29 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

KPI Gelar Talkshow di FISIP USU

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Peralihan dari penyiaran analog ke digital menimbulkan dampak positif dan negatif bagi masyarakat. Hal itu disampaikan Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Mohamad Reza di Aula FISIP Universitas Sumatera Utara (USU), Jumat (10/2).

“Ada dampak positif dan negatif,” ujar Reza dalam kegiatan talkshow dan official launch konferensi penyiaran 2023 di Aula FISIP USU dengan tema ‘Tantangan Pasca digitalisasi penyiaran di Indonesia’.

Reza menjelaskan bahwa dampak positif dari penyiaran digital itu, akan membuka lapangan pekerjaan baru di tengah masyarakat. Sedangkan, dampak negatif penyajian siaran akan disiarkan dengan konten yang sama dan tidak berkembang. “Dampak positifnya ada tenaga kerja baru dan negatifnya, kalau ada tempat usaha 10 dengan kue yang sama, sekarang aka nada 20 dengan kue yang sama,” jelas Reza.

Reza mengatakan, pihaknya berharap masyarakat untuk melihat peluang dari penyiaran digital ini. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melakukan riset tentang industri penyiaran dengan bertambahnya lembaga penyiaran.

“Diskusi KPID dengan perguruan tinggi, sehat tidak kalau kita industrinya kita tambah dengan baru lagi. Kalau perguruan tinggi kemudian meriset kemudian menyatakan rekomendasinya tidak sehat, ya sudah kita sampaikan ke pemerintah jangan buka baru di Medan,” jelasnya.

Sementara dosen UIN Sunan Kalijaga, Dr. Bono Setyo M.Si mengatakan, salah satu tantangan yang dihadapi media saat ini adalah kualitas konten agar berkualitas dan diminati oleh masyarakat. Sebab, dari riset yang dilakukan KPI sendiri banyak konten siaran berkualitas namun justru tidak banyak diminati oleh masyarakat.

“Pak Presiden mengatakan saat ini media kita sedang tidak baik-baik saja. Dari aspek media, punya tantangan terkait konten. Terutama kualitas konten yang tiak mengulang-ulang. Kualitas konten yang berkualitas tetapi disenangi masyarakat,” kata Bono.

Bono beranggapan salah satu upaya yang dilakukan lembaga penyiaran untuk meningkatkan kualitas konten siaran dan diminati banyak orang, dengan mengangkat isu lokal yang sekaligus memiliki siaran yang mampu mengedukasi dan bermanfaat bagi orang.

“Mengemas sebuah objek wisata dengan hiburan kerja sama dengan kementerian pariwisata misalnya. Seperti itu potensi masyarakat kita tahu bahwa bangsa kita terdiri dari suku, agama, dan budaya. Sehingga kita angkat tema yang mengutamakan toleransi, sekaligus budaya menjadi perekat bangsa,” kata Bono.(gus/ila)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Peralihan dari penyiaran analog ke digital menimbulkan dampak positif dan negatif bagi masyarakat. Hal itu disampaikan Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Mohamad Reza di Aula FISIP Universitas Sumatera Utara (USU), Jumat (10/2).

“Ada dampak positif dan negatif,” ujar Reza dalam kegiatan talkshow dan official launch konferensi penyiaran 2023 di Aula FISIP USU dengan tema ‘Tantangan Pasca digitalisasi penyiaran di Indonesia’.

Reza menjelaskan bahwa dampak positif dari penyiaran digital itu, akan membuka lapangan pekerjaan baru di tengah masyarakat. Sedangkan, dampak negatif penyajian siaran akan disiarkan dengan konten yang sama dan tidak berkembang. “Dampak positifnya ada tenaga kerja baru dan negatifnya, kalau ada tempat usaha 10 dengan kue yang sama, sekarang aka nada 20 dengan kue yang sama,” jelas Reza.

Reza mengatakan, pihaknya berharap masyarakat untuk melihat peluang dari penyiaran digital ini. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melakukan riset tentang industri penyiaran dengan bertambahnya lembaga penyiaran.

“Diskusi KPID dengan perguruan tinggi, sehat tidak kalau kita industrinya kita tambah dengan baru lagi. Kalau perguruan tinggi kemudian meriset kemudian menyatakan rekomendasinya tidak sehat, ya sudah kita sampaikan ke pemerintah jangan buka baru di Medan,” jelasnya.

Sementara dosen UIN Sunan Kalijaga, Dr. Bono Setyo M.Si mengatakan, salah satu tantangan yang dihadapi media saat ini adalah kualitas konten agar berkualitas dan diminati oleh masyarakat. Sebab, dari riset yang dilakukan KPI sendiri banyak konten siaran berkualitas namun justru tidak banyak diminati oleh masyarakat.

“Pak Presiden mengatakan saat ini media kita sedang tidak baik-baik saja. Dari aspek media, punya tantangan terkait konten. Terutama kualitas konten yang tiak mengulang-ulang. Kualitas konten yang berkualitas tetapi disenangi masyarakat,” kata Bono.

Bono beranggapan salah satu upaya yang dilakukan lembaga penyiaran untuk meningkatkan kualitas konten siaran dan diminati banyak orang, dengan mengangkat isu lokal yang sekaligus memiliki siaran yang mampu mengedukasi dan bermanfaat bagi orang.

“Mengemas sebuah objek wisata dengan hiburan kerja sama dengan kementerian pariwisata misalnya. Seperti itu potensi masyarakat kita tahu bahwa bangsa kita terdiri dari suku, agama, dan budaya. Sehingga kita angkat tema yang mengutamakan toleransi, sekaligus budaya menjadi perekat bangsa,” kata Bono.(gus/ila)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/