Paling Senang kalau Rian Sedih
Grup band d’Masiv boleh dibilang sebagai salah satu hits maker. Tidak hanya satu atau dua lagu di album mereka yang jadi jagoan, tetapi bisa lima sampai enam. Semuanya sukses di pasaran. Belum lagi cara d’Masiv saat menyanyikan lagu-lagunya. Rian, sang vokalis, begitu menjiwai saat bernyanyi.
Lirik lagu-lagu sedih mereka memang dikenal sangat dalam bak menghunjam jantung. Lihat saja Cinta Ini Membunuhku, Sudahi Perih Ini, Mohon Ampun Aku, atau Jangan Menyerah. Sebagian besar lagu di album band yang aktif sejak 2003 itu memang digarap Rian. Ketika d’Masiv berkunjung ke Jawa Pos (grup Sumut Pos) pada (6/3), dia mengungkapkan bahwa lagu tersebut dibuat dengan natural. “Apa yang dirasakan sebenarnya, ya itulah yang saya tulis,” katanya.
Sebagian besar lagu memang berasal dari pengalaman pribadi. Kesedihan, kekesalan, dan kebahagiaannya seolah menjadi inspirasi. Saat rasa itu datang, bisa diartikan bahwa inspirasi datang. Jika yang lain bisa meluapkan rasa tersebut dengan ekspresi yang beragam, Rian memilih meluapkan semua kebahagiaan, kesedihan, dan kemarahan dalam sebuah lagu. Lagu yang dibuat dengan cepat saat dia mengalami kesedihan begitu dalam adalah Cinta Ini Membunuhku, lalu Jangan Menyerah, dan Aku Kehilanganmu. Lagu terakhir itu terdapat di album terbaru mereka, Persiapan.
“Lagu Aku Kehilanganmu itu aku buat pas habis putus,” lanjutnya.
Bagi personel yang lain, yakni Why (drum), Rama (gitar), Kiki (gitar), dan Rai (bas), kesedihan yang dialami Rian adalah momen yang mereka tunggu.
Sebab, Rian bisa bikin banyak lagu. “Bisa nulis banyak lagu soalnya,” kata mereka. Tetapi, Rian menyahut bahwa pada akhirnya di situasi apa pun, dirinya bisa membuat lagu. Satu yang menjadi rahasia Rian kenapa raut wajahnya bisa berubah begitu sedih adalah menyanyi dalam suasana gelap dengan hanya diterangi lilin.
“Buat saya, menyanyi dengan benar itu tidak cukup. Harus bisa menghayati dan masuk ke lagu tersebut. Yang biasa saya lakukan kalau rekaman lagu sedih adalah matikan lampu dan nyalakan lilin. Saya terbiasa melakukan itu sejak SMA. (jan/c6/ayi/jpnn)