Kasih, Bayi yang Terlahir dari Wanita Sakit Jiwa
Masih ingat dengan bayi yang diamankan Dinsos Sumut dari seorang wanita mengalami gangguan jiwa akhir Januari 2012 lalu. Kini bayi itu dirawat di RSU Bina Kasih Medan.
Jhonson P Siahaan, Medan
Bayi perempuan berusia 5 bulan dengan berat 7,1 kg itu dikberi nama oleh perawat yang merawatnya Kasih. Kini, Kasih dijaga oleh perawat RSU Bina Kasih, Eliasna Paskalia br Purba, Yasni, Rostina dan Noni. Perawat di RSU Bina Kasih itu sudah menganggap Kasih sebagai anak.
Menurut para perawat, Kasih tak tak rewel. Saat ditemui wartawan Sumut Pos di Lantai V Ruang Neonata Intermedit Care Unit (NICU)- Pediatric Intermedit Care Unit (PICU), bayi berusia lima bulan itu dalam pangkuan sang perawat.
“Dia kami panggil Kasih karena nama itu bagus dan cocok. Lagi pula nama itu kami berikan karena cantik,” kata Eliasna Paskalia br Purba ditemani Manager Operasional RSU Bina Kasih Medan, Rita Ginting SE.
Menurutnya, selama dirawat Kasih tak pernah menyusahkan. “Kasih jarang menangis, tak menyusahkan.
Kasih makan dan minum juga kuat sehingga dia cepat tambah satu ons. Mungkin Kasih tahu dia tidak bersama ibunya jadi dia tak menyusahkan,” beber wanita yang sudah tiga tahun mengabdi di RSU Bina Kasih Medan ini.
Eliasna Paskalia mengaku, dia juga ditemani beberapa temannya merawat sang bayi dan bayi-bayi lain yang berada dibawah pengawasan ruang mereka.
“Ini baru bayi pertama yang kami rawat dimana ibunya sendiri kita sudah tahu sama tahu kalau ibunya berada di rumah sakit jiwa untuk pemulihan. Kasihan benar si bayi ini,” jelasnya.
Diterangkan Eliasna Paskalia, merawat bayi tak mudah dan harus penuh dengan kasih sayang. “Semua perawat termasuk saya sendiri pun suatu saat akan menjadi ibu, bukan karena kami perawat. Itulah yang disebut naluri sang wanita atau naluri sang ibu. Merawat bayi itu ibarat merawat orangtua kita sendiri di saat usia mereka yang sudah memasuki ujur,” sebutnya.
Para perawat mengaku senang merawat bayi karena bayi itu sangat menggemaskan. “Selain menggemaskan, bayi-bayi yang ada di sini dan yang kita rawat sudah kita anggap sebagai anak sendiri atau adik sendiri. Kasih sama seperti bayi-bayi yang lain,” jelasnya.
Di saat usia seperti ini, seharusnya sang bayi berada berada dipelukan dan pangkuan ibu kandungnya. Namun, sang ibu tak bisa berada di samping Kasih karena harus menjalani perawatan dan pemulihan.
“Dia yang paling baik. Kasih juga sering mendapatkan baju, makanan dan minuman dari perawat yang berada di sini karena sudah menyatu,” pungkasnya.
Sementara itu, Manager Operasional RSU Bina Kasih Medan, Rita Ginting SE mengaku, bayi tersebut diserahkan pihak Dinas Kesejahteraan dan Sosial (Dinsos) Sumut, PPA Polresta Medan dan PKPA Sumut beberapa waktu lalu untuk dirawat berhubung sang ibu mengalami gangguan jiwa. Rita menambahkan, jika sang ibu tak kunjung sembuh dan pulih, maka bayi akan diserahkan kembali setelah sang bayi dianggap sudah bisa pulang dan selanjutnya akan diserahkan pihak Dinsos Sumut ke panti asuhan. “Saat bayi itu masuk ke rumah sakit, kepalanya mengalami lebam dan kulitnya merah-merah. Tapi setelah dirawat, sang bayi sudah sembuh,” ungkapnya. (*)