26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Gubsu Panggil Direktur PT Angkasa Pura Aviasi, Tidak Ada Aset yang Dijual ke India

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Merespon cepat isu soal penjualan aset Bandara Kualanamu Internasional Airport di Kabupaten Deli Serdang ke GMR Airport Consortium, perusahaan asal India. Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi, langsung memangil Direktur PT Angkasa Pura Aviasi, Haris, Usai mengikuti kegiatan funbike dalam rangka Hari Bakti ke-76 Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) di Kantor Dinas BMBK Sumut, Jalan Sakti Lubis Medan, Minggu (28/11), Edy memanggil Direktur PT Angkasa Pura Aviasi, Haris.

TEMU PERS: Gubernur Sumut Edy Rahmayadi dan Direktur PT Angkasa Pura Aviasi, Haris saat memberikan keterangan pers di Kantor Dinas BMBK Sumut, Minggu (28/11).

Edy minta Haris menjelaskan isu dimaksud kepada peserta yang hadir. “Saya minta semua dengarkan omongan beliau. Ramai katanya (bandara) Kualanamu dijual sama India. Saya pun tak tau. Jadi langsung saja ke sumber yang utama,” katanya.

Edy menyebut, setelah ini jangan lagi dikembang-kembangkan isu tersebut sehingga rakyat hilang kepercayaan dengan pemimpinnya. Mendapat perintah itu, Direktur PT Angkasa Pura Aviasi, Haris menjelaskan, kemitraan strategis pengeolaan Bandara Kualanamu lebih kepada ke kemitraan strategis yakni kerjasama, bukan penjualan aset.

Pihaknya ke depan punya rencana, bagaimana menjadikan Bandara Kualanamu menjadi HUB Internasional. “Makanya kita membutuhkan kerjasama dengan GMR Airport yang nanti bisa membawa traffic ke Bandara Kualanamu khususnya penerbangan internasional,” katanya.

GMR akan masuk ke dalam kepemilikan saham PT Angkasa Pura Aviasi dengan kepemilikan saham 49 persen. “Jadi bukan Bandara Kualanamu, Bandara Kualanamu merupakan aset PT Angkasa Pura II,” katanya.

Menurutnya, aset tersebut merupakan kekayaan negara yang sudah dikelola PT Angkasa Pura II. “Jadi bukan PT Angkasa Pura II-nya melepas saham, tapi anak PT Angkasa Pura II-nya (PT Angkasa Pura Aviasi),” pungkasnya.

Dari sisi ini, ditegaskan dia, tidak ada aset yang berpindah ke GMR. Namun di media seolah-olah Bandara Kualanamu yang dijual. “Saya bisa tegaskan dan jaminan bahwa tidak ada aset yang berpindah semua masih aset Milik PT AP II,” ungkapnya.

Kemudian PT AP II masih memperoleh pendapatan dari deviden. Inilah menjadi tujuan utama pihaknya karena sekarang kalau dilihat total dari bandara di Indonesia, marketnya masih kepada domestik. “Jadi sekarang bagaimana itu mentransfer Bandara Internasional dan domestiknya. Kami harap bapak-bapak semua untuk bisa meluruskan pemberitaan di media, tidak ada penjualan aset,” pungkas Haris.

Setelah mendengar penjelasan ini, Gubsu Edy kembali berharap jangan ada lagi ribut-ribut mengenai isu Bandara Kualanamu dijual. Edy pun sempat menyebut istilah ulok. Ulok dalam makna bahasa di Medan, dapat diartikan sebagai membesar-besarkan cerita dan cenderung bohong. “Di counter itu isu, tangkis. Kita kan terlalu pandai ulok. Dia lupa kalau kita raja ulok,” pungkas mantan Pangkostrad.

Sebelumnya diberitakan, operator bandara asal India, GMR Airports Consortium resmi masuk dalam pengembangan Bandara Internasional Kualanamu, Deliserdang, Sumatera Utara. PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II, akan melakukan kemitraan strategis untuk pengembangan bandara ini selama 25 tahun ke depan.

Skema kemitraan strategis untuk pengembangan bandara ini, memiliki nilai investasi kerja sama sekitar US$ 6 miliar atau sekitar Rp85,2 triliun. Termasuk investasi dari mitra strategis sedikitnya Rp15 triliun.

Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin menyatakan, GMR sudah menyampaikan rencananya untuk mengembangkan Bandara Internasional Kualanamu dengan menargetkan penumpang hingga 54 juta orang pada tahun ke-25 kemitraan, atau setara bandara Soekarno Hatta saat ini. “Trafik penerbangan akan meningkat, lalu akan ada alih teknologi dan keahlian, serta berbagi porsi modal di Bandara Internasional Kualanamu,” ujar Awaluddin dalam keterangannya, Selasa (23/11).

Awaluddin mengatakan, perseroan menetapkan sejumlah kriteria yang harus dipenuhi mitra strategis di Bandara Internasional Kualanamu. “Pengembangan di Bandara Internasional Kualanamu difokuskan memperkuat konektivitas internasional dan turut melibatkan swasta guna mewujudkan, 3E yaitu expansion the traffic, expertise sharing, dan equity partnership. Traffic penerbangan akan meningkat, lalu akan ada alih teknologi dan keahlian, serta berbagi porsi modal di Bandara Internasional Kualanamu,” kata Awaluddin.

Adapun GMR Airports Consortium merupakan investor strategis yang dimiliki GMR Group asal India. Perusahaan ini juga dimiliki oleh Aéroports de Paris Group (ADP) asal Prancis.

Saat ini, GMR Airport mengelola New Delhi’s Indira Gandhi International Airport, Hyderabad International Airport di India, Bidar Airport di India, hingga Mactan Cebu International Airport di Filipina. Perusahaan juga tengah mengembangkan Goa International Airport di India, Visakhapatnam International Airport di India, dan Crete International Airport di Yunani.

AP II dan GMR Airports Consortium akan menjadi pemegang saham di joint venture company (JVCo) yakni PT Angkasa Pura Aviasi. Perusahaan tersebut menjadi pengelola Bandara Internasional Kualanamu. Rinciannya, AP II menguasai mayoritas 51 persen saham di PT Angkasa Pura Aviasi, sementara GMR Airports Consortium sebesar 49 persen. (gus)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Merespon cepat isu soal penjualan aset Bandara Kualanamu Internasional Airport di Kabupaten Deli Serdang ke GMR Airport Consortium, perusahaan asal India. Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi, langsung memangil Direktur PT Angkasa Pura Aviasi, Haris, Usai mengikuti kegiatan funbike dalam rangka Hari Bakti ke-76 Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) di Kantor Dinas BMBK Sumut, Jalan Sakti Lubis Medan, Minggu (28/11), Edy memanggil Direktur PT Angkasa Pura Aviasi, Haris.

TEMU PERS: Gubernur Sumut Edy Rahmayadi dan Direktur PT Angkasa Pura Aviasi, Haris saat memberikan keterangan pers di Kantor Dinas BMBK Sumut, Minggu (28/11).

Edy minta Haris menjelaskan isu dimaksud kepada peserta yang hadir. “Saya minta semua dengarkan omongan beliau. Ramai katanya (bandara) Kualanamu dijual sama India. Saya pun tak tau. Jadi langsung saja ke sumber yang utama,” katanya.

Edy menyebut, setelah ini jangan lagi dikembang-kembangkan isu tersebut sehingga rakyat hilang kepercayaan dengan pemimpinnya. Mendapat perintah itu, Direktur PT Angkasa Pura Aviasi, Haris menjelaskan, kemitraan strategis pengeolaan Bandara Kualanamu lebih kepada ke kemitraan strategis yakni kerjasama, bukan penjualan aset.

Pihaknya ke depan punya rencana, bagaimana menjadikan Bandara Kualanamu menjadi HUB Internasional. “Makanya kita membutuhkan kerjasama dengan GMR Airport yang nanti bisa membawa traffic ke Bandara Kualanamu khususnya penerbangan internasional,” katanya.

GMR akan masuk ke dalam kepemilikan saham PT Angkasa Pura Aviasi dengan kepemilikan saham 49 persen. “Jadi bukan Bandara Kualanamu, Bandara Kualanamu merupakan aset PT Angkasa Pura II,” katanya.

Menurutnya, aset tersebut merupakan kekayaan negara yang sudah dikelola PT Angkasa Pura II. “Jadi bukan PT Angkasa Pura II-nya melepas saham, tapi anak PT Angkasa Pura II-nya (PT Angkasa Pura Aviasi),” pungkasnya.

Dari sisi ini, ditegaskan dia, tidak ada aset yang berpindah ke GMR. Namun di media seolah-olah Bandara Kualanamu yang dijual. “Saya bisa tegaskan dan jaminan bahwa tidak ada aset yang berpindah semua masih aset Milik PT AP II,” ungkapnya.

Kemudian PT AP II masih memperoleh pendapatan dari deviden. Inilah menjadi tujuan utama pihaknya karena sekarang kalau dilihat total dari bandara di Indonesia, marketnya masih kepada domestik. “Jadi sekarang bagaimana itu mentransfer Bandara Internasional dan domestiknya. Kami harap bapak-bapak semua untuk bisa meluruskan pemberitaan di media, tidak ada penjualan aset,” pungkas Haris.

Setelah mendengar penjelasan ini, Gubsu Edy kembali berharap jangan ada lagi ribut-ribut mengenai isu Bandara Kualanamu dijual. Edy pun sempat menyebut istilah ulok. Ulok dalam makna bahasa di Medan, dapat diartikan sebagai membesar-besarkan cerita dan cenderung bohong. “Di counter itu isu, tangkis. Kita kan terlalu pandai ulok. Dia lupa kalau kita raja ulok,” pungkas mantan Pangkostrad.

Sebelumnya diberitakan, operator bandara asal India, GMR Airports Consortium resmi masuk dalam pengembangan Bandara Internasional Kualanamu, Deliserdang, Sumatera Utara. PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II, akan melakukan kemitraan strategis untuk pengembangan bandara ini selama 25 tahun ke depan.

Skema kemitraan strategis untuk pengembangan bandara ini, memiliki nilai investasi kerja sama sekitar US$ 6 miliar atau sekitar Rp85,2 triliun. Termasuk investasi dari mitra strategis sedikitnya Rp15 triliun.

Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin menyatakan, GMR sudah menyampaikan rencananya untuk mengembangkan Bandara Internasional Kualanamu dengan menargetkan penumpang hingga 54 juta orang pada tahun ke-25 kemitraan, atau setara bandara Soekarno Hatta saat ini. “Trafik penerbangan akan meningkat, lalu akan ada alih teknologi dan keahlian, serta berbagi porsi modal di Bandara Internasional Kualanamu,” ujar Awaluddin dalam keterangannya, Selasa (23/11).

Awaluddin mengatakan, perseroan menetapkan sejumlah kriteria yang harus dipenuhi mitra strategis di Bandara Internasional Kualanamu. “Pengembangan di Bandara Internasional Kualanamu difokuskan memperkuat konektivitas internasional dan turut melibatkan swasta guna mewujudkan, 3E yaitu expansion the traffic, expertise sharing, dan equity partnership. Traffic penerbangan akan meningkat, lalu akan ada alih teknologi dan keahlian, serta berbagi porsi modal di Bandara Internasional Kualanamu,” kata Awaluddin.

Adapun GMR Airports Consortium merupakan investor strategis yang dimiliki GMR Group asal India. Perusahaan ini juga dimiliki oleh Aéroports de Paris Group (ADP) asal Prancis.

Saat ini, GMR Airport mengelola New Delhi’s Indira Gandhi International Airport, Hyderabad International Airport di India, Bidar Airport di India, hingga Mactan Cebu International Airport di Filipina. Perusahaan juga tengah mengembangkan Goa International Airport di India, Visakhapatnam International Airport di India, dan Crete International Airport di Yunani.

AP II dan GMR Airports Consortium akan menjadi pemegang saham di joint venture company (JVCo) yakni PT Angkasa Pura Aviasi. Perusahaan tersebut menjadi pengelola Bandara Internasional Kualanamu. Rinciannya, AP II menguasai mayoritas 51 persen saham di PT Angkasa Pura Aviasi, sementara GMR Airports Consortium sebesar 49 persen. (gus)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/