30.5 C
Medan
Saturday, September 28, 2024

Awas Heat Stroke, Suhu Panas Saat Ibadah Haji Bisa Tembus 50 Derajat

SUMUTPOS.CO – Musim ibadah haji kali ini diprediksi akan terasa lebih berat di tengah tantangan gelombang suhu panas akibat perubahan iklim. Selain India dan Pakistan, Arab Saudi diprediksi bakal tembus 50 derajat Celcius. Para jamaah haji diminta mewaspadai bahaya dehidrasi heat stroke. Apa itu?

Tabung Haji (TH) Malaysia memproyeksikan jamaah haji ke depan akan menghadapi suhu panas hingga 50 derajat Celcius. Direktur Pelaksana Haji TH Malaysia Datuk Seri Syed Saleh Syed Abdul Rahman, mengingatkan kepada seluruh jamaah haji agar berhati-hati dengan cuaca ekstrem dan melakukan persiapan sejak dini sebelum berangkat ke Tanah Suci.

“Tanah Suci suhunya agak tinggi, saat ini mencapai 50-51 derajat Celcius. Ini bukan puncak musim panas. Jamaah haji akan terpapar cuaca panas ini saat mereka pergi ke masjid dan perkemahan di muzdalifah,” katanya seperti dilansir dari Malaysia Gazette, Minggu (29/5).

“Itu bisa menyebabkan heat stroke karena dehidrasi. Setelah dua tahun tidak bisa menunaikan ibadah haji, para jamaah haji harus berbenah diri, membekali diri dengan ilmu, mental dan fisik,” ujarnya.

Hal senada diungkapkan Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI, dr Budi Sylvana MARS MH. Ia meminta semua petugas kesehatan haji memiliki jiwa edukasi kesehatan. Hal ini penting dilakukan, mengingat pelaksanaan ibadah haji di tahun ini kemungkinan akan dihadapkan pada suhu yang sangat ekstrem.

Dalam kurun waktu tahun 2012-2019, tercatat di tahun 2017 merupakan kasus kematian tertinggi jamaah haji indonesia, mencapai 645 kasus, dilatarbelakangi oleh cuaca panas yang ekstrem. Jangan sampai kejadian di tahun 2017 terulang, kematian melonjak tajam karena suhu sangat tinggi.

“Upaya kesiapsiagaan dalam menghadapi cuaca ekstrem harus dimiliki oleh setiap tim yang bertugas,” katanya seperti dalam keterangan resmi Kemenkes.

Tim sanitasi diminta menyiapkan early warning system siaga 1-3 termasuk imbauan yang harus dilakukan oleh semua Tenaga Kesehatan Haji dan Jamaah Haji. Tim Promosi kesehatan diminta terus melakukan edukasi, khususnya cara cara pencegahan penyakit akibat cuaca panas, jangan sampai jamaah tidak menyadari sudah masuk dalam tahapan heat exhausted.

Heat Stroke atau serangan panas menjadi hal pertama yang diantisipasi tenaga kesehatan haji dalam menjalankan tugas. Untuk itu baik petugas dan jamaah haji diminta untuk dapat mengenali tanda tanda heat stroke.

“Jangan sampai mereka tidak menyadari bahwa sudah masuk dalam tahapan heat exhausted. Mereka harus mengenali gejala heat exhausted. Seperti pusing, mual terutama pada saat aktifitas di luar ruangan,” tegas Kepala kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Mekkah, dr. Muhammad Imran.

Menurut Imran, ada kondisi sebelum orang dinyatakan mengalami heatstroke. Kondisi pertama adalah heat exhaustion. Kondisi itu dapat diatasi dengan minum air yang cukup, mengganti elektrolit yang hilang, menyemprot tubuh dengan air, dan beristirahat setidaknya 30 menit.

Ketika abai dengan heat exhaustion, bisa terjadi heatstroke. Itu merupakan kondisi paling berat pada tubuh akibat cuaca panas. Tubuh tidak dapat mengontrol suhu badan. Lalu, terjadi peningkatan suhu badan dengan cepat hingga mencapai 41 derajat Celsius dalam kurun waktu 10–15 menit. Pada tahap tersebut, tubuh sudah tidak dapat mengeluarkan keringat.

Heatstroke atau serangan panas dapat memperberat kondisi orang yang sedang sakit dan mengakibatkan kematian. “Jangan menunggu haus untuk minum,” imbaunya.

Koordinator Promosi Kesehatan PPIH Bidang Kesehatan Edi Supriyatna mengatakan, perbedaan suhu yang ekstrem ditambah kelembapan yang rendah di Arab Saudi menimbulkan potensi dehidrasi bagi jamaah haji. “Kunci dehidrasi adalah mineral loss. Jadi, harus minum air yang dicampur elektrolit,” ujar Edi.

Fungsi elektrolit di sini bukan obat diare. Melainkan pengganti mineral yang hilang selama menjalankan aktivitas di tengah cuaca yang sangat terik dan minim kelembapan.

Dia menyarankan agar jamaah mencampurkan satu saset oralit dengan 600 ml air. Selain itu, jamaah diminta untuk minum air sebanyak enam botol sehari dengan takaran 600 ml air setiap botol.

Lebih lanjut Edi menyampaikan, jamaah haji diminta untuk menghindari paparan sinar matahari langsung dengan melengkapi diri dengan alat pelindung diri (APD). Salah satunya, menggunakan topi dengan pinggiran yang lebar.

Selain itu, jamaah diminta untuk sering menyemprot bagian tubuh yang terpapar pajanan matahari langsung. Terutama muka dan tangan. Jamaah juga diminta untuk mengenakan pakaian yang longgar dan mudah menyerap keringat serta selalu memakai alas kaki saat bepergian. “Edukasi ini harus dijalankan mulai dari sekarang, sebelum jamaah haji berangkat,” kata Edi.

Sesuai dengan rencana, calon jamaah haji secara bertahap mulai masuk asrama haji pada 3 Juni. Selanjutnya, kloter pertama akan diterbangkan ke Saudi pada 4 Juni. (jpc)

 

SUMUTPOS.CO – Musim ibadah haji kali ini diprediksi akan terasa lebih berat di tengah tantangan gelombang suhu panas akibat perubahan iklim. Selain India dan Pakistan, Arab Saudi diprediksi bakal tembus 50 derajat Celcius. Para jamaah haji diminta mewaspadai bahaya dehidrasi heat stroke. Apa itu?

Tabung Haji (TH) Malaysia memproyeksikan jamaah haji ke depan akan menghadapi suhu panas hingga 50 derajat Celcius. Direktur Pelaksana Haji TH Malaysia Datuk Seri Syed Saleh Syed Abdul Rahman, mengingatkan kepada seluruh jamaah haji agar berhati-hati dengan cuaca ekstrem dan melakukan persiapan sejak dini sebelum berangkat ke Tanah Suci.

“Tanah Suci suhunya agak tinggi, saat ini mencapai 50-51 derajat Celcius. Ini bukan puncak musim panas. Jamaah haji akan terpapar cuaca panas ini saat mereka pergi ke masjid dan perkemahan di muzdalifah,” katanya seperti dilansir dari Malaysia Gazette, Minggu (29/5).

“Itu bisa menyebabkan heat stroke karena dehidrasi. Setelah dua tahun tidak bisa menunaikan ibadah haji, para jamaah haji harus berbenah diri, membekali diri dengan ilmu, mental dan fisik,” ujarnya.

Hal senada diungkapkan Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI, dr Budi Sylvana MARS MH. Ia meminta semua petugas kesehatan haji memiliki jiwa edukasi kesehatan. Hal ini penting dilakukan, mengingat pelaksanaan ibadah haji di tahun ini kemungkinan akan dihadapkan pada suhu yang sangat ekstrem.

Dalam kurun waktu tahun 2012-2019, tercatat di tahun 2017 merupakan kasus kematian tertinggi jamaah haji indonesia, mencapai 645 kasus, dilatarbelakangi oleh cuaca panas yang ekstrem. Jangan sampai kejadian di tahun 2017 terulang, kematian melonjak tajam karena suhu sangat tinggi.

“Upaya kesiapsiagaan dalam menghadapi cuaca ekstrem harus dimiliki oleh setiap tim yang bertugas,” katanya seperti dalam keterangan resmi Kemenkes.

Tim sanitasi diminta menyiapkan early warning system siaga 1-3 termasuk imbauan yang harus dilakukan oleh semua Tenaga Kesehatan Haji dan Jamaah Haji. Tim Promosi kesehatan diminta terus melakukan edukasi, khususnya cara cara pencegahan penyakit akibat cuaca panas, jangan sampai jamaah tidak menyadari sudah masuk dalam tahapan heat exhausted.

Heat Stroke atau serangan panas menjadi hal pertama yang diantisipasi tenaga kesehatan haji dalam menjalankan tugas. Untuk itu baik petugas dan jamaah haji diminta untuk dapat mengenali tanda tanda heat stroke.

“Jangan sampai mereka tidak menyadari bahwa sudah masuk dalam tahapan heat exhausted. Mereka harus mengenali gejala heat exhausted. Seperti pusing, mual terutama pada saat aktifitas di luar ruangan,” tegas Kepala kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Mekkah, dr. Muhammad Imran.

Menurut Imran, ada kondisi sebelum orang dinyatakan mengalami heatstroke. Kondisi pertama adalah heat exhaustion. Kondisi itu dapat diatasi dengan minum air yang cukup, mengganti elektrolit yang hilang, menyemprot tubuh dengan air, dan beristirahat setidaknya 30 menit.

Ketika abai dengan heat exhaustion, bisa terjadi heatstroke. Itu merupakan kondisi paling berat pada tubuh akibat cuaca panas. Tubuh tidak dapat mengontrol suhu badan. Lalu, terjadi peningkatan suhu badan dengan cepat hingga mencapai 41 derajat Celsius dalam kurun waktu 10–15 menit. Pada tahap tersebut, tubuh sudah tidak dapat mengeluarkan keringat.

Heatstroke atau serangan panas dapat memperberat kondisi orang yang sedang sakit dan mengakibatkan kematian. “Jangan menunggu haus untuk minum,” imbaunya.

Koordinator Promosi Kesehatan PPIH Bidang Kesehatan Edi Supriyatna mengatakan, perbedaan suhu yang ekstrem ditambah kelembapan yang rendah di Arab Saudi menimbulkan potensi dehidrasi bagi jamaah haji. “Kunci dehidrasi adalah mineral loss. Jadi, harus minum air yang dicampur elektrolit,” ujar Edi.

Fungsi elektrolit di sini bukan obat diare. Melainkan pengganti mineral yang hilang selama menjalankan aktivitas di tengah cuaca yang sangat terik dan minim kelembapan.

Dia menyarankan agar jamaah mencampurkan satu saset oralit dengan 600 ml air. Selain itu, jamaah diminta untuk minum air sebanyak enam botol sehari dengan takaran 600 ml air setiap botol.

Lebih lanjut Edi menyampaikan, jamaah haji diminta untuk menghindari paparan sinar matahari langsung dengan melengkapi diri dengan alat pelindung diri (APD). Salah satunya, menggunakan topi dengan pinggiran yang lebar.

Selain itu, jamaah diminta untuk sering menyemprot bagian tubuh yang terpapar pajanan matahari langsung. Terutama muka dan tangan. Jamaah juga diminta untuk mengenakan pakaian yang longgar dan mudah menyerap keringat serta selalu memakai alas kaki saat bepergian. “Edukasi ini harus dijalankan mulai dari sekarang, sebelum jamaah haji berangkat,” kata Edi.

Sesuai dengan rencana, calon jamaah haji secara bertahap mulai masuk asrama haji pada 3 Juni. Selanjutnya, kloter pertama akan diterbangkan ke Saudi pada 4 Juni. (jpc)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/