JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) memeberkan, sebanyak 27 orang meninggal dunia setelah disuntik vaksin Covid-19 dengan merk Sinovac. Ketua Komnas KIPI Hindra Irawan Satari menjelaskan, 27 orang tersebut meninggal dunia karena ada penyakit lain. Diapun membatah, orang-orang tersebut meninggal akibat vaksin Sinocvac.
“Sekarang yang meninggal itu dari Sinovac ada 27,” kata Hindra dalam rapat dengan Komisi IX DPR RI, Kamis (20/5), Hindra menjelaskan, dari 27 orang itu dilaporkan meninggal akibat terpapar virus Korona atau Covid-19. Kemudian 14 orang meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. “Lalu satu orang karena gangguan fungsi ginjal secara mendadak, dua orang diabetes militus dan hipertensi yang tidak terkontrol,” katanya.
Hindra menjelaskan, 27 orang yang dinyatakan meninggal bukan karena vaksin Sinovac, karena Komnas KIPI mendapatkan hasil pemeriksaan rontgen, pemeriksaan laboratorium hingga CT scan.
“Kenapa kami bisa membuat diagnosis itu? Karena datanya lengkap, diperiksa dirawat, dirontgen, periksa lab CT scan jadi dapat diagnosisnya,” ungkapnya.
Sementara terkait tiga orang dilaporkan meninggal dunia setelah disuntik vaksin Covid-19 dengan merk AstraZeneca, menurut Hindra, pihaknya belum dapat menyimpulkan kalau ketiganya meninggal karena vaksin AstraZeneca. Pasalnya, belum ada laporan mengenai rekam medisnya sebelum dan setelah disuntik vaksin tersebut.
“Jadi sulit untuk menentukan penyebab kematiannya karena enggak da data. Jadi enggak pernah diperiksa dokter, datang sudah meninggal, enggak ada lab, enggak ada rontgen, dan enggak ada CT scan kepala,” ujar Hindra.
Sementara kasus meninggalnya ojek daring, temuan KIPI di lapangan orang tersebut tutup usia bukan karena vaksin AstraZeneca. Melainkan memiliki penyakit radang paru-paru.
Hindra menjelaskan, seorang ojek daring tersebut satu hari sebelum divaksinasi mengeluhkan sesak napas. Sehingga akhirnya dinyatakan meninggal dunia setelah disuntik AstraZeneca. “Diperiksa di Puskesmas dari pemeriksaan ini radang paru. Dirontgen ternyata betul radang paru. Makin berat dirujuk enggak ada tempat, makin jelek harus diinkubasi dia menolak. Semakin berat lagi mau (diinkubasi-Red), tempatnya sudah penuh. Jadi akhirnya meninggal empat hari kemudian,” katanya.
Selanjutnya, adalah kasus yang terjadi di Ambon. KIPI mendapatkan data orang tersebut meninggal akibat terpapar Covid-19. Sehingga bukan karena vaksin AstraZeneca. “Disuntik besoknya dia demam. Batuk pilek kemudian makin memberat diperiksa Covid-19 positif setelah tiga hari. Jadi dia terpapar Covid-19 sebelum divaksin. Covidnya berat akhirnya meninggal karena Covid-19,” ungkapnya.
Sebelumnya, Hindra juga mengungkapkan, adanya ratusan kejadian pasca masyarakat disuntik vaksin Covid-19. Hindra mengatakan, berdasarkan laporan data yang masuk sampai dengan 16 Mei 2021. Laporan KIPI serius untuk penggunaan vaksin Covid-19 Sinovac sebanyak 211 laporan. Sementara, untuk AstraZeneca sebanyak 18 laporan. Sehingga total seluruhnya adalah 229 laporan kasus KIPI serius.
“Laporan KIPI serius berjumlah 229 laporan ini sampai 16 Mei. Rinciannya sinovac 211 laporan dan AstraZeneca 18 laporan,” ujar Hindra dalam rapat dengan Komisi IX DPR RI, Kamis (20/5).
Kemudian untuk laporan KIPI nonserius mencapai 10.627. Itu rinciannya adalah 9.738 untuk vaksin Sinovac dan 889 untuk laporan vaksin AstraZeneca. “Ada 10.627 laporan yang masuk, yang terbagi Sinovac 9.738 laporan dan AstraZeneca 889 laporan,” katanya.
Lebih lanjut Hindra menuturkan, kejadian non serius seperti mual, muntah, demam, lemas, pusing hingga nyeri otot. Total keseluruhnnya adalah 10.627.
“Mengenai laporan KIPI yang non serius seperti mual, muntah, demam, lemas, pusing, dan nyeri otot,” ungkaponya.
Hindra berujar, sebanyak 30 ribu tenaga medis telah diberikan pelatihan untuk menanggulangi KIPI ini. Sehingga para masyarakat yang mengalami kejadian pasca vaksin Covid-19 bisa tertangani dengan baik. “Semua yang gawat, darurat ditangani, responnya bagus sehingga semua dapat tertolong,” pungkasnya.
8.000 Vial Sinovac Tiba di Kualanamu
Sementara, sebanyak 8.000 vial atau 6 Koli vaksin Covid-19 Sinovac kembali tiba di Provinsi Sumut, Kamis (20/5). Vaksin tersebut tiba di Bandara Kualanamu melalui pesawat Garuda GA 182, sekitar pukul 10.20 WIB.
Setibanya di Bandara, vaksin produksi PT Biofarma itu langsung didistribusikan dengan dikawal satu tim personel Detasemen Gegana Sat Brimob Polda Sumut bersenjata lengkap.
“Kita lakukan pengamanan dan pengawalan vaksin menuju 3 lokasi penyimpanan yaitu ke Gudang Farmasi Dinkes Pemprovsu , PT Indofarma Global Medika dan PT Tempo,” ungkap Kabag Ops Sat Brimob Polda Sumut Kompol Heriyono.
Heriyono menjelaskan, vaksin ini nnantinya juga kan di distribusikan ke berbagai daerah di Provinsi Sumut. Menurut dia, pengawalan vaksin ini juga merupakan langkah untuk mempercepat pemulihan kesehatan masyarakat dan memutus penyebaran dan klaster baru Covid-19 di Sumatera Utara. “Vaksin inilah yang akan kita kawal dan kita upayakan semua masyarakat menerima vaksin tersebut,” pungkasnya. (jpc/mbc)