26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

High Fighting Spirit

Chelsea vs Napoli 

LONDON- Di bawah arahan Roberto Di Matteo, Chelsea kembali mempertontonkan cara memainkan fighting spirit dalam sebuah pertandingan. Bak cerita perang, Matteo sukses meracik strategi jitu kala menjungkalkan kedigdayaan Napoli.

Bagaimana tak digdaya, Napoli datang ke Stamford Bridge dengan selisih agregat dua gol karena mampu melibas Chelsea 3-1 di San Paolo pada leg pertama perempat final Liga Champion. Hasil itu membuat kursi Andre Villas Boas makin panas hingga akhirnya lengser.

Sang suksesor yang ditunjuk Roman Abramovich adalah sang asisten, Roberto Di Matteo. Pilihan itu sekaligus mengubah persepsi media Inggris, yang menyebutkan calon pengganti AvB pasti pelatih nama besar. Dan kini, Abramovich tampaknya bisa kembali senyum-senyum karena pilihannya terhadap Matteo bisa dibilang sukses.

Menangi tiga laga pasca lengsernya AvB, Matteo menang tiga kali. Pertama di ajang FA Cup, lalu liga, dan Champion. Tahapan berat yang dilaluinya dengan manis. Ya meskipun Matteo masih memikirkan laga awal pekan depan ketika mereka harus melawat ke markas Manchester City.

“Hasil yang kami raih adalah buah kerjas keras yang luar biasa. Skuad bermain fantastis,” kata Matteo di ITV. “Saya pikir kami telah menciptakan sejarah, karena kami ada dalam posisi yang luar biasa sulit sebelum game dimulai,” tambah Orang Italia itu.

Hasil itu juga menjelaskan kepada fans Chelsea bahwa dia mampu menggabungkan pemain senior dengan pemain muda. “Penampilan dari seluruh tim ini sungguh luar biasa. Bukan cuma pemain-pemain senior, tapi penampilan secara kolektif seluruh tim,” sahut Di Matteo di Football Italia.
Di pasang sebagai starter, beberapa pemain senior Chelsea memang tampil apik di sepanjang pertandingan. Didier Drogba, Frank Lampard dan John Terry bahkan ikut mencetak gol.

“Pemain-pemain senior menunjukkan pengalamannya di atas lapangan, karena mereka terbiasa memainkan laga seperti ini. David Luiz sampai tak bisa berjalan di akhir laga dan John Terry mengalami kejang di malam yang luar biasa ini,” lanjut Matteo seolah menggambarkan betapa sengitnya pertandingan itu.

Well, jalannya pertandingan itu memang seru. 15 menit pertama, Chelsea yang tertekan karena harus menang minimal 2-0, tampak bingung harus mulai dari mana. Di saat begitu, pasukan Walter Mazzari sukses meneror pertahanan Chelsea. Berulang kali gawang Peter Cech diserang tapi masih aman. Hingga pada akhirnya Chelsea bisa mencetak angka lebih dulu pada menit 28, lewat tandukan Didier Drogba memanfaatkan umpan silang  Ramires. Skor itu bertahan hingga turun minum.

Di babak kedua, Terry menambah gol lewat tandukan hanya tiga menit babak kedua berjalan. Agregat jadi 3-3 tapi jika skor berakhir demikian, maka yang lolos adalah Chelsea karena lebih agresif di kandang. Tak lama memikirkan itu, Inler mencetak gol indah bagi Napoli tujuh menit berselang. Dengan demikian Napoli yang kembali unggul agregat.

Beruntung pada menit 75 wasit asal Jerman Felix Brych yang memimpin laga menunjuk titik putih karena menganggap Andrea Dossena hands ball. Lampard mengambil ekskusi penalti dan gol untuk keunggulan 3-1. 90 menit tak terasa dengan agregat sama kuat 4-4. Perpanjangan waktu diwajibkan. Pada menit 105, Ivanovic jadi pahlawan dengan golnya memanfaatkan umpan datar Drogba. Skor jadi 4-1 plus agregat 5-4 untuk keunggulan tim asal London Barat itu bertahan hingga laga benar-benar usai.

“Tentu saja hasil ini kekecewaan besar bagi kami. Terutama melihat bagaimana kami harus tersingkir. Tapi kami memang harus membayar kurangnya pengalaman di pentas ini. Pun begitu, saya senang dengan performa tim secara keseluruhan,” beber Arsitek Napoli Walter Mazzari di situs resmi Uefa. (ful/bbs)

Chelsea vs Napoli 

LONDON- Di bawah arahan Roberto Di Matteo, Chelsea kembali mempertontonkan cara memainkan fighting spirit dalam sebuah pertandingan. Bak cerita perang, Matteo sukses meracik strategi jitu kala menjungkalkan kedigdayaan Napoli.

Bagaimana tak digdaya, Napoli datang ke Stamford Bridge dengan selisih agregat dua gol karena mampu melibas Chelsea 3-1 di San Paolo pada leg pertama perempat final Liga Champion. Hasil itu membuat kursi Andre Villas Boas makin panas hingga akhirnya lengser.

Sang suksesor yang ditunjuk Roman Abramovich adalah sang asisten, Roberto Di Matteo. Pilihan itu sekaligus mengubah persepsi media Inggris, yang menyebutkan calon pengganti AvB pasti pelatih nama besar. Dan kini, Abramovich tampaknya bisa kembali senyum-senyum karena pilihannya terhadap Matteo bisa dibilang sukses.

Menangi tiga laga pasca lengsernya AvB, Matteo menang tiga kali. Pertama di ajang FA Cup, lalu liga, dan Champion. Tahapan berat yang dilaluinya dengan manis. Ya meskipun Matteo masih memikirkan laga awal pekan depan ketika mereka harus melawat ke markas Manchester City.

“Hasil yang kami raih adalah buah kerjas keras yang luar biasa. Skuad bermain fantastis,” kata Matteo di ITV. “Saya pikir kami telah menciptakan sejarah, karena kami ada dalam posisi yang luar biasa sulit sebelum game dimulai,” tambah Orang Italia itu.

Hasil itu juga menjelaskan kepada fans Chelsea bahwa dia mampu menggabungkan pemain senior dengan pemain muda. “Penampilan dari seluruh tim ini sungguh luar biasa. Bukan cuma pemain-pemain senior, tapi penampilan secara kolektif seluruh tim,” sahut Di Matteo di Football Italia.
Di pasang sebagai starter, beberapa pemain senior Chelsea memang tampil apik di sepanjang pertandingan. Didier Drogba, Frank Lampard dan John Terry bahkan ikut mencetak gol.

“Pemain-pemain senior menunjukkan pengalamannya di atas lapangan, karena mereka terbiasa memainkan laga seperti ini. David Luiz sampai tak bisa berjalan di akhir laga dan John Terry mengalami kejang di malam yang luar biasa ini,” lanjut Matteo seolah menggambarkan betapa sengitnya pertandingan itu.

Well, jalannya pertandingan itu memang seru. 15 menit pertama, Chelsea yang tertekan karena harus menang minimal 2-0, tampak bingung harus mulai dari mana. Di saat begitu, pasukan Walter Mazzari sukses meneror pertahanan Chelsea. Berulang kali gawang Peter Cech diserang tapi masih aman. Hingga pada akhirnya Chelsea bisa mencetak angka lebih dulu pada menit 28, lewat tandukan Didier Drogba memanfaatkan umpan silang  Ramires. Skor itu bertahan hingga turun minum.

Di babak kedua, Terry menambah gol lewat tandukan hanya tiga menit babak kedua berjalan. Agregat jadi 3-3 tapi jika skor berakhir demikian, maka yang lolos adalah Chelsea karena lebih agresif di kandang. Tak lama memikirkan itu, Inler mencetak gol indah bagi Napoli tujuh menit berselang. Dengan demikian Napoli yang kembali unggul agregat.

Beruntung pada menit 75 wasit asal Jerman Felix Brych yang memimpin laga menunjuk titik putih karena menganggap Andrea Dossena hands ball. Lampard mengambil ekskusi penalti dan gol untuk keunggulan 3-1. 90 menit tak terasa dengan agregat sama kuat 4-4. Perpanjangan waktu diwajibkan. Pada menit 105, Ivanovic jadi pahlawan dengan golnya memanfaatkan umpan datar Drogba. Skor jadi 4-1 plus agregat 5-4 untuk keunggulan tim asal London Barat itu bertahan hingga laga benar-benar usai.

“Tentu saja hasil ini kekecewaan besar bagi kami. Terutama melihat bagaimana kami harus tersingkir. Tapi kami memang harus membayar kurangnya pengalaman di pentas ini. Pun begitu, saya senang dengan performa tim secara keseluruhan,” beber Arsitek Napoli Walter Mazzari di situs resmi Uefa. (ful/bbs)

Artikel Terkait

Die Werkself Lolos dengan Agregat 4-1

Sevilla ke Perempat Final Liga Europa

Bayern Munchen di Atas Angin

The Red Devils Lolos Mudah

Nerazzurri ke 8 Besar Liga Europa

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/