBB dan Liga Arab mengadakan pertemuan darurat untuk menghentikan kekerasan tersebut. Mereka juga meminta badan dunia itu mengambil langkah-langkah untuk melindungi warga sipil di Syria.

“SNC menggarisbawahi soal perlunya diambil tindakan atau langkah-langkah yang diperlukan untuk menghentikan pembantaian dan kekerasan berdarah atas sejumlah kota di Syria melalui pengerahan militer oleh rezim (Assad),” kata organisasi itu dalam rilis berita, Selasa (20/12) dan dikirimkan ke CNN via e-mail kemarin (21/12).

SNC mendesak agar Dewan Keamanan (DK) PBB bersidang darurat untuk membahas pembantaian tentara Assad. Terutama, di wilayah pegunungan Zawiyah, serta Kota Idlib, dan Homs. Selain itu, mereka minta dikeluarkan kecaman internasional atas pembantaian tersebut. Lantas, kota-kota yang diserang tentara Syria dinyatakan sebagai zona aman dan mendapat perlindungan internasional.

“Kami meminta agar dikeluarkan deklarasi bahwa Idlib, Homs, dan pegunungan Zawiyah adalah wilayah bencana akibat genosida (pembantaian) skala luas dan operasi yang dilancarkan milisi rezim di Syria,” tambah mereka. Selain itu, Bulan Sabit Merah Internasional dan organisasi dunia lainnya diminta turun tangan untuk memberikan bantuan kemanusiaan.

Dua organisasi aktivis HAM lainnya menyatakan bahwa sedikitnya 84 orang tewas dibantai militer pada Selasa lalu (20/12). Mayoritas di antara mereka adalah warga Idlib. Sebuah video lain yang beredar memperlihatkan jenazah seorang bocah.

Lembaga Pemantau HAM Syria menyebut telah mendokumentasikan identitas 50 korban tewas akibat kekejaman rezim Assad.

Kekerasan berdarah di Syria itu terjadi hanya selang sehari menjelang kedatangan tim pendahulu dari Liga Arab yang akan memonitor implemenntasi kesepakatan damai dengan rezim Assad. Misi tim pengawas itu adalah bagian dari peta jalan damai yang diusulkan Syria sendiri pada 2 November lalu. Dalam proposal itu, juga ada seruan untuk menghentikan kekerasan di Syria, membebaskan tahanan, dan penarikan pasukan dari permukiman warga sipil.
Setelah berminggu-minggu lewat perdebatan alot, Syria menandatangani kesepakatan degan Liga Arab itu pada Senin lalu (19/12). Tetapi, rezim Assad gagal menyakinkan kelompok oposisi atau Barat bahwa mereka punya niat baik untuk menghentikan kekerasan di Syria. Hal itu menambah tekanan agar PBB segera mengambil tindakan serius untuk melindungi warga sipil di Syria.

Rami Abdulrahman dari Lembaga Pemantau HAM Syria, organisasi yang berpusat di Inggris, menyebut bahwa seorang aktivis di Idlib melaporkan adanya 121 jenazah yang dilarikan ke rumah sakit setempat.

Merespon laporan adanya pembantaian terhadap ratusan warga sipil dalam kurun seminggu terakhir, kubu oposisi di Syria mendesak DK PBB mengambil tindakan. Oposisi juga menyerukan agar Liga Arab mengeluarkan pernyataan kecaman terkait pembantaian berdarah itu. “Kami juga mendesak Liga Arab bekerja sama dengan DK PBB untuk melahirkan resolusi guna melindungi warga sipil Syria,” bunyi pernyataan SNC.

Pernyataan itu muncul setelah organisasi perlindungan HAM melaporkan bahwa tentara loyalis Presiden Assad telah membantai dan membunuh warga sipil yang sedang sakit di Kota Kafruwed pada Selasa lalu.

Sebelumnya, organisasi kemanusiaan juga mengingatkan bahwa ratusan penduduk sipil di Kafruwed sudah dikepung oleh pasukan pemerintah di Provinsi Jabal al Zawiyah, sekitar 300 kilometer utara Damaskus.

Awal bulan ini PBB menyatakan bahwa lebih dari 5 ribu orang tewas di Syria sejak perlawanan atas rezim Assad mencuat Maret lalu. Namun, Damaskus berkilah bahwa mereka hanya memerangi kelompok teroris bersenjata yang ingin mengganggu stabilitas negara.

Dalam kekerasan bersenjata pada Senin lalu (19/12), para aktivis menyebutkan, sekitar 110 orang diperkirakan tewas dalam berbagai bentrokan di seluruh wilayah Syria. Termasuk, sekitar 60-70 tentara pembelot ditembak mati dengan menggunakan senapan mesin di dekat Kafruwed, Provinsi Idlib. (afp/cnn/bbc/cak/dwi/jpnn)

DAMASKUS – Pembantaian terhadap demonstran Syria antipemerintah di Syria ternyata belum kunjung berhenti. Sejumlah aktivis HAM melaporkan kemarin (21/12) bahwa dalam dua hari terakhir korban tewas akibat pembantaian dan aksi kekerasan oleh militer pendukung Presiden Bashar al-Assad hampir mencapai 200 orang. Organisasi oposisi Dewan Nasional Syria (SNC) malah menyatakan, hampir 250 warga telah tewas selama periode 48 jam terakhir.

Menyikapi situasi itu, SNC mendesak PBB dan Liga Arab mengadakan pertemuan darurat untuk menghentikan kekerasan tersebut. Mereka juga meminta badan dunia itu mengambil langkah-langkah untuk melindungi warga sipil di Syria.

“SNC menggarisbawahi soal perlunya diambil tindakan atau langkah-langkah yang diperlukan untuk menghentikan pembantaian dan kekerasan berdarah atas sejumlah kota di Syria melalui pengerahan militer oleh rezim (Assad),” kata organisasi itu dalam rilis berita, Selasa (20/12) dan dikirimkan ke CNN via e-mail kemarin (21/12).

SNC mendesak agar Dewan Keamanan (DK) PBB bersidang darurat untuk membahas pembantaian tentara Assad. Terutama, di wilayah pegunungan Zawiyah, serta Kota Idlib, dan Homs. Selain itu, mereka minta dikeluarkan kecaman internasional atas pembantaian tersebut. Lantas, kota-kota yang diserang tentara Syria dinyatakan sebagai zona aman dan mendapat perlindungan internasional.

“Kami meminta agar dikeluarkan deklarasi bahwa Idlib, Homs, dan pegunungan Zawiyah adalah wilayah bencana akibat genosida (pembantaian) skala luas dan operasi yang dilancarkan milisi rezim di Syria,” tambah mereka. Selain itu, Bulan Sabit Merah Internasional dan organisasi dunia lainnya diminta turun tangan untuk memberikan bantuan kemanusiaan.

Dua organisasi aktivis HAM lainnya menyatakan bahwa sedikitnya 84 orang tewas dibantai militer pada Selasa lalu (20/12). Mayoritas di antara mereka adalah warga Idlib. Sebuah video lain yang beredar memperlihatkan jenazah seorang bocah.

Lembaga Pemantau HAM Syria menyebut telah mendokumentasikan identitas 50 korban tewas akibat kekejaman rezim Assad.

Kekerasan berdarah di Syria itu terjadi hanya selang sehari menjelang kedatangan tim pendahulu dari Liga Arab yang akan memonitor implemenntasi kesepakatan damai dengan rezim Assad. Misi tim pengawas itu adalah bagian dari peta jalan damai yang diusulkan Syria sendiri pada 2 November lalu. Dalam proposal itu, juga ada seruan untuk menghentikan kekerasan di Syria, membebaskan tahanan, dan penarikan pasukan dari permukiman warga sipil.
Setelah berminggu-minggu lewat perdebatan alot, Syria menandatangani kesepakatan degan Liga Arab itu pada Senin lalu (19/12). Tetapi, rezim Assad gagal menyakinkan kelompok oposisi atau Barat bahwa mereka punya niat baik untuk menghentikan kekerasan di Syria. Hal itu menambah tekanan agar PBB segera mengambil tindakan serius untuk melindungi warga sipil di Syria.

Rami Abdulrahman dari Lembaga Pemantau HAM Syria, organisasi yang berpusat di Inggris, menyebut bahwa seorang aktivis di Idlib melaporkan adanya 121 jenazah yang dilarikan ke rumah sakit setempat.

Merespon laporan adanya pembantaian terhadap ratusan warga sipil dalam kurun seminggu terakhir, kubu oposisi di Syria mendesak DK PBB mengambil tindakan. Oposisi juga menyerukan agar Liga Arab mengeluarkan pernyataan kecaman terkait pembantaian berdarah itu. “Kami juga mendesak Liga Arab bekerja sama dengan DK PBB untuk melahirkan resolusi guna melindungi warga sipil Syria,” bunyi pernyataan SNC.

Pernyataan itu muncul setelah organisasi perlindungan HAM melaporkan bahwa tentara loyalis Presiden Assad telah membantai dan membunuh warga sipil yang sedang sakit di Kota Kafruwed pada Selasa lalu.

Sebelumnya, organisasi kemanusiaan juga mengingatkan bahwa ratusan penduduk sipil di Kafruwed sudah dikepung oleh pasukan pemerintah di Provinsi Jabal al Zawiyah, sekitar 300 kilometer utara Damaskus.

Awal bulan ini PBB menyatakan bahwa lebih dari 5 ribu orang tewas di Syria sejak perlawanan atas rezim Assad mencuat Maret lalu. Namun, Damaskus berkilah bahwa mereka hanya memerangi kelompok teroris bersenjata yang ingin mengganggu stabilitas negara.

Dalam kekerasan bersenjata pada Senin lalu (19/12), para aktivis menyebutkan, sekitar 110 orang diperkirakan tewas dalam berbagai bentrokan di seluruh wilayah Syria. Termasuk, sekitar 60-70 tentara pembelot ditembak mati dengan menggunakan senapan mesin di dekat Kafruwed, Provinsi Idlib. (afp/cnn/bbc/cak/dwi/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/