32 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Setengah Bulan Sudah, Tiga Warga Payakumbuh Bermotor Naik Haji

SUMUTPOS.CO – Muliandri, Nazif Ayani, dan Ratnawati, sudah sampai Bangkok dalam upaya menuju Makkah setelah berangkat dari Payakumbuh. Persiapan sudah dilakukan sejak akhir tahun lalu, baik fisik, psikis, maupun dokumen.

LIMA belas hari sudah mereka melakukan perjalanan. Bangkok, Thailand, sudah diinjak kini.

Tapi, tujuan akhir ke Tanah Suci Makkah masih jauh. “Mohon maaf, nanti saja wawancaranya. Sebab, saya sedang mengurus pengiriman sepeda motor ke kapal,” kata Muliandri kepada Padang Ekspres ketika Tanah Air belum ditinggalkan.

Ketika itu, Kamis (11/5) siang, dua hari setelah meninggalkan kampung halaman di Kota Payakumbuh, Sumatera Barat, bersama Nazif Ayani, dan Ratnawati, dengan tujuan berhaji mengendarai motor, Muliandri masih berada di Kota Tanjungbalai, Sumatera Utara. Sebuah perjalanan yang mahaberat dan penuh risiko.

Apalagi di usia mereka yang sudah di atas 50 tahun semua. Muliandri sudah 52 tahun, Ratnawati tiga tahun lebih tua, sedangkan Nazif malah 59 tahun. Tapi, justru faktor usia ini yang mendorong mereka untuk pergi ke Tanah Suci melewati sepuluh negara Asia. “Kalau berangkat menunggu daftar antre haji pemerintah itu, bisa 30 sampai 40 tahun. Sedangkan umur saya sudah kepala lima. Lagian, biayanya juga gede,” kata Ul, sapaan akrab Muliandri.

Ul, Nazif, dan Ratnawati sama-sama warga Kelurahan Tigo Koto Diateh, Payakumbuh Utara. Dari Payakumbuh, mereka langsung ke Pekanbaru, Riau. Lalu lanjut ke Tanjung Balai, Sumatera Utara.

Pada Kamis siang ketika Padang Ekspres mengontak, dua sepeda motor Yamaha NMax yang mereka kendarai sudah duluan naik kapal barang untuk dikirim ke Kuala Lumpur, Malaysia. Sedangkan mereka baru menyusul keesokan harinya, juga naik kapal ke negeri jiran tersebut.

Kamis malamnya, lewat percakapan yang diselingi koneksi seluler yang putus nyambung, Ul tetap semangat bercerita. Dia mengaku termotivasi naik haji dengan sepeda motor atau melakukan perjalanan haji ala backpacker karena panggilan ke Masjidilharam yang selalu datang setiap saat.

“Panggilan Yang Satu (Allah SWT) untuk datang ke Masjid Haram selalu datang setiap saat. Dan rasanya semakin hari semakin kuat,” ujarnya.

Mereka bertiga meyakini, naik haji dengan sepeda motor akan lebih simpel. Namun, memang membutuhkan keahlian khusus dan persiapan yang matang. Ul sendiri sudah melakukan persiapan naik haji dengan mengendarai sepeda motor sejak Desember tahun lalu. Selain persiapan batin dan fisik, mempersiapkan pula surat-surat atau dokumen perjalanan yang dibutuhkan.

“Untuk negara-negara di ASEAN, perjalanan memang tidak lagi membutuhkan visa, cukup dengan paspor. Namun, ada beberapa negara di luar ASEAN yang kalau masuk ke negaranya itu membutuhkan visa,” katanya.

Karena mereka backpacker, lanjut Ul, jadwal perjalanan tak bisa dipastikan. “Maka, untuk negara-negara yang membutuhkan visa, kami urus nanti, di perbatasan masuk negara tersebut,” ucap Ul.

Dengan titik berangkat negara sendiri, dalam upaya mencapai Arab Saudi, mereka melintasi Malaysia, Thailand, Myanmar, Bangladesh, India, Pakistan, Iran, dan Uni Emirat Arab. Untuk membawa atau mengendarai sepeda motor ke negara-negara tersebut, mereka harus mengantongi surat atau dokumen yang diterbitkan Ikatan Motor Indonesia (IMI).

Setiba di Malaysia ataupun Thailand, mereka berencana singgah di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) yang ada di kedua negara tersebut. “Nanti, dari Bangkok, kami akan terus ke Myanmar. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Bangladesh, terus ke India, Pakistan, dan ke Iran, kalau situasi memungkinkan,” ungkapnya.

Setelah itu, baru menyeberang lagi ke Dubai. “Dari Dubai baru ke Riyadh, temui konsultan. Dari situ baru ke Makkah,” tuturnya.

Sebetulnya, naik haji dengan sepeda motor ini akan diikuti empat warga Payakumbuh. Namun, menjelang keberangkatan, satu orang mundur karena pertimbangan usia yang tidak kuat bersepada motor melintasi banyak negara. Direncanakan, perjalanan dari Payakumbuh sampai ke Makkah akan memakan waktu 33 hingga 35 hari.

Durasi 33 sampai 35 hari itu untuk berangkatnya saja. Untuk pulangnya nanti, tentu juga butuh waktu sebanyak itu pula. Karena menunaikan ibadah haji ala backpacker, Ul dan dua temannya akan banyak menginap di sepanjang perjalanan. “Jika sore hari, akan kami cari penginapan. Sebisa mungkin dapat menginap di KBRI atau Konsulat Indonesia,” ungkap Ul.

Keberangkatan tiga orang tersebut dilepas Pemerintah Kota Payakumbuh. Asisten II Setko Payakumbuh Elzadaswarman berpesan kepada tiga backpacker itu agar selalu menjaga stamina dan kesehatan. “Semoga tercapai haji yang mabrur nantinya,” kata Elzadaswarman yang melepas ketiga warga bersama Staf Ahli Wali Kota Elvi Jaya dan Herlina serta Kabag Kesra Efrizal.

Selain dilepas Pemkot Payakumbuh, ketiga warga yang naik haji pakai sepeda motor ini saat berada di Pekanbaru, Riau, juga dilepas oleh persatuan perantau Payakumbuh dan Limapuluh Kota yang tergabung dalam Gonjong Limo Riau. Mereka dilepas perantau dari Pekanbaru menuju Tanjungbalai, Asahan. “Alhamdulillah, setiba di Tanjung Balai, Asahan, kami juga disambut oleh pemerintah daerah. Doakan kami menjadi haji yang mabrur,” ucap Muliandri. (c17/ttg/jpg)

SUMUTPOS.CO – Muliandri, Nazif Ayani, dan Ratnawati, sudah sampai Bangkok dalam upaya menuju Makkah setelah berangkat dari Payakumbuh. Persiapan sudah dilakukan sejak akhir tahun lalu, baik fisik, psikis, maupun dokumen.

LIMA belas hari sudah mereka melakukan perjalanan. Bangkok, Thailand, sudah diinjak kini.

Tapi, tujuan akhir ke Tanah Suci Makkah masih jauh. “Mohon maaf, nanti saja wawancaranya. Sebab, saya sedang mengurus pengiriman sepeda motor ke kapal,” kata Muliandri kepada Padang Ekspres ketika Tanah Air belum ditinggalkan.

Ketika itu, Kamis (11/5) siang, dua hari setelah meninggalkan kampung halaman di Kota Payakumbuh, Sumatera Barat, bersama Nazif Ayani, dan Ratnawati, dengan tujuan berhaji mengendarai motor, Muliandri masih berada di Kota Tanjungbalai, Sumatera Utara. Sebuah perjalanan yang mahaberat dan penuh risiko.

Apalagi di usia mereka yang sudah di atas 50 tahun semua. Muliandri sudah 52 tahun, Ratnawati tiga tahun lebih tua, sedangkan Nazif malah 59 tahun. Tapi, justru faktor usia ini yang mendorong mereka untuk pergi ke Tanah Suci melewati sepuluh negara Asia. “Kalau berangkat menunggu daftar antre haji pemerintah itu, bisa 30 sampai 40 tahun. Sedangkan umur saya sudah kepala lima. Lagian, biayanya juga gede,” kata Ul, sapaan akrab Muliandri.

Ul, Nazif, dan Ratnawati sama-sama warga Kelurahan Tigo Koto Diateh, Payakumbuh Utara. Dari Payakumbuh, mereka langsung ke Pekanbaru, Riau. Lalu lanjut ke Tanjung Balai, Sumatera Utara.

Pada Kamis siang ketika Padang Ekspres mengontak, dua sepeda motor Yamaha NMax yang mereka kendarai sudah duluan naik kapal barang untuk dikirim ke Kuala Lumpur, Malaysia. Sedangkan mereka baru menyusul keesokan harinya, juga naik kapal ke negeri jiran tersebut.

Kamis malamnya, lewat percakapan yang diselingi koneksi seluler yang putus nyambung, Ul tetap semangat bercerita. Dia mengaku termotivasi naik haji dengan sepeda motor atau melakukan perjalanan haji ala backpacker karena panggilan ke Masjidilharam yang selalu datang setiap saat.

“Panggilan Yang Satu (Allah SWT) untuk datang ke Masjid Haram selalu datang setiap saat. Dan rasanya semakin hari semakin kuat,” ujarnya.

Mereka bertiga meyakini, naik haji dengan sepeda motor akan lebih simpel. Namun, memang membutuhkan keahlian khusus dan persiapan yang matang. Ul sendiri sudah melakukan persiapan naik haji dengan mengendarai sepeda motor sejak Desember tahun lalu. Selain persiapan batin dan fisik, mempersiapkan pula surat-surat atau dokumen perjalanan yang dibutuhkan.

“Untuk negara-negara di ASEAN, perjalanan memang tidak lagi membutuhkan visa, cukup dengan paspor. Namun, ada beberapa negara di luar ASEAN yang kalau masuk ke negaranya itu membutuhkan visa,” katanya.

Karena mereka backpacker, lanjut Ul, jadwal perjalanan tak bisa dipastikan. “Maka, untuk negara-negara yang membutuhkan visa, kami urus nanti, di perbatasan masuk negara tersebut,” ucap Ul.

Dengan titik berangkat negara sendiri, dalam upaya mencapai Arab Saudi, mereka melintasi Malaysia, Thailand, Myanmar, Bangladesh, India, Pakistan, Iran, dan Uni Emirat Arab. Untuk membawa atau mengendarai sepeda motor ke negara-negara tersebut, mereka harus mengantongi surat atau dokumen yang diterbitkan Ikatan Motor Indonesia (IMI).

Setiba di Malaysia ataupun Thailand, mereka berencana singgah di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) yang ada di kedua negara tersebut. “Nanti, dari Bangkok, kami akan terus ke Myanmar. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Bangladesh, terus ke India, Pakistan, dan ke Iran, kalau situasi memungkinkan,” ungkapnya.

Setelah itu, baru menyeberang lagi ke Dubai. “Dari Dubai baru ke Riyadh, temui konsultan. Dari situ baru ke Makkah,” tuturnya.

Sebetulnya, naik haji dengan sepeda motor ini akan diikuti empat warga Payakumbuh. Namun, menjelang keberangkatan, satu orang mundur karena pertimbangan usia yang tidak kuat bersepada motor melintasi banyak negara. Direncanakan, perjalanan dari Payakumbuh sampai ke Makkah akan memakan waktu 33 hingga 35 hari.

Durasi 33 sampai 35 hari itu untuk berangkatnya saja. Untuk pulangnya nanti, tentu juga butuh waktu sebanyak itu pula. Karena menunaikan ibadah haji ala backpacker, Ul dan dua temannya akan banyak menginap di sepanjang perjalanan. “Jika sore hari, akan kami cari penginapan. Sebisa mungkin dapat menginap di KBRI atau Konsulat Indonesia,” ungkap Ul.

Keberangkatan tiga orang tersebut dilepas Pemerintah Kota Payakumbuh. Asisten II Setko Payakumbuh Elzadaswarman berpesan kepada tiga backpacker itu agar selalu menjaga stamina dan kesehatan. “Semoga tercapai haji yang mabrur nantinya,” kata Elzadaswarman yang melepas ketiga warga bersama Staf Ahli Wali Kota Elvi Jaya dan Herlina serta Kabag Kesra Efrizal.

Selain dilepas Pemkot Payakumbuh, ketiga warga yang naik haji pakai sepeda motor ini saat berada di Pekanbaru, Riau, juga dilepas oleh persatuan perantau Payakumbuh dan Limapuluh Kota yang tergabung dalam Gonjong Limo Riau. Mereka dilepas perantau dari Pekanbaru menuju Tanjungbalai, Asahan. “Alhamdulillah, setiba di Tanjung Balai, Asahan, kami juga disambut oleh pemerintah daerah. Doakan kami menjadi haji yang mabrur,” ucap Muliandri. (c17/ttg/jpg)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/