Muspida Plus Hadiri Sinode Tahunan GPIB
MEDAN-Dua hari bersidang, dimulai Selasa (21/2), konven atau pertemuan pendeta Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) ditutup hari ini. Bahan konven yang digodok selama Selasa dan Rabu, akan dibahas dalam sidang pleno di hari ketiga. Hasilnya, akan dibawa sebagai materi yang kemudian dibahas dalam Pertemuan Sinode Tahunan (PST) 2012.
Pelaksanaan PST yang juga dilaksanakan di Convention Hall Hotel Danau Toba (HDTI) di Jalan Imam Bonjol No 17 Medan, akan diharidi utusan dari 300 jemaat mandiri (gereja) yang terdiri dari pendeta dan non pendeta serta. Selain itu ada petugas dari Unit Misionari yang berfungsi sebagai badan pembantu.
Sejumlah Muspida Plus pun diharapkan hadir dalam PST yang dijadwalkan berlangsung siang hari, usai penutupan konven. Kita harapkan kehadiran Plt Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho, Pangdam I BB Mayjen TNI Lodewijk F Paulus, Kapolda Sumut Irjen Pol Drs Wisjnu A Sastro, Wali Kota Medan Rahudman Harahap, serta pejabat terkait lainnya.
Ketua Umum Majelis Sinode (MS) Pdt Markus Frits Manuhutu MTh yang ditemui di sela-sel konven kemarin menjelaskan, dalam konven dibicarakan masalah yang timbul dalam pelayanan dan dicarikan solusinya. Dengan demikian, pemimpinan dan jemaat diharapkan mampu membangun persekutuan jemaat yang menjadi berkat untuk masyarakat sekitarnya. “Ini kita lakukan supaya dalam pelayanan bisa lakukan yang terbaik,” sebut Pdt Markus.
Ketua MS itu mengungkapkan, GPIB yang tersebar di 25 provinsi, terdiri dari 300 jemaat mandiri (gereja) dan lebih dari 200 pos pelayanan kesaksian (Pelkes). Sekretaris Umum MS, Pdt Adriaan Pitoy STh MMin mengurai lebih lanjut beberapa materi penting dalam pertemuan tahunan di Medan tahun ini.
Pertama, kepemimpinan dari sisi teologi. Menurutnya, Setiap pemimpin mesti jadi benih dalam kepemimpinan yang dimulai dari keluarga, melebar ke masyarakat sekitar hingga bidang-bidang lainnya.
“Bagi kami (tugas, Red) sebagai pemimpin, bagaimana memberdayakan masyarakat yang dipimpinsupaya agar bisa berkontribusi untuk masyarakat,” papar Pdt Adriaan.
Kedua adalah masalah spiritualitas. Untuk mencapai kematangan dalam kepemimpinan dari sisi teologi, dibutuhkan kematangan spiritualitas. “Kami bicara spiritualitas, semangat yang menggerakkan dalam pelayanan gereja dan masyarakat. Semuanya berporos pada Yesus Kristus,” sebut pendeta yang pernah melayani di GPIB Immanuel pada 1986 hingga 1992 ini.
Selanjunya adalah soal etos kerja. “Kita lihat ada masalah dalam kepemimpinan di sekitar kita, di masyarakat Indonesia,” ujarnya lagi.
Diungkapkan unsur pemimpin GPIB itu, penceramah Yansen Sinamo dalam konven kemarin mengutip ucapan Mochtar Lubis tentang suburnya kemunafikan, sloganisme, kemalasan dan lain-lain.
Apakah dalam konven juga membahas politik? “Ya. Ini politik moral yang menekankan nilai-nilai moral yang patut dalam kehidupan bermasyarakat. Tapi kita tidak bicara soal kepemimpinan nasional. Biarlah jemaat kita yang terjun ke bidang politik yang menyuarakan itu,” sebut Pdt Adriaan. (tms)