26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Kasus Covid di Indonesia, 81 Persen Omicron BA.4 dan BA.5

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, 81 persen kasus Covid-19 di Indonesia merupakan subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.

“Saya jelaskan bahwa 81 persen semua kasus di Indonesia sudah BA.4 dan BA.5,” kata Budi usai rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo, Senin (4/7).

Budi menyebut di Jakarta bahkan 100 persen kasus Covid-19 adalah BA.4 dan BA.5. Meski begitu, Budi menilai kondisi saat ini masih terkendali. Namun, Budi tetap mengimbau agar masyarakat menerapkan protokol kesehatan. Ia menyebut masker tetap harus dipakai di dalam ruangan.

Selain itu, vaksinasi juga harus tetap dijalankan. Budi mendorong agar masyarakat mengikuti vaksinasi booster. “Insyaallah itu respons yang cukup untuk menghadapi Iduladha dengan normal karena sama n

seperti Idulfitri alhamdulillah bisa kita lewati dengan normal,” ujarnya.

 

Muncul Subvarian Omicron BA.2.75

Juru BicaraKementerian Kesehatan (Kemenkes) Mohammad Syahril mengatakan, naik turunnya kasus Covid-19 adalah dinamika yang harus disikapi. Meski relatif terkendali, kewaspadaan tetap harus selalu ada. Apalagi, saat ini ada mutasi baru dari varian Omicron, yakni BA.2.75.

“Kita memang sudah terkendali, tapi kewaspadaan kita tetap harus ada pengetatan-pengetatan karena angkanya masih akan naik turun sekaligus ada subvarian baru,” Kata Syahril dalam bincang kesehatan secara daring di Jakarta, Senin (4/7).

Syahril menuturkan, varian sebelumnya, yakni B.A5, telah mendominasi kasus positif di Indonesia. Porsinya mencapai 80 persen dari total kasus aktif yang tercatat di Kemenkes. Meski begitu dia melihat, gejala yang ditimbulkan dari varian ini tidak seberat varian Omicron dan varian Delta yang memuncak pada Juli 2021 lalu. “Jadi enggak usah khawatir, tingkat keparahannya tidak terlalu berat sehingga mudah-mudahan tidak banyak OTG dan gejala ringan saja,” beber Syahril.

Secara garis besar kata Syahril, kasus aktif di Indonesia mengalami penurunan. Dalam 24 jam terakhir hingga pukul 12.00 WIB hari ini, penambahan kasus mencapai 1.434 kasus. Angka ini jauh menurun dibanding 4 hari yang lalu, dengan jumlah kasus tembus 2.000. Sementara itu, total kasus konfirmasi Covid-19 di Tanah Air berjumlah 6.095.351 orang.

Menurut data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, penambahan tertinggi ada di DKI Jakarta dengan 737 kasus, Jawa Barat 255 kasus, dan Banten 179 kasus. “Jadi hari terakhir ini ada 1.434 kasus. Di satu sisi, kita tetap waspada. Naiknya memang enggak banyak, apalagi yang dirawat di RS juga masih rendah hospitality rate kecuali Jakarta. Hanya saja angka kematiannya masih rendah bahkan nol. Jadi di satu sisi kita tenang, tapi tetap waspada,” tutur Syahril.

Pemerintah mulai meningkatkan kembali pelacakan (tracing) dan pemeriksaan (testing). Lalu, menyiapkan kembali kapasitas keterisian rempat tidur di rumah sakit. Di sisi pencegahan, pemerintah juga menarik kebijakan pelonggaran pemakaian masker di ruang terbuka dan meningkatkan akselerasi vaksinasi Covid-19 termasuk vaksin dosis 3 sebagai penguat (booster). “Pak Menteri (Budi Gunadi Sadikin) sudah membuat edaran kepada RS di Jakarta, untuk waspada seperti yang dulu. Andaikan terjadi ada lonjakan yang dirawat, kita sudah siap. Wisma atlet saya kira sudah bagus, ready,” jelasnya.

 

Gelombang BA.4 dan BA.5 Lebih Lama

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman memprediksi, gelombang Covid-19 subvarian BA.4 dan BA.5 akan berlangsung sedikit lebih lama dibandingkan gelombang virus corona sebelum-sebelumnya. Namu demikian, gelombang ini diperkirakan tidak lebih parah dari varian Delta yang berlangsung medio 2021. “Kalau saya masih melihat masa kritis itu sampai kita harus waspadai sampai Oktober,” kata Dicky, Senin (4/7).

Menurut Dicky, imbas dari gelombang BA.4 dan BA.5 tidak akan separah varian-varian corona sebelumnya karena imun masyarakat yang sudah meningkat akibat vaksin. Namun, belum juga varian BA.4 dan BA.5 mencapai puncak, muncul subvarian baru yakni BA.275. Inilah yang diprediksi jadi penyebab lamanya gelombang keempat pandemi. “(Subvarian) ini sudah datang dan memperpanjang masa gelombang itu,” jelas Dicky.

Untuk menghadapi puncak lonjakan kasus, menurut Dicky, pemerintah seharusnya memberlakukan sejumlah pengetatan protokol kesehatan. Misalnya, tetap menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat meski bukan PPKM level 3 dan 4. Kemudian, kembali mewajibkan penggunaan masker di luar ruangan.

Selain itu, penting untuk meningkatkan capaian vaksinasi booster, utamanya pada kalangan rentan dan lanjut usia. Pemerintah juga didorong untuk kembali menerapkan syarat tes antigen untuk acara-acara yang menimbulkan kerumunan dan perjalanan jarak jauh, atau minimal mensyaratkan vaksinasi booster. (cnni/kps/adz)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, 81 persen kasus Covid-19 di Indonesia merupakan subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.

“Saya jelaskan bahwa 81 persen semua kasus di Indonesia sudah BA.4 dan BA.5,” kata Budi usai rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo, Senin (4/7).

Budi menyebut di Jakarta bahkan 100 persen kasus Covid-19 adalah BA.4 dan BA.5. Meski begitu, Budi menilai kondisi saat ini masih terkendali. Namun, Budi tetap mengimbau agar masyarakat menerapkan protokol kesehatan. Ia menyebut masker tetap harus dipakai di dalam ruangan.

Selain itu, vaksinasi juga harus tetap dijalankan. Budi mendorong agar masyarakat mengikuti vaksinasi booster. “Insyaallah itu respons yang cukup untuk menghadapi Iduladha dengan normal karena sama n

seperti Idulfitri alhamdulillah bisa kita lewati dengan normal,” ujarnya.

 

Muncul Subvarian Omicron BA.2.75

Juru BicaraKementerian Kesehatan (Kemenkes) Mohammad Syahril mengatakan, naik turunnya kasus Covid-19 adalah dinamika yang harus disikapi. Meski relatif terkendali, kewaspadaan tetap harus selalu ada. Apalagi, saat ini ada mutasi baru dari varian Omicron, yakni BA.2.75.

“Kita memang sudah terkendali, tapi kewaspadaan kita tetap harus ada pengetatan-pengetatan karena angkanya masih akan naik turun sekaligus ada subvarian baru,” Kata Syahril dalam bincang kesehatan secara daring di Jakarta, Senin (4/7).

Syahril menuturkan, varian sebelumnya, yakni B.A5, telah mendominasi kasus positif di Indonesia. Porsinya mencapai 80 persen dari total kasus aktif yang tercatat di Kemenkes. Meski begitu dia melihat, gejala yang ditimbulkan dari varian ini tidak seberat varian Omicron dan varian Delta yang memuncak pada Juli 2021 lalu. “Jadi enggak usah khawatir, tingkat keparahannya tidak terlalu berat sehingga mudah-mudahan tidak banyak OTG dan gejala ringan saja,” beber Syahril.

Secara garis besar kata Syahril, kasus aktif di Indonesia mengalami penurunan. Dalam 24 jam terakhir hingga pukul 12.00 WIB hari ini, penambahan kasus mencapai 1.434 kasus. Angka ini jauh menurun dibanding 4 hari yang lalu, dengan jumlah kasus tembus 2.000. Sementara itu, total kasus konfirmasi Covid-19 di Tanah Air berjumlah 6.095.351 orang.

Menurut data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, penambahan tertinggi ada di DKI Jakarta dengan 737 kasus, Jawa Barat 255 kasus, dan Banten 179 kasus. “Jadi hari terakhir ini ada 1.434 kasus. Di satu sisi, kita tetap waspada. Naiknya memang enggak banyak, apalagi yang dirawat di RS juga masih rendah hospitality rate kecuali Jakarta. Hanya saja angka kematiannya masih rendah bahkan nol. Jadi di satu sisi kita tenang, tapi tetap waspada,” tutur Syahril.

Pemerintah mulai meningkatkan kembali pelacakan (tracing) dan pemeriksaan (testing). Lalu, menyiapkan kembali kapasitas keterisian rempat tidur di rumah sakit. Di sisi pencegahan, pemerintah juga menarik kebijakan pelonggaran pemakaian masker di ruang terbuka dan meningkatkan akselerasi vaksinasi Covid-19 termasuk vaksin dosis 3 sebagai penguat (booster). “Pak Menteri (Budi Gunadi Sadikin) sudah membuat edaran kepada RS di Jakarta, untuk waspada seperti yang dulu. Andaikan terjadi ada lonjakan yang dirawat, kita sudah siap. Wisma atlet saya kira sudah bagus, ready,” jelasnya.

 

Gelombang BA.4 dan BA.5 Lebih Lama

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman memprediksi, gelombang Covid-19 subvarian BA.4 dan BA.5 akan berlangsung sedikit lebih lama dibandingkan gelombang virus corona sebelum-sebelumnya. Namu demikian, gelombang ini diperkirakan tidak lebih parah dari varian Delta yang berlangsung medio 2021. “Kalau saya masih melihat masa kritis itu sampai kita harus waspadai sampai Oktober,” kata Dicky, Senin (4/7).

Menurut Dicky, imbas dari gelombang BA.4 dan BA.5 tidak akan separah varian-varian corona sebelumnya karena imun masyarakat yang sudah meningkat akibat vaksin. Namun, belum juga varian BA.4 dan BA.5 mencapai puncak, muncul subvarian baru yakni BA.275. Inilah yang diprediksi jadi penyebab lamanya gelombang keempat pandemi. “(Subvarian) ini sudah datang dan memperpanjang masa gelombang itu,” jelas Dicky.

Untuk menghadapi puncak lonjakan kasus, menurut Dicky, pemerintah seharusnya memberlakukan sejumlah pengetatan protokol kesehatan. Misalnya, tetap menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat meski bukan PPKM level 3 dan 4. Kemudian, kembali mewajibkan penggunaan masker di luar ruangan.

Selain itu, penting untuk meningkatkan capaian vaksinasi booster, utamanya pada kalangan rentan dan lanjut usia. Pemerintah juga didorong untuk kembali menerapkan syarat tes antigen untuk acara-acara yang menimbulkan kerumunan dan perjalanan jarak jauh, atau minimal mensyaratkan vaksinasi booster. (cnni/kps/adz)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/