SUMUTPOS.CO – Cuaca panas di Tanah Suci menjadi tantangan bagi calon jamaah haji (CJH) Indonesia. Berdasar data Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah, mayoritas pasien yang dirawat mengalami dehidrasi dan luka bakar atau kaki melepuh.
Hingga kemarin (12/6), total 17 orang yang menjalani rawat inap di KKHI Madinah. Salah seorang di antaranya berada di instalasi gawat darurat (IGD). “Yang di RS (rumah sakit) Arab Saudi ada tiga jamaah, tapi sudah pulang semua,” ujar Kepala Tim KKHI Madinah dr Enny Nuryanti. Dia memaparkan, total kunjungan di KKHI Madinah mencapai 55 pasien. Keluhannya beragam. Yang terbanyak adalah selulitisn
atau infeksi bakteri pada kulit, dehidrasi, diabetes melitus, hipertensi, dan kaki melepuh. “Karena memang cuacanya panas,” imbuhnya.
Sebagaimana diketahui, suhu rata-rata di Arab Saudi saat ini 40–44 derajat Celsius. Seiring dengan jamaah haji yang mulai bergerak dari Madinah ke Makkah, kemarin KKHI Makkah juga memulai operasi layanan. Sebanyak 250 tempat tidur sudah disiapkan, baik untuk rawat inap maupun pelayanan IGD.
Kasi Kesehatan KKHI Makkah dr Imran menjelaskan, tidak kurang dari 145 tenaga kesehatan akan melayani CJH yang mengalami gangguan kesehatan. Termasuk spesialis penyakit dalam, jantung, saraf, bedah umum, kesehatan jiwa, hingga rehab medis.
Selain itu, KKHI melakukan upaya preventif penularan Covid-19 dengan melengkapi dokter dan perawatnya dengan alat pelindung diri (APD). Kemudian, pada kasus Jamaah mengalami sesak napas atau demam, akan langsung dilakukan tes rapid antigen. “Apabila reaktif dan gejalanya berat, akan ditindaklanjuti dengan dibawa ke rumah sakit Arab Saudi,” jelasnya.
Namun, jika hanya bergejala sedang, Jamaah akan dirawat di KKHI atau tempat isolasi. Untuk tempat isolasi, menurut Kabid Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kementerian Agama Hasan Affandi, disiapkan hotel khusus sebagai tempat karantina jika ada Jamaah yang positif. Baik di Makkah maupun Madinah. “Kalau positif, meski tidak bergejala, daripada menular, maka akan diisolasi,” tuturnya dalam kesempatan terpisah.
Total kapasitas hotel isolasi itu adalah seribu kamar atau 1 persen dari total Jamaah haji Indonesia. Selain itu, masih ada hotel cadangan yang diperuntukkan saat kondisi darurat. Hasan menambahkan, ada perlindungan lain yang disiapkan bagi Jamaah haji yang terpapar Covid-19, yakni lewat skema asuransi kesehatan. Asuransi itu yang akan digunakan untuk meng-cover biaya selama Jamaah menjalani perawatan di RS. “Jadi, mitigasi ada dua itu. Tapi, kami harap hotel isolasi dan asuransi tidak sampai dipakai. Tidak ada Jamaah yang terpapar,” katanya.
Di bagian lain, persiapan menyambut kedatangan Jamaah haji dari Madinah terus dipersiapkan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Daerah Kerja (Daker) Makkah. Kemarin dilakukan simulasi operasi bus salawat. Bus yang akan beroperasi 24 jam tersebut akan menjadi sarana transportasi Jamaah yang hendak beribadah di Masjidilharam.
Simulasi dimulai dari depan kantor Daker Makkah. Iring-iringan enam bus berwarna dominan hijau dengan tulisan Indonesia di bagian kaca depan itu mengarah ke terminal Jiad. Selanjutnya, bus menjajal jalur dari terminal Jiad menuju Misfalah. “Bus salawat sudah siap untuk melayani Jamaah selama di Makkah,” kata Kepala Daker Makkah Muhammad Khanif yang turut dalam simulasi tersebut.
Total ada 204 bus yang disiapkan pada musim haji kali ini. Namun, operasinya akan menyesuaikan dengan jumlah Jamaah haji yang sudah tiba di Makkah. Bus yang bisa memuat 70 penumpang tersebut cukup nyaman dengan AC yang dingin. Ada lima rute bus salawat sesuai dengan wilayah hotel Jamaah. Terminalnya berjumlah tiga, yaitu Syib Amir, Bab Ali, dan Jiad.
Kasi Transportasi Daker Makkah Asep Subhana menambahkan, untuk memudahkan Jamaah, setiap bus dipasangi stiker dengan desain dan warna yang berbeda-beda. Stiker itu berisi informasi rute, nomor rute, dan warna rute. Setiap Jamaah dibekali kartu yang sama dengan stiker pada bus salawat yang sesuai dengan rute penginapannya. “Jika ada Jamaah yang tidak bisa membaca tulisan rute, bisa mengingat nomor atau warna,” terangnya.
Dalam kondisi normal, lanjut Asep, waktu tunggu kedatangan bus berkisar 5–10 menit. Namun, saat menjelang puncak haji, targetnya Jamaah tidak menunggu lebih dari 30 menit untuk naik bus salawat. “Kami siapkan skema, jika halte penuh, petugas akan meminta informasi ke terminal agar bus yang terparkir bisa segera meluncur,” imbuh dia.
Kepala Daerah Kerja (Daker) Makkah Muhammad Khanif mengatakan, operasional bus salawat akan menyesuaikan dengan jumlah jamaah haji yang sudah tiba di Makkah. Saat penyambutan kedatangan CJH di Makkah, Konjen RI di Jeddah Eko Hartono mengingatkan sejumlah pengetatan yang dilakukan pemerintah Saudi, terutama di lingkungan Masjidilharam.
Di antaranya, terkait dengan identitas kelompok seperti spanduk. “Pada saat umrah pernah ada beberapa kejadian, berfoto dengan membawa spanduk di dekat Kakbah. Padahal itu spanduk kelompok umrah, tapi tetap juga tidak boleh,” terang dia.
Eko Hartono meminta CJH Indonesia untuk berhati-hati di tengah pengetatan dari Saudi tersebut. Jangan sampai melanggar sehingga harus berurusan dengan pihak berwajib. Apalagi, saat ini pemerintah Saudi menerapkan aturan baru terkait dengan deportasi.
“Mereka yang dideportasi, ketentuannya 10 tahun tidak bisa masuk Saudi. (Aturan) sebelumnya 5 tahun. Ini berlaku tahun ini,” jelas Eko.
Akomodasi Jamaah
Jumlah calon jamaah haji (CJH) yang sudah berada di Madinah semakin banyak. Bahkan, sebagian di antaranya sudah diberangkatkan menuju Kota Makkah. Kementerian Agama (Kemenag) mengingatkan CJH untuk menghafal dengan baik nomor akomodasi atau hotel masing-masing.
Pesan tersebut disampaikan Juru Bicara Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Pusat Akhmad Fauzin di Jakarta kemarin (12/6). Dia mengatakan, akomodasi atau hotel CJH di Kota Madinah terbagi menjadi tiga wilayah. Yaitu, Markaziyah Janubiyah yang berada di sisi selatan Masjid Nabawi, Markaziyah Ghorbiyah di sebelah barat Masjid Nabawi, dan Markaziyah Syamaliyah di sisi utara Masjid Nabawi. ’’Situasi lingkungan di sekitar Masjid Nabawi hampir seluruhnya sama,’’ katanya. Termasuk fasad atau tampilan luar hotel tempat Jamaah menginap. Karena itu, Fauzin meminta Jamaah mengingat atau menghafal nomor akomodasi masing-masing. Termasuk lantai dan nomor kamar masing-masing.
Meskipun jarak Masjid Nabawi ke hotel tidak jauh, CJH diminta menghafal rutenya agar tidak tersesat. Kalaupun lupa rute menuju hotel, Jamaah bisa meminta bantuan kepada petugas yang tersebar di sejumlah pintu Masjid Nabawi.
Fauzin mengungkapkan, Jamaah juga harus aktif menjaga kebersihan hotel dan kamar. Meskipun penyewaan hotel yang dilakukan Kemenag sudah sepaket dengan kebersihan, Jamaah diharapkan ikut menjaga hotel supaya tetap bersih. Dia menambahkan, paket akomodasi yang disewa Kemenag tidak hanya layanan kamar, tetapi juga ruang makan, petugas kebersihan, dan petugas keamanan. (jpc)