JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebut, banyak masyarakat yang terpapar Covid-19 namun masih melakukan mobilitas di ruang publik. Budi mengatakan, sebanyak 3.830 orang positif Covid-19 terdeteksi masih melakukan aktivitas di luar rumah atau fasilitas kesehatan atau tempat isolasi. Pergerakan mereka terekam dalam aplikasi PeduliLindungi.
“Kita bisa lihat surprisingly tetap saja ada 3.830 orang yang masuk kategori hitam, hitam itu artinya positif Covid-19 tapi masih jalan-jalan,” kata Budi dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR, Senin (13/9).
Mantan Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini menjelaskan, dari 3.830 orang tersebut, setidaknya 3.000 orang masih berjalan-jalan di mal. Kemudian, 43 orang masuk bandara, 63 orang bepergian dengan kereta, dan 55 orang berkunjung ke restoran. “Padahal orang-orang ini adalah orang-orang yang sudah teridentifikasi positif Covid-19 yang harusnya stay di rumah atau isolasi terpusat,” katanya.
Budi mengatakan, pihaknya akan terus melakukan pelacakan kepada masyarakat yang terpapar Covid-19, namun masih melakukan mobilitasnya. Nantinya pemerintah akan mengambil tindakan, meminta agar orang tersebut menjalani isolasi. “Dengan demikian, kita bisa melacak mereka dan memastikan mereka segera kita ambil untuk kita lakukan isolasi,” tegasnya.
Sementara terkait masuknya Covid-19 varian Delta ke Indonesia, Budi Gunadi Sadikin mengakui bahwa pemerintah kebobolan. Hal itu mengakibatkan tingginya angka kasus penularan.
Budi mengatakan, Covid-19 varian Delta masuk ke Indonesia lewat pintu masuk di jalur laut. Sehingga pemerintah mengaku kecolongan akibat lemahnya pengawasan di pintu masuk tersebut.
“Kemarin kita agak kebobolan karena kita lupa menjaga dari sisi lautnya banyak kapal-kapal pengangkut barang dari India krunya saat mendarat diizinkan turun. Sehingga menular,” ujar Budi.
Oleh sebab itu, Budi mengaku, pemerintah tidak ingin lagi kecolongan dengan varian baru Covid-19 tersebut. Karena itu pintu-pintu masuk di Indonesia diperketat. “Kita sudah lihat masuknya varian baru. Kalau ini tidak terjaga dengan baik di awal maka akan bisa sangat cepat menguasai landscape varian-varian yang ada,” katanya.
“Dari laut banyak yang harus kita perbaiki khususnya di Batam,” tambahnya.
Budi menuturkan, upaya penjagaan di pintu-pintu masuk Indonesia salah satunya adalah dengan pemerintah menerapkan karantina bagi orang yang datang dari luar negeri. “Oleh karena itu penting bagi kita untuk menjaga border kita. Perbatasan kita pintu-pintu masuk kita, memperketat namanya entry dan exit test dan termasuk mendisplinkan proses karantina,” tegasnya.
Siapkan 2 Skenario
Menkes Budi Gunadi mengatakan, pemerintah sudah menyiapkan skenario terkait transisi dari pandemi ke endemi Covid-19. Menurutnya, terdapat dua skenario yang disiapkan. Misalnya skenario A di mana status endemi bisa dilakukan jika tak ada lagi lonjakan kasus Covid-19 di dalam negeri.
“Jadi skenario kondisi endemi. Kita memperkirakan bahwa kasus setahun itu 1,9 juta. Untuk informasi sekarang kasus kita sudah berjalan sejak Maret 2020 itu sudah ada 4 juta kasus,” ujar Budi.
“Jadi kita untuk skenario A bahwa ini kondisinya membaik terus atau rata dengan kondisi sekarang ada 1,9 juta kasus,” tambahnya.
Kemudian, lanjutnya, kedua adalah skenario B, jika terjadi lonjakan kasus Covid-19 akibat dari varian baru. Adapun skenario ini disiapkan untuk melakukan antisipasi adanya varian baru akibat Covid-19.
“Skenario B jika terjadi lonjakan varian baru mengakibatkan adanya lonjakan kasus kita mengestimasikan ada 3,9 kasus atau 2 juta kasus lebih tinggi dibandingkan skenario normal, skenario tidak ada lonjakan,” katanya.
Budi menuturkan, jika skenario B diterapkan maka akan ditingkatkan testing hinggak 58 juta tes sepanjang 2022. Kemudian vaksinasi juga terus dilakukan pemerintah. “Misalnya skenario A, testing 28 juta, kalau skenario B 58 juta testing,” ungkapnya.
Selanjutnya Budi juga menuturkan, pihaknya memperkirakan 80 persen dari total kasus akan membutuhkan tempat isolasi. Untuk itu pemerintah akan menyiapkan tempat isolasi bagi pasien Covid-19. “Isolasi terpusat dan isolasi mandiri kami akan persiapkan strateginya,” ungkapnya.
Selain itu, Budi mengaku pemerintah juga akan membenahi laboratorium, sehingga jumlah kapasitas seluruh laboratorium di Indonesia bisa merilis hasil pengetesan kurang dari 2 hari. Serta mempersiapkan jaringan whole genome sequence untuk memastikan seluruh Indonesia kita bisa terlacak jika ada Covid-19 varian baru.
“Testingnya juga akan kita rapikan, seluruh Puskesmas akan kita latih kembali akan kita pastikan sistemnya diserdaharakan agar pelaporan bisa lengkap. Kemudian, juga tracingnya yang sekarang sudah mulai membaik akan kita pastikan terus kita jalankan, termasuk juga aplikasi yang akan kita sederhanakan,” pungkasnya.
Sebelumnya, Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menjelaskan perihal pandemi virus korona yang diprediksi menjadi endemi. Ia menyebutkan, pandemi akan berubah menjadi endemi ketika situasi sudah lebih terkendali. “Endemi dapat digambarkan sebagai sebuah situasi di mana kondisi kasus lebih terkendali. Namun, bukan berarti virusnya hilang sepenuhnya,” kata Wiku.
Menurut Wiku, ada sejumlah hal yang mengindikasikan bahwa pandemi bertransisi menjadi endemi. Misalnya, meningkatnya kekebalan masyarakat terhadap virus. Kemudian, menurunnya angka infeksi alamiah sehingga jumlah pasien yang dirawat dan angka kematian akibat virus menurun.
Wiku mengatakan, hal itu dapat dicapai dengan instrumen pengendalian pandemi yang tengah diupayakan pemerintah saat ini.
Upaya tersebut mulai dari Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak), 3T (testing, tracing, treatment), hingga vaksinasi di tiap kabupaten/kota di Indonesia.
BOR Sumut Turun
Terpisah, Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi mengklaim bahwa kondisi bed occupancy rate (BOR) rumah sakit yang menangani Covid-19 di Sumut kini berada di angka 19 persen. Hal itu jauh menurun bila dibandingkan dengan enam pekan lalu, kondisi BOR di Sumut sempat tembus di angka 80 persen.
Menurut Edy, angka 19 persen tersebut menunjukkan bahwa kasus penularan Covid-19 di Sumut kian hari semakin menurun. “Perlu saya sampaikan kepada kalian. Kita sekarang bahwa BOR kita itu sudah berada di angka 19 persen. Enam minggu lalu berada di angka 80 persen. Sekarang sudah 19 persen. Untuk ICU berada di 28 persen per hari ini. Itu tandanya rakyat kita yang sakit semakin berkurang,” katanya menjawab wartawan, Senin (13/9). Terkait adanya perbedaan data kasus Covid-19 di Sumut dengan Kementerian Kesehatan, Edy pun mengungkapkan salah satu penyebabnya. “Jadi begini, dari pusat masih pakai swab antigen reaktif, swab PCR positif, dimasukkan ke data. Tetapi lebih cenderung di kabupaten/kota di provinsi ini adalah, dicatat hanya yang hasil swab PCR untuk laboratorium, buka antigen. Jadi dia berbeda,” kata mantan Pangkostrad itu.
“Orang-orang di daerah, saya sudah panggil ini. Kalau sudah antigen dia reaktif, dia ditindaklanjuti dengan swab PCR. Kalau hasil swab reaktif dilaporkan, lalu dilanjutkan swab PCR orang yang sama dilaporkan. Ini double, inilah yang berbeda. Tak jadi persoalan, yang lebih penting kalian bisa rasakan sekarang ini dibandingkan dua atau tiga minggu lalu. Kita berharap dari hari ke hari semakin berubah semakin sedikit,” sambung Edy.
Sementara update data Covid-19 di Sumut per 13 September 2021 yang bersumber dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, bahwa kasus konfirmasi positif Covid-19 di Sumut bertambah 128 kasus. Dengan penambahan itu, total sementara kasus positif Covid-19 Sumut naik tipis dari 101.749 menjadi 101.877 orang.
Untuk kasus kesembuhan, Sumut masih mempertahankan tren yang tinggi dengan penambahan 647 orang. Dengan demikian, akumulasinya naik dari 89.570 menjadi 90.217 orang. Selanjutnya, untuk kasus kematian diperoleh penambahan 23 orang, sehingga jumlahnya naik dari 2.592 menjadi 2.615 orang. Karenanya, berdasarkan data tersebut, maka kasus aktif Covid-19 Sumut kembali turun jumlahnya sebanyak 539 poin yaitu 9.587 menjadi 9.048 orang. (jpc/prn/ris)