26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Disnaker Medan Sebut Pengawasan Ada di Pemerintah Provinsi

Viral di Medsos, Warga Medan Ngaku Disiksa di Myanmar

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Video dua warga Kota Medan yang mengaku menjadi korban penipuan pekerjaan dan disiksa di Myanmar, viral di media sosial (Medos). Kedua warga tersebut meminta Presiden Joko Widodo dan Wali Kota Medan Bobby Nasution untuk segera memulangkan mereka lantaran tak tahan terus disiksa selama berada di Myanmar.

Menindaklanjuti hal tersebut Kepala Dinas Ketenagakerjaan (Kadisnaker) Kota Medan Illyan Chandra Simbolon mengatakan, pihaknya sudah mengetahui adanya video tersebut. “Untuk lebih berkompeten dalam menangani hal ini adalah Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI). Meski begitu, kita akan terus berkordinasi dalam menanggapi permasalahan ini,” kata Illyan kepada Sumut Pos, Jumat (26/5).

Saat disinggung bagaimana fungsi pengawasan Disnaker Kota Medan, mengingat banyaknya masyarakat yang kerap tertipu bekerja di luar negeri, mantan Camat Medan Baru ini menyebutkan, semua fungsi pengawasan Ketenagakerjaan berada di tingkat provinsi. “Sesuai dengan UU Nomor 23 Tahun 2014, semua fungsi pengawasan berada di tingkat provinsi. Kita juga terus berkolaborasi dengan pemangku kebijakan di kewilayahan, baik lurah maupun camat untuk terus memberikan sosialisasi agar masyarakat tidak tergiur dengan janji-janji pekerjaan di luar negeri yang belum pasti kebenarannya,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala BP2MI Kota Medan, Harold Simanjuntak saat dikonfirmasi menyebutkan, pihaknya belum mengetahui adanya informasi terkait 2 warga Kota Medan yang menjadi korban penyiksaan di Myanmar. “Yang kita tahu, ada 25 warga Indonesia yang sebagiannya warga Kota Medan berada di Myanmar. Saat ini semuanya juga dalam proses pemulangan melalui Kementerian Sosial (Kemensos) RI. Untuk 2 orang yang tersendiri, kita belum dapat informasi,” kata Harold.

Dengan adanya informasi itu, Harold menyebutkan bahwa pihaknya akan segera berkoordinasi dengan pihak Pemerintah Provinsi terkait pemulangan kedua warga Kota Medan itu. “Untuk pemulangannya nanti tergantung KBRI di Myanmar, apakah langsung ke Kota Medan atau ke Jakarta dulu. Yang jelas informasi ini akan segera kita tindaklanjuti,” jelasnya.

Menanggapi hal itu, Wakil Ketua DPRD Medan Rajudin Sagala mengatakan, semua pihak yang terlibat atas kasus ini harus diusut tuntas dan diberikan sanksi hukum yang tegas, termasuk kepada perusahaan yang memberangkatkannya. “Kenapa hal ini bisa terjadi? Pasti karena ada iming-iming dari perusahaan terhadap korban. Untuk itu, kita minta pemerintah mengusut tuntas dan mencari tahu perusahaan mana yang tega melakukan ini,” tegas Politisi PKS ini.

Selain itu, Rajudin juga meminta pemerintah untuk bertindak cepat agar segera memulangkan korban dan menyelamatkannya dari aksi penyiksaan di Myanmar. “Pemerintah bersama instansi terkait harus bergerak cepat agar kedua korban bisa dipulangkan ke Kota Medan dan berkumpul dengan keluarganya,” pungkasnya.

Sebelumnya, video dua orang pria mengaku warga Medan, Sumatera Utara (Sumut), viral di media sosial. Keduanya mengaku ditipu dan mengalami penyiksaan di Myanmar. Mereka meminta bantuan kepada Presiden Joko Widodo untuk dipulangkan. Video itu diunggah oleh akun TikTok andre_aries.

Pada video pertama terlihat pria mengaku berama Ziani Ahmad berada di dalam ruangan. Dirinya mengaku ditipu oleh agen perusahan yang memberangkatkannya. “Saya Ziani Ahmad warga negara Indonesia (WNI) asal Medan. Saya ditipu sama agen saya, dipekerjakan di negara Myanmar. Saya di sini meminta tolong kepada Bapak Jokowi yang terhormat, saya disiksa secara tidak manusiawi. Tolong saya supaya segera dipulangkan,” katanya.

Sementara pada video kedua, pria itu mengaku berama Andika Pratama. Narasi yang diucapkan pria itu tidak jauh berbeda dengan pria pada video pertama. “Perkenalkan saya Andika Pratama, saya WNI asal Medan, saya ditipu sama agen saya, dipekerjakan di negara Myanmar. Saya di sini meminta tolong kepada Bapak Jokowi yang terhormat, saya disiksa secara tidak manusiawi. Tolong saya Pak,” katanya. (map/adz)

 

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Video dua warga Kota Medan yang mengaku menjadi korban penipuan pekerjaan dan disiksa di Myanmar, viral di media sosial (Medos). Kedua warga tersebut meminta Presiden Joko Widodo dan Wali Kota Medan Bobby Nasution untuk segera memulangkan mereka lantaran tak tahan terus disiksa selama berada di Myanmar.

Menindaklanjuti hal tersebut Kepala Dinas Ketenagakerjaan (Kadisnaker) Kota Medan Illyan Chandra Simbolon mengatakan, pihaknya sudah mengetahui adanya video tersebut. “Untuk lebih berkompeten dalam menangani hal ini adalah Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI). Meski begitu, kita akan terus berkordinasi dalam menanggapi permasalahan ini,” kata Illyan kepada Sumut Pos, Jumat (26/5).

Saat disinggung bagaimana fungsi pengawasan Disnaker Kota Medan, mengingat banyaknya masyarakat yang kerap tertipu bekerja di luar negeri, mantan Camat Medan Baru ini menyebutkan, semua fungsi pengawasan Ketenagakerjaan berada di tingkat provinsi. “Sesuai dengan UU Nomor 23 Tahun 2014, semua fungsi pengawasan berada di tingkat provinsi. Kita juga terus berkolaborasi dengan pemangku kebijakan di kewilayahan, baik lurah maupun camat untuk terus memberikan sosialisasi agar masyarakat tidak tergiur dengan janji-janji pekerjaan di luar negeri yang belum pasti kebenarannya,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala BP2MI Kota Medan, Harold Simanjuntak saat dikonfirmasi menyebutkan, pihaknya belum mengetahui adanya informasi terkait 2 warga Kota Medan yang menjadi korban penyiksaan di Myanmar. “Yang kita tahu, ada 25 warga Indonesia yang sebagiannya warga Kota Medan berada di Myanmar. Saat ini semuanya juga dalam proses pemulangan melalui Kementerian Sosial (Kemensos) RI. Untuk 2 orang yang tersendiri, kita belum dapat informasi,” kata Harold.

Dengan adanya informasi itu, Harold menyebutkan bahwa pihaknya akan segera berkoordinasi dengan pihak Pemerintah Provinsi terkait pemulangan kedua warga Kota Medan itu. “Untuk pemulangannya nanti tergantung KBRI di Myanmar, apakah langsung ke Kota Medan atau ke Jakarta dulu. Yang jelas informasi ini akan segera kita tindaklanjuti,” jelasnya.

Menanggapi hal itu, Wakil Ketua DPRD Medan Rajudin Sagala mengatakan, semua pihak yang terlibat atas kasus ini harus diusut tuntas dan diberikan sanksi hukum yang tegas, termasuk kepada perusahaan yang memberangkatkannya. “Kenapa hal ini bisa terjadi? Pasti karena ada iming-iming dari perusahaan terhadap korban. Untuk itu, kita minta pemerintah mengusut tuntas dan mencari tahu perusahaan mana yang tega melakukan ini,” tegas Politisi PKS ini.

Selain itu, Rajudin juga meminta pemerintah untuk bertindak cepat agar segera memulangkan korban dan menyelamatkannya dari aksi penyiksaan di Myanmar. “Pemerintah bersama instansi terkait harus bergerak cepat agar kedua korban bisa dipulangkan ke Kota Medan dan berkumpul dengan keluarganya,” pungkasnya.

Sebelumnya, video dua orang pria mengaku warga Medan, Sumatera Utara (Sumut), viral di media sosial. Keduanya mengaku ditipu dan mengalami penyiksaan di Myanmar. Mereka meminta bantuan kepada Presiden Joko Widodo untuk dipulangkan. Video itu diunggah oleh akun TikTok andre_aries.

Pada video pertama terlihat pria mengaku berama Ziani Ahmad berada di dalam ruangan. Dirinya mengaku ditipu oleh agen perusahan yang memberangkatkannya. “Saya Ziani Ahmad warga negara Indonesia (WNI) asal Medan. Saya ditipu sama agen saya, dipekerjakan di negara Myanmar. Saya di sini meminta tolong kepada Bapak Jokowi yang terhormat, saya disiksa secara tidak manusiawi. Tolong saya supaya segera dipulangkan,” katanya.

Sementara pada video kedua, pria itu mengaku berama Andika Pratama. Narasi yang diucapkan pria itu tidak jauh berbeda dengan pria pada video pertama. “Perkenalkan saya Andika Pratama, saya WNI asal Medan, saya ditipu sama agen saya, dipekerjakan di negara Myanmar. Saya di sini meminta tolong kepada Bapak Jokowi yang terhormat, saya disiksa secara tidak manusiawi. Tolong saya Pak,” katanya. (map/adz)

 

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/