26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Demo Anti FPI Ricuh, Enam Orang Ditangkap

JAKARTA- Demo menolak kekerasan sekaligus menuntut pembubaran Front Pembela Islam (FPI) berakhir antiklimaks. Acara justru berlangsung ricuh, tegang dan kacau. Rupanya, ada enam orang yang diduga sebagai provokator yang menyusup.

“Ini masih diperiksa penyidik, jadi status mereka belum ditentukan,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto pada koran ini tadi malam pukul 21.30 WIB. Enam orang itu dibawa dari Bundaran Hotel Indonesia menggunakan mobil tahanan yang sudah disiapkan.

Aksi semula berlangsung damai, diikuti sekitar 60 orang dan dikawal sekitar 250 personel gabungan kepolisian Daerah Metro Jaya. Massa menamakan diri Koalisi Rakyat Indonesia Tanpa FPI. “Kami menolak kekerasannya bukan nama FPI-nya,” kata sutradara Hanung Bramantyo yang juga ikut aksi.
Tampak pula Ulil Absar Abdalla, Guntur Romli, Nong Darul Mahmada dari Jaringan Islam Liberal. Lalu, ada Anis Hidayah dari Migrant Care. Nia Dinata, Jajang C Noer dan beberapa komunitas seni.

Saat Anis Hidayah sedang orasi, tiba-tiba ada seseorang yang merebut spanduk yang dibawa massa. Sontak, terjadi baku pukul dan keributan. Polisi tampak kewalahan mengamankan karena berebutan dengan kameramen dan fotografer yang mengabadikan kericuhan. “Mundur semua, mundur semua,” teriak polisi berupaya menghalau massa yang hendak menghakimi dua orang yang jatuh.

Setelah enam orang dibawa pergi, massa sempat melanjutkan aksi selama sekitar satu jam. Mereka lantas bubar karena ada pemberitahuan dari polisi bahwa FPI akan datang. Rupanya, info ini palsu. “Kami kecewa karena polisi tidak profesional. Mereka seolah-olah takut pada FPI,” kata Nong Mahmada dari JIL.

Desakan pembubaran FPI bermula dari penolakan ratusan massa dari adat Dayak di Kalteng. Mereka mengepung pesawat Sriwijaya Air yang membawa empat delegasi Front Pembela Islam (FPI) saat mendarat di Bandara Cilik Riwu, Palangkaraya, Kalimatan Tengah. Peristiwa tersebut terjadi, Sabtu (11/2).
Ketua Umum FPI Habib Rizieq Shihab sudah melaporkan secara resmi kasus ini ke Bareskrim. Rizieq mendesak Kapolda Kalteng dicopot karena terlibat dalam pengerahan massa mengepung pesawat.

Namun, tampaknya tuntutan FPI itu akan kandas. Mabes Polri memastikan tidak akan ada mutasi apapun terkait peristiwa itu. “Kalau laporan kita hormati. Tapi, harus proporsional melihat akar masalahnya,” kata Kadivhumas Polri Irjen Saud Usman Nasution kemarin.
Mantan Kadensus 88 itu menyebut Kapolda Kalteng sudah bertindak cepat dengan melakukan antisipasi bersama pemerintah daerah setempat. “Kami menghimbau sekarang pihak-pihak terkait mohon cooling down. Jangan sampai isu ini dikembangkan dan ujungnya nanti menjurus ke kasus sara,” katanya.

Sementara Mendagri Gamawan Fauzi memberikan sinyal bakal mengeluarkan teguran keras ke FPI. Teguran ini terkait aksi anarkis yang dilakukan massa FPI terhadap gedung Kemendagri pada 12 Januari 2012 lalu. Jika teguran ini keluar, maka merupakan teguran kedua ke FPI. Teguran pertama dikeluarkan tatkala terjadi aksi anarkis massa FPI di Monas, 1 Juni 2008 silam.

Sesuai ketentuan di Undang-undang Nomor 8 Tahun 1985, sebuah ormas dibekukan setelah mendapat teguran ketiga masih juga melanggar aturan. Setelah dibekukan, selanjutnya bisa dibubarkan.

Mendagri Gamawan Fauzi sendiri belum bisa melupakan aksi anarkis massa FPI saat unjuk rasa menolak evaluasi sembilan Perda Miras 12 Januari 2012. Sejumlah kaca gedung Kemendagri hancur karena aksi anarkis itu.

“Saya juga merasakan. Kaca-kaca ini belum diganti semua,” ujar Gamawan Fauzi kepada wartawan di ruang kerja Kapuspen Kemendagri Reydonnyzar Moenek, Selasa (14/2). Seperti diketahui, ruang kerja Kapuspen juga hancur akibat aksi anarkis FPI.
Gamawan menjelaskan, saat ini pihaknya sedang melakukan kajian dan evaluasi terhadap aksi FPI itu. “Keputusan itu dalam minggu ini mungkin kita ambil,” kata Gamawan.(sam/rdl/jpnn)

JAKARTA- Demo menolak kekerasan sekaligus menuntut pembubaran Front Pembela Islam (FPI) berakhir antiklimaks. Acara justru berlangsung ricuh, tegang dan kacau. Rupanya, ada enam orang yang diduga sebagai provokator yang menyusup.

“Ini masih diperiksa penyidik, jadi status mereka belum ditentukan,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto pada koran ini tadi malam pukul 21.30 WIB. Enam orang itu dibawa dari Bundaran Hotel Indonesia menggunakan mobil tahanan yang sudah disiapkan.

Aksi semula berlangsung damai, diikuti sekitar 60 orang dan dikawal sekitar 250 personel gabungan kepolisian Daerah Metro Jaya. Massa menamakan diri Koalisi Rakyat Indonesia Tanpa FPI. “Kami menolak kekerasannya bukan nama FPI-nya,” kata sutradara Hanung Bramantyo yang juga ikut aksi.
Tampak pula Ulil Absar Abdalla, Guntur Romli, Nong Darul Mahmada dari Jaringan Islam Liberal. Lalu, ada Anis Hidayah dari Migrant Care. Nia Dinata, Jajang C Noer dan beberapa komunitas seni.

Saat Anis Hidayah sedang orasi, tiba-tiba ada seseorang yang merebut spanduk yang dibawa massa. Sontak, terjadi baku pukul dan keributan. Polisi tampak kewalahan mengamankan karena berebutan dengan kameramen dan fotografer yang mengabadikan kericuhan. “Mundur semua, mundur semua,” teriak polisi berupaya menghalau massa yang hendak menghakimi dua orang yang jatuh.

Setelah enam orang dibawa pergi, massa sempat melanjutkan aksi selama sekitar satu jam. Mereka lantas bubar karena ada pemberitahuan dari polisi bahwa FPI akan datang. Rupanya, info ini palsu. “Kami kecewa karena polisi tidak profesional. Mereka seolah-olah takut pada FPI,” kata Nong Mahmada dari JIL.

Desakan pembubaran FPI bermula dari penolakan ratusan massa dari adat Dayak di Kalteng. Mereka mengepung pesawat Sriwijaya Air yang membawa empat delegasi Front Pembela Islam (FPI) saat mendarat di Bandara Cilik Riwu, Palangkaraya, Kalimatan Tengah. Peristiwa tersebut terjadi, Sabtu (11/2).
Ketua Umum FPI Habib Rizieq Shihab sudah melaporkan secara resmi kasus ini ke Bareskrim. Rizieq mendesak Kapolda Kalteng dicopot karena terlibat dalam pengerahan massa mengepung pesawat.

Namun, tampaknya tuntutan FPI itu akan kandas. Mabes Polri memastikan tidak akan ada mutasi apapun terkait peristiwa itu. “Kalau laporan kita hormati. Tapi, harus proporsional melihat akar masalahnya,” kata Kadivhumas Polri Irjen Saud Usman Nasution kemarin.
Mantan Kadensus 88 itu menyebut Kapolda Kalteng sudah bertindak cepat dengan melakukan antisipasi bersama pemerintah daerah setempat. “Kami menghimbau sekarang pihak-pihak terkait mohon cooling down. Jangan sampai isu ini dikembangkan dan ujungnya nanti menjurus ke kasus sara,” katanya.

Sementara Mendagri Gamawan Fauzi memberikan sinyal bakal mengeluarkan teguran keras ke FPI. Teguran ini terkait aksi anarkis yang dilakukan massa FPI terhadap gedung Kemendagri pada 12 Januari 2012 lalu. Jika teguran ini keluar, maka merupakan teguran kedua ke FPI. Teguran pertama dikeluarkan tatkala terjadi aksi anarkis massa FPI di Monas, 1 Juni 2008 silam.

Sesuai ketentuan di Undang-undang Nomor 8 Tahun 1985, sebuah ormas dibekukan setelah mendapat teguran ketiga masih juga melanggar aturan. Setelah dibekukan, selanjutnya bisa dibubarkan.

Mendagri Gamawan Fauzi sendiri belum bisa melupakan aksi anarkis massa FPI saat unjuk rasa menolak evaluasi sembilan Perda Miras 12 Januari 2012. Sejumlah kaca gedung Kemendagri hancur karena aksi anarkis itu.

“Saya juga merasakan. Kaca-kaca ini belum diganti semua,” ujar Gamawan Fauzi kepada wartawan di ruang kerja Kapuspen Kemendagri Reydonnyzar Moenek, Selasa (14/2). Seperti diketahui, ruang kerja Kapuspen juga hancur akibat aksi anarkis FPI.
Gamawan menjelaskan, saat ini pihaknya sedang melakukan kajian dan evaluasi terhadap aksi FPI itu. “Keputusan itu dalam minggu ini mungkin kita ambil,” kata Gamawan.(sam/rdl/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/