PALUTA, SUMUTPOS.CO – Seminar web atau webinar yang diinisiasi Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia di Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta), Provinsi Sumatera Utara, 14 Juli 2021, mengangkat topik soal keamanan anak-anak dalam berselancar di dunia maya.
Adi Guna Darmadi, selaku Relawan TIK Belitung Timur pada sesi Keamanan Digital, memaparkan tema “Menjaga Keamanan Digital Bagi Anak-anak di Dunia Maya”. Dijelaskannya, terdapat tiga risiko utama keamanan anak-anak di dunia digital antara lain; identitas anak rawan menerima serangan cyber; ketagihan gawai dan konten online; dan menerima perundungan cyber.
“Cara melindungi identitas anak melalui berkomunikasi dengan terbuka dan saling percaya, orangtua mengajari untuk membuat kata sandi yang kuat, menekankan pada anak memakai platform yang memiliki reputasi baik soal keamanan pengguna, berhati-hati terhadap sumber belajar daring yang manawarkan akses gratis, kelola perangkat anak, serta manfaatkan fitur safesearch,” katanya.
Adapun cara lindungi anak dari kecanduan gawai dan game online, menurut dia, imbangi waktu menggunakan gawai dan interaksi di dunia nyata, pinjami anak gawai sesuai kebutuhan, pilihkan program atau aplikasi yang positif untuk anak, mendampingi dan meningkatkan interaksi, gunakan gawai dengan bijaksana, serta telusuri konten yang sering dikunjungi anak dan atur konten sesuai dengan usia anak.
“Sementara lindungi anak dari perundungan cyber melalui ajarkan anak untuk tetap berperilaku baik di dunia maya, ketahui siapa lawan bicara anak, serta dorong anak untuk melapor jika melihat atau mengalami masalah di dunia maya,” ujarnya.
Oleg Sanchabakhtiar, selaku Creative Concept dan Direktur Expert Planet Design Indonesia, dalam sesi Kecakapan Digital menyampaikan tips dan trik cara membuat konten yang menarik bagi generasi milenial. Antara lain, membuat konten yang orisinil, membuat headline yang menarik, isi yang memberikan informasi pengetahuan yang akurat, perspektif baru, menginspirasi, dengan kemasan yang sangat menghibur, durasi yang cukup, mempunyai jadwal tayang yang teratur, serta tau konten yang paling banyak diminati generasi milenial.
“Konten yang paling banyak diminati seperti hiburan, liburan, video viral, meme, inspirasi dan motivasi, gambar indah, kutipan, kisah menyentuh, tips dan trik, serta video tutorial,” katanya yang mengangkat materi bertema “Tips dan Trik Cara Membuat Konten yang Menarik Bagi Generasi Milenial”.
Menurut dia, tips dan trik konten yang dapat disebut menarik dan punya nilai positif berupa, berkualitas isi dan marketnya sesuai pasarnya, berkualitas mudah ditemukan, berkualitas mudah dibaca, berkualitas untuk bisa dibagikan, yang berkualitas akan mudah diingat, serta mengaplikasikan berkawan, berkarya, dan berbagi di tanah Indonesia.
Di Sesi Budaya Digital, Syawaluddin Hasibuan selaku Dosen FP Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan, membahas tantangan pada dunia akademik adalah bagaimana guru dan murid bersinergi dalam tranformasi digital. Penggunaan sistem digital lebih efisien bila dibandingkan dengan sistem konvensional.
“Kegiatan seminar atau konferensi dapat dilakukan secara daring tanpa terkendala jarak, lokasi atau biaya. Era industrialisasi digital perlu diwaspadai, sebab terjadi disrupsi yang mengakibatkan pekerjaan hilang. Hal inilah yang harus diperediksi oleh semua pihak, termasuk pihak sekolah,” ujarnya yang mengangkat materi bertema “Peran Komunitas Akademik Dalam Pendidikan di Era Digital”.
Kemampuan adaptif yang harus diperhitungkan itu, lanjut dia, berkaitan dengan era digital. Sekolah dan pendidik harus memberi pelatihan dan pembinaan pada peserta didik di sekolah dan di luar sekolah.
“Permasalahan pendidikan di era digital meliputi kurikulum belum berbasis IT dan global, proses belajar yang kurang mengasyikan serta pendidik yang kurang melek IT dan tidak inovatif, ketersediaan perangkat IT dan sarana belajar. Siswa harus dididik dalam hal kemampuan adaptasi, literasi digital, dan finansial, cerdas, inovatif dan kreatif, serta hard skill dan soft skill sesuai passion,” terangnya.
Narasumber pada sesi Etika Digital, M Sahor Bangun Ritonga, membahas hoax merupakan berita bohong atau tidak benar. Penyebab tersebarnya berita hoax ialah, dibuat dengan sengaja, tujuan awalnya hanya sekadar iseng atau lelucon, ingin menjadi orang pertama yang menyebarkan informasi, serta berlomba-lomba menikmati kesenangan dalam kebohongan.
“Ciri-ciri berita hoax antara lain, sumber berita yang kurang bisa dipercaya, foto dan video dalam berita tersebut direkayasa, mengandung unsur politik atau SARA, menggunakan kalimat provokatif, serta sering mendapat komentar negatif namun, di sisi lain juga ada yang percaya berita tersebut,” katanya yang mengangkat materi bertema “Sudah Tahukah Kamu Dampak Penyebaran Berita Hoax?”.
Dampak hoax secara sosial ialah, kata dia, membuat masyarakat menjadi curiga dan bahkan membenci kelompok tertentu. Dampak hoax secara ekonomi ialah mampu memengaruhi ekspetasi dan perilaku masyarakat yang pada akhirnya memengaruhi keputusan berekonomi, konsumsi, dan berinvestasi.
“Sementara dampak hoax secara politik ialah merusak persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia. Dampak hoax terhadap anak-anak ialah susah membedakan berita yang benar dan salah serta merusak psikologi anak,” tutur dia.
Webinar diakhiri Sri Ayu Wahyuni, influencer dengan followers 10 ribu, menyimpulkan hasil webinar dari tema yang sudah diangkat para narasumber berupa cara melindungi identitas anak, melalui berkomunikasi dengan terbuka dan saling percaya dan orangtua mengajari untuk membuat kata sandi yang kuat. Tips dan trik cara membuat konten yang menarik bagi generasi milenial antara lain, membuat konten yang orisinil, membuat headline yang menarik, isi yang memberikan informasi pengetahuan yang akurat, perspektif baru, menginspirasi, dengan kemasan yang sangat menghibur. Sekolah dan pendidik harus memberi pelatihan dan pembinaan pada peserta didik di sekolah dan di luar sekolah. Serta, dampak hoax secara sosial ialah membuat masyarakat menjadi curiga dan bahkan membenci kelompok tertentu. Dampak hoax terhadap anak-anak ialah susah membedakan berita yang benar dan salah serta merusak psikologi anak.
Sebagai pembicara kehormatan atau keynote speaker, Bupati Paluta, Andar Amin Harahap memberikan sambutan tujuan literasi digital agar masyarakat cakap dalam menggunakan teknologi digital, bermanfaat dalam membangun daerahnya masing-masing oleh putra putri daerah melalui digital platform. Presiden RI, Joko Widodo turut memberikan sambutan dalam mendukung Literasi Digital Kementerian Kominfo 2021.
Adapun kegiatan ini bertujuan, mewujudkan masyarakat Indonesia yang paham akan literasi digital lebih dalam dan menyikapi secara bijaksana dalam menggunakan digital platform di 77 kota/kabupaten area Sumatera II, mulai dari Aceh sampai Lampung dengan jumlah peserta sebanyak 600 orang di setiap kegiatan yang ditujukan kepada PNS, TNI / Polri, Orang Tua, Pelajar, Penggiat Usaha, Pendakwah dan sebagainya.
Empat kerangka digital diberikan dalam kegiatan tersebut, antara lain Digital Skill, Digital Safety, Digital Ethic, dan Digital Culture di mana masing-masing kerangka mempunyai beragam tema. (rel/dek)