MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dosen Politeknik Negeri Medan (Polmed) membantu meningkatkan produksi salah satu pelaku usaha rengginang ubi di wilayah Tanah Enam Ratus, Medan Marelan, belum lama ini. Upaya itu dilakukan sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat.
Adapun dosen yang melakukan pengabdian kepada masyarakat tersebut, Rihat Sebayang ST MT, Sarjianto ST MT, Asriyati SE Ak MSi, dan Riswanto SE Ak MM. Para dosen juga turut dibantu sejumlah mahasiswa Polmed. Sedangkan pelaku usaha rengginang ubi yang dibantu adalah milik Defi dan keluarganya.
Ketua tim pengabdian, Rihat Sebayang menjelaskan dari survei yang dilakukan sebelumnya, usaha rengginang ubi sangat banyak permintaan untuk daerah sekitar Medan Marelan, Medan Tembung, Medan Labuhan dan Medan Belawan karena masih sedikitnya pesaing. Kebanyakan pelaku usaha sejenisnya menjual rengginang dari beras ketan.
Namun, banyaknya permintaan sering tidak mampu dipenuhi karena pembuatan rengginang masih dilakukan dengan sangat manual. Kondisi ini sering membuat tangan pelaku usaha tersebut terluka saat memarut ubi. Selain itu, harus mengeluarkan tenaga yang lebih kuat untuk mencampur dan mengaduk agar hasil campuran baik. “Jika tangan terluka ketika memarut ubi, maka akan sulit untuk mengaduk hasil parutan dengan bumbu. Sementara istrinya tidak kuat untuk melakukannya dan anak yang membantu usaha masih duduk di sekolah dasar,” terang Rihat, Selasa (29/11).
Di samping itu, harga rengginang ubi yang dijual juga tergolong murah. Bagi pelaku usaha ini yang penting banyak terjual dan modal dapat diputar kembali. “Usaha tersebut dijalankan tanpa pernah membuat catatan apapun mengenai keuangan. Bahkan mereka tidak menghitung bensin yang digunakan untuk mengantar pesanan sebagai biaya. Ketika penjualan yang diperoleh lebih besar dari pengeluaran saat akan memproduksi, maka mereka anggap sudah sangat untung,” sambung Rihat.
Karena itu, Rihat menyebutkan permasalahan yang dihadapi pelaku usaha ini coba diselesaikan dengan merancang dan memberikan mesin parut ubi agar tidak melukai tangan. Kemudian mesin pengaduk hasil parutan ubi agar lebih cepat mencampur dan mengaduknya. Selanjutnya diberikan pelatihan pembuatan atau pencatatan laporan keuangan sederhana agar benar perhitungan biaya dan keuntungan. “Dengan upaya ini, diharapkan dapat memaksimalkan produksi rengginang dan mencari pasar baru untuk penjualan yang lebih luas,” ungkapnya.
Ia menambahkan perancangan dan pembuatan mesin parut serta mesin pengaduk merupakan bentuk kontribusi pengabdian kepada masyarakat dalam bidang teknologi tepat guna. Penggunaan mesin parut dan pengaduk akan mempermudah dan mempercepat pekerjaan pelaku usaha tersebut, dan yang utama menghindarkannya dari kecelakaan kerja di tangan.
“Proses pembuatan (produksi) yang lebih cepat dapat menambah jumlah produksi, sehingga akan menambah jumlah penjualan. Penjualan meningkat maka keuntungan meningkat dengan serta merta akan meningkatkan perekonomian mereka, sekaligus ibu-ibu rumah tangga dan anak-anak sekitarnya yang ikut membantu ketika terdapat banyak pesanan,” imbuhnya.
Sementara itu, pemilik usaha, Defi mengucapkan terima kasih atas upaya yang dilakukan dosen dan mahasiswa Polmed. “Mesin yang dirancang dan diberikan sangat bermanfaat sehingga menghemat waktu serta tenaga dan meningkatkan produksi. Sedangkan pencatatan laporan keuangan, dapat memaksimalkan keuntungan yang diperoleh,” ujarnya. (rel/azw)