TOKYO- Negara di dunia seperti Eropa dan Asia mulai menghentikan impor produk makanan impor dari Jepang. Salah satu diantaranya Rusia. Pemerintah Moskow memutuskan untuk menghentikan impor makanan yang berasal dari empat prefektur di Jepang. Yakni Fukushima, Gunma, Ibaraki, dan Tochigi yang berdekatan dengan reaktor nuklir, 250 kilometer timur laut Tokyo.
Moskow mengarantina sebuah kapal kargo berbendera Panama yang sempat melewati perairan dekat reaktor Fukushima. Ke-19 kru kapal juga diperiksa tim medis setelah terdeteksi radiasi tiga kali lipat dari batas normal di ruang mesin.
Berikutnya Australia, pemerintah setempat melarang produk makanan dari wilayah yang sama. Di antaranya ganggang dan makanan laut lainnya. Selain itu, produk seperti susu, produk turunan dari susu, buah segar, dan sayuran juga dilarang untuk dikonsumsi.
Pemerintah Australia bahkan menyatakan, meski produk impor dari Jepang yang sudah ada di pasaran dan dikirim sebelum gempa terjadi tidak terpengaruh oleh radiasi, statusnya tetap diragukan.
Selain kedua negara tersebut, Singapura juga mengambil kebijakan sama. Otoritas negeri jiran tersebut menghentikan impor produk susu dan bahan pangan lainnya dari empat prefektur yang sama. Sementara Kanada memberlakukan kontrol ketat atas impor produk dari empat prefektur tersebut.
Pemerintah Filipina melarang impor coklat dari Jepang. “Isu tentang makanan yang aman (untuk dikonsumsi) menjadi dimensi lain dari kondisi darurat pasca gempa,” tulis pernyataan bersama tiga badan PBB di Jenewa Swiss. Dalam pernyataan tersebut PBB berjanji akan meencurahkan semua kemampuan dan keahliannya untuk membantu Jepang.
Menurut Badan Energi Atom Internasional, Badan Urusan Kesehatan PBB (WHO), dan Badan Pangan dan Agrikulutur (FAO), Jepang telah mengambil langkah tepat dalam menangani krisis nuklir pasca gempa.
Pemerintah Jepang kembali mengumumkan adanya sejumlah sayuran yang terkontaminasi. Setelah bayam, brokoli, kol, dan lobak juga dinyatakan terkontaminasi radiasi nuklir dalam ambang membahayakan.
Kegelisahan dirasakan warga Tokyo ketika pemerintah setempat mengumumkan bahwa tingkat iodine radioaktif di dalam air keran meningkat dua kali lipat dan dinyatakan berbahaya bagi bayi, meski tetap aman dikonsumsi orang dewasa. Kabar tersebut memicu masyarakat menyerbu toko-toko penjual air mineral dan mesin penyedia minuman. Padahal pemerintah Tokyo mulai menyalurkan tiga botol ukuran 550 mililiter untuk setiap satu orang bayi.
Kazuko Hara, mendorong putrinya Nagomi (3 bulan) dengan kereta bayi, berada di tengah antrian orang tua lainnya untuk membeli air mineral di pusat Kota Tokyo. Dia khawatir, karenanya terlontar banyak sekali pertanyaan darinya kepada penjaga toko.
Seorang warga Tokyo lainnya, Hara (39) mengaku resah dengan kabar tercemarnya air minum radiasi nuklir. “Saya tidak tahu bagaimana harus bersikap dengan kejadian ini. Ketika televisi mulai mengabarkan tentang pencemaran air, mereka tidak menampilkan analisa dari para ahli,” tenadnya kepada Agence France Presse, sambil memborong berbotol-botol air mineral. “Ini sangat menakutkan,” tandasnya.
“Keluarga saya ketakutan. Suami dan mertua saya memperingatkan saya untuk minum air mineral dari botol dan menghindari air keran. Jadi saya mencoba mematuhinya,” terang Hara, yang mengaku tengah menyusui bayinya.
Kabar yang berkembang, para ahli mulai mendinginkan suasana agar masyarakat tidak panik. “Jadi pendapat mereka sedikit meringankan kekhawatiran saya. Tapi ketika anda melihat orang-orang memborong air mineral di toko, pemandangan itu membuat saya kembali khawatir,” tandasnya. (cak/jpnn)