26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Pameran Tiga Hari Kantongi Rp100 Juta

Manfaatkan Fengsui untuk Unsur Pembuatan Logo

Fengsui identik dengan peruntungan sebuah bentuk dan letak bangunan beserta isinya. Bagaimana kalau menggunakan fengsui untuk pembuatan logo perusahaan atau produk? Itulah peluang emas yang ditangkap oleh Jessica Diana Kartika dan Rudyiat Wijaya.

THOMAS KUKUH-AGUNG PUTU, Jakarta

“HANYA tiga hari pameran, kami sudah dapat Rp 100 juta,” kata Jessica dengan semingrah. Ya, perempuan 24 tahun yang dalam tiga hari berpakaian cheongsam (pakaian merah adat Tionghoa) itu merupakan salah seorang peserta pameran dan kompetisi wirausaha mandiri di Jakarta Convention Center (JCC).

Saat ditemui Minggu (22/1) lalu, Jessica sibuk menerima tamu dan melakukan presentasi. Dia memperkenalkan perusahaan yang baru didirikannya pada 2010 tersebut kepada para pengunjung. Jessica begitu lincah dan meyakinkan saat menerangkan manfaat pembuatan logo yang didasarkan pada hitungan fengsui.

Jessica mengungkapkan, perusahaannya menyediakan jasa membuat suatu logo perusahaan atau produk agar sesuai dengan karakteristik pemilik dan selaras dengan alam. “Definisi fengsui sendiri adalah pengetahuan yang bertujuan untuk mengharmonisasi manusia agar seimbang dengan alam,” ujarnya.

Dalam membuat logo, Jessica dan tim selalu melibatkan klien. Dia menghitung karakter pemilik, menghitung nilai baik nama perusahaan, karakteristik perusahaan, dan usahanya.

Selain memakai unsur fengsui, Jessica menggunakan kaidah-kaidah desain logo. Nah, begitu jadi, logo tersebut akan membawa perusahaan atau produk yang bersangkutan memperoleh keberuntungan dan bisa lebih baik karena selaras dan seimbang dengan alam.

Jessica tahu benar tentang kaidah desain logo karena jebolan Fakultas Desain Komunikasi Visual Universitas Kristen (UK) Petra, Surabaya. Dia benar-benar memanfaatkan ilmu yang didapatkan selama kuliah itu untuk pekerjaannya saat ini. “Saya dari SMA memang bercita-cita sebagai desainer logo yang memasukkan unsur fengsui,” kata perempuan kelahiran Semarang tersebut.

Menurut Jessica, jasa pembuatan logo berdasar fengsui merupakan hal yang baru di Indonesia. Tidak banyak perusahaan jasa pembuat logo yang berfokus pada unsur fengsui. Selama ini yang menjadi perhatian utama dalam pembuatan logo hanya unsur kreatif dan pakem-pakem desain.
Jessica menilai bisnis yang digelutinya sekarang sebagai peluang besar. Sejak SMA dia menggeluti hal-hal yang berbau desain dan memperdalam ilmu tentang fengsui. Kenapa fengsui? Jessica tertawa. Dia mengaku bahwa ayahnya adalah ahli fengsui bangunan. Namanya Mas Dian.

Sang ayah sudah lama menggeluti dunia fengsui dan hidup dari jasa penghitungan fengsui khusus bangunan. Nah, karena hampir setiap hari melihat sang ayah begelut dengan fengsui, Jessica pun akhirnya tertarik. “Tapi, saya lebih banyak belajar sendiri dari literatur-literatur fengsui yang sudah ada,” tutur dia.

Saat masuk kuliah pada 2005, Jessica sama sekali tidak mendapatkan ilmu fengsui. Dalam ilmu desain logo di jalur formal, perpaduan pembuatan logo dan fengsui memang tidak diajarkan sama sekali. Dia pun mempelajari fengsui secara otodidak. Dia juga kerap berkonsultasi dengan ayahnya yang berada di Jakarta.

Meski masih dalam tahap belajar, Jessica termasuk orang yang berani dan percaya diri. Buktinya, baru menempuh semester lima, dia menerima klien yang membutuhkan pembuatan logo. “Saya mendapat tawaran dari link-nya teman. Saya terima saja,” ungkapnya.

Klien pertama Jessica adalah sebuah perusahaan general contractor. Jessica girang karena klien puas dengan kinerjanya. “Saya senang banget. Padahal, saat itu modal saya cuma komputer seharga Rp8,9 juta yang dibelikan papa,” ucapnya, lantas tertawa.
Setelah itu, order terus mengalir. Namun, Jessica tidak begitu saja tergiur. Dia sadar bahwa kebanyakan order justru akan membuat kuliahnya berantakan. Dia akhirnya memutuskan kembali berfokus pada kuliah.

Jessica lulus kuliah pada 2009. Dia membuka perusahaan jasa pembuatan logo bersama teman kampusnya yang juga concern mempelajari fengsui bernama Rudyiat Wijaya. Nama perusahaan itu cukup simpel. Yakni, Fengsui untuk Logo.

Untuk kantor, Jessica dan Rudyiat menyewa sebuah rumah kontrakan kecil di kawasan Siwalankerto yang tak jauh dari kampus UK Petra. “Saya terinspirasi Google dan Microsoft yang memulai usaha dari garasi, tapi sekarang sudah mendunia,” imbuhnya, lantas tertawa.

Rudyiat menambahkan, tidak mudah membangun perusahaan baru. Apalagi, ilmu yang digunakannya termasuk baru di masyarakat. Alhasil, mereka harus jatuh bangun untuk menjemput bola guna meraih kepercayaan dari para pemilik perusahaan agar mau memakai jasanya.”Kami dulu sering pergi ke Gresik sendiri hujan-hujan naik motor untuk memprospek klien. Itu semua sudah kami lewati,” kenangnya.

Menurut Rudiyat, kesulitan pada saat awal adalah membangun kepercayaan klien bahwa unsur fengsui juga bisa bermanfaat untuk pembuatan logo. Pelan-pelan kerja keras mereka membuahkan hasil. Tak sampai dua tahun berjalan, Jessica dan Rudyiat sudah terus dibanjiri order. Bahkan, kini mereka sudah memiliki cabang di Semarang dan Jakarta dengan klien sekitar seratus perusahaan.

Soal omzet, dalam sebulan, mereka mendapatkan Rp100 juta. Harga pembuatan logo berdasar fengsui cukup beragam. Ada beberapa paket yang investasinya mulai harga Rp12 sampai Rp48 juta.

Meski fengsui identik dengan budaya warga Tionghoa, Jessica mengaku bahwa klien tidak hanya dari pengusaha keturunan tertentu. “Ada orang Jawa, Batak, dan Ambon. Orang-orang Muslim juga banyak,” ungkap Jessica.

Dia menegaskan bahwa fengsui bukanlah sesuatu yang mistis dan klenik. Menurut dia, fengsui itu adalah ilmu pengetahuan yang intinya adalah pengharmonisan dengan alam. (*)

Manfaatkan Fengsui untuk Unsur Pembuatan Logo

Fengsui identik dengan peruntungan sebuah bentuk dan letak bangunan beserta isinya. Bagaimana kalau menggunakan fengsui untuk pembuatan logo perusahaan atau produk? Itulah peluang emas yang ditangkap oleh Jessica Diana Kartika dan Rudyiat Wijaya.

THOMAS KUKUH-AGUNG PUTU, Jakarta

“HANYA tiga hari pameran, kami sudah dapat Rp 100 juta,” kata Jessica dengan semingrah. Ya, perempuan 24 tahun yang dalam tiga hari berpakaian cheongsam (pakaian merah adat Tionghoa) itu merupakan salah seorang peserta pameran dan kompetisi wirausaha mandiri di Jakarta Convention Center (JCC).

Saat ditemui Minggu (22/1) lalu, Jessica sibuk menerima tamu dan melakukan presentasi. Dia memperkenalkan perusahaan yang baru didirikannya pada 2010 tersebut kepada para pengunjung. Jessica begitu lincah dan meyakinkan saat menerangkan manfaat pembuatan logo yang didasarkan pada hitungan fengsui.

Jessica mengungkapkan, perusahaannya menyediakan jasa membuat suatu logo perusahaan atau produk agar sesuai dengan karakteristik pemilik dan selaras dengan alam. “Definisi fengsui sendiri adalah pengetahuan yang bertujuan untuk mengharmonisasi manusia agar seimbang dengan alam,” ujarnya.

Dalam membuat logo, Jessica dan tim selalu melibatkan klien. Dia menghitung karakter pemilik, menghitung nilai baik nama perusahaan, karakteristik perusahaan, dan usahanya.

Selain memakai unsur fengsui, Jessica menggunakan kaidah-kaidah desain logo. Nah, begitu jadi, logo tersebut akan membawa perusahaan atau produk yang bersangkutan memperoleh keberuntungan dan bisa lebih baik karena selaras dan seimbang dengan alam.

Jessica tahu benar tentang kaidah desain logo karena jebolan Fakultas Desain Komunikasi Visual Universitas Kristen (UK) Petra, Surabaya. Dia benar-benar memanfaatkan ilmu yang didapatkan selama kuliah itu untuk pekerjaannya saat ini. “Saya dari SMA memang bercita-cita sebagai desainer logo yang memasukkan unsur fengsui,” kata perempuan kelahiran Semarang tersebut.

Menurut Jessica, jasa pembuatan logo berdasar fengsui merupakan hal yang baru di Indonesia. Tidak banyak perusahaan jasa pembuat logo yang berfokus pada unsur fengsui. Selama ini yang menjadi perhatian utama dalam pembuatan logo hanya unsur kreatif dan pakem-pakem desain.
Jessica menilai bisnis yang digelutinya sekarang sebagai peluang besar. Sejak SMA dia menggeluti hal-hal yang berbau desain dan memperdalam ilmu tentang fengsui. Kenapa fengsui? Jessica tertawa. Dia mengaku bahwa ayahnya adalah ahli fengsui bangunan. Namanya Mas Dian.

Sang ayah sudah lama menggeluti dunia fengsui dan hidup dari jasa penghitungan fengsui khusus bangunan. Nah, karena hampir setiap hari melihat sang ayah begelut dengan fengsui, Jessica pun akhirnya tertarik. “Tapi, saya lebih banyak belajar sendiri dari literatur-literatur fengsui yang sudah ada,” tutur dia.

Saat masuk kuliah pada 2005, Jessica sama sekali tidak mendapatkan ilmu fengsui. Dalam ilmu desain logo di jalur formal, perpaduan pembuatan logo dan fengsui memang tidak diajarkan sama sekali. Dia pun mempelajari fengsui secara otodidak. Dia juga kerap berkonsultasi dengan ayahnya yang berada di Jakarta.

Meski masih dalam tahap belajar, Jessica termasuk orang yang berani dan percaya diri. Buktinya, baru menempuh semester lima, dia menerima klien yang membutuhkan pembuatan logo. “Saya mendapat tawaran dari link-nya teman. Saya terima saja,” ungkapnya.

Klien pertama Jessica adalah sebuah perusahaan general contractor. Jessica girang karena klien puas dengan kinerjanya. “Saya senang banget. Padahal, saat itu modal saya cuma komputer seharga Rp8,9 juta yang dibelikan papa,” ucapnya, lantas tertawa.
Setelah itu, order terus mengalir. Namun, Jessica tidak begitu saja tergiur. Dia sadar bahwa kebanyakan order justru akan membuat kuliahnya berantakan. Dia akhirnya memutuskan kembali berfokus pada kuliah.

Jessica lulus kuliah pada 2009. Dia membuka perusahaan jasa pembuatan logo bersama teman kampusnya yang juga concern mempelajari fengsui bernama Rudyiat Wijaya. Nama perusahaan itu cukup simpel. Yakni, Fengsui untuk Logo.

Untuk kantor, Jessica dan Rudyiat menyewa sebuah rumah kontrakan kecil di kawasan Siwalankerto yang tak jauh dari kampus UK Petra. “Saya terinspirasi Google dan Microsoft yang memulai usaha dari garasi, tapi sekarang sudah mendunia,” imbuhnya, lantas tertawa.

Rudyiat menambahkan, tidak mudah membangun perusahaan baru. Apalagi, ilmu yang digunakannya termasuk baru di masyarakat. Alhasil, mereka harus jatuh bangun untuk menjemput bola guna meraih kepercayaan dari para pemilik perusahaan agar mau memakai jasanya.”Kami dulu sering pergi ke Gresik sendiri hujan-hujan naik motor untuk memprospek klien. Itu semua sudah kami lewati,” kenangnya.

Menurut Rudiyat, kesulitan pada saat awal adalah membangun kepercayaan klien bahwa unsur fengsui juga bisa bermanfaat untuk pembuatan logo. Pelan-pelan kerja keras mereka membuahkan hasil. Tak sampai dua tahun berjalan, Jessica dan Rudyiat sudah terus dibanjiri order. Bahkan, kini mereka sudah memiliki cabang di Semarang dan Jakarta dengan klien sekitar seratus perusahaan.

Soal omzet, dalam sebulan, mereka mendapatkan Rp100 juta. Harga pembuatan logo berdasar fengsui cukup beragam. Ada beberapa paket yang investasinya mulai harga Rp12 sampai Rp48 juta.

Meski fengsui identik dengan budaya warga Tionghoa, Jessica mengaku bahwa klien tidak hanya dari pengusaha keturunan tertentu. “Ada orang Jawa, Batak, dan Ambon. Orang-orang Muslim juga banyak,” ungkap Jessica.

Dia menegaskan bahwa fengsui bukanlah sesuatu yang mistis dan klenik. Menurut dia, fengsui itu adalah ilmu pengetahuan yang intinya adalah pengharmonisan dengan alam. (*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/