27 C
Medan
Tuesday, November 5, 2024
spot_img

City Plaza, Gagal Bertahan meski Usung Film Esek-esek

Pusat Perbelanjaan Era 1980-an di Medan, Apa Kabar? (2)

Olympia Plaza cenderung dikatakan sebagai pusat perbelanjaan modern tertua di Medan. Namun, setelah ditelusuri, ternyata ada plaza lain yang lebih dulu berdiri. Ya, meski tidak dianggap sebagai cikal bakal plaza yang ada di Medan. Dia adalah City Plaza yang terkubur
di era 1980-an.

Juli Ramadhani Rambe, Medan

“Dulu, di sana ada tempat jualanan pakaian, jam, sepatu, ada tempat bermain, ada kafe, juga dekat dengan bioskopnya,” ujar salah satu warga yang telah bekerja di Jalan Surabaya sejak beberapa tahun yang lalu, Ari Sutanto (61).

Warga kelurahan Sari Rejo ini mengungkapkan bahwa plaza itu sangat ramai dikunjungi, baik saat hari biasa maupun hari libur. Dengan bentuk gedung yang terbuka bagian atasnya membuat gedung ini cukup nyaman dihuni. “Tidak tertutup seperti plaza zaman sekarang,” ungkap Arin.

City Plaza, bangunan ini sudah berdiri sejak 1970-an. Walau sudah tidak beroperasi lagi sebagai pusat pembelanjaan, tetapi bangunanya masih berdiri megah di Jalan Surabaya. Awal berdirinya, City memiliki 4 lantai dan tiap lantai memiliki peran sendiri seperti kafe, bioskop, tempat permainan, dan tempat jualan. Hanya saja pada masa itu tidak menggunakan kios seperti di plaza zaman sekarang.

Pada masa City Plaza beroperasi, lebih banyak yang berjualan dengan menggunakan meja, dan penanda sebagai batas ditentukan oleh tali atau selotip yang diletakkan dilantai. “Bahkan dulunya, produk yang dijual di sini semuanya impor karena produksi kita tidak ada,” ungkap Ari.

Memasuki pertengahan 1980-an, City Plaza mulai kehilangan pengunjung, tepatnya, saat bangunan yang berada di sekitarnya mulai beroperasi sebagai tempat berdagang, bukan lagi sebuah hunian. Ditambah, plaza dengan gaya modern seperti Olympia mulai muncul kepermukaan, maka dengan pasti plaza ini mulai kehilangan arah. “Bioskop sudah mulai mutar film yang esek-esek. Padahal saat itu, masih ada film yang berkualitas walau produksinya sudah mulai berkurang,” tambah Ari.

Tidak diketahui pasti kapan plaza ini mulai tutup total. Yang pasti, saat operasional bangunan sebagai plaza berhenti, gedung ini terbiarkan atau tidak mendapat perhatian oleh pemiliknya. Bahkan, hingga bertahun-tahun. Gedung menjadi kotor, hitam, dan pekat.

Sekitar 2009, gedung ini berubah fungsi sebagai tempat penitipan mobil. Dan bangunan pun mulai dipelihara dengan baik, salah satunya dengan pengecetan ulang. “Saat pengecetan ulang, penampilan gedung sudah mulai baik, jadilah dia sebagai tempat penitipan mobil. Mungkin karena sudah terlihat lebih baik, ada yang minat dengan gedung, disewa dan sekarang jadi hotel,” tambah Ari.

Ya, City Plaza pun berubah menjadi My Hotel yang telah beroperasi sekitar 1 tahun yang lalu. Selain penampilan yang berbeda, tinggi gedung juga ditambah. Yang menyamakan hanya luas dari bangunan yang asli merupakan milik City Plaza.

Menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Pusat Pembelanjaan Indonesia (APPBI) Sumut, Paulus Tamie, mulai marak bangunan yang beroperasional sebagai mal atau plaza sejak tahun 1990 seperti Thamrin Plaza, Medan Mall, Sinar Plaza, Menara Plaza, dan Istana Plaza. “Kalau City Plaza yang berdiri sekitar tahun 1970 itu tidak kita sebut plaza ya, karena dia berdiri sebagai ruko, yang terdiri dari supermarket dan lainnya,” ujar Paulus.

Menurutnya, dunia persaingan dalam industri jasa sangatlah ketat. Dan salah satu yang harus diperhatikan oleh pemilik gedung adalah kenyamanan gedung dan perkembangan zaman. Dan salah satu yang harus diperhatikan adalah tempat parkir motor. “Jangan anggap enteng dengan perkir motor, ingat mayoritas pengunjung plaza adalah pengguna motor, jadi kalau parkir motor tidak nyaman, bisa dipastikan kita akan kehilangan pelanggan. Selain itu kenyamanan gedung, daerah sekitar gedung juga bisa menjadi indikasi maju mundurnya sebuah plaza. Jadi itu yang harus diperhatikan,” ungkap Paulus.

Sedangkan untuk perkembangan zaman, baginya itu merupakan salah satu faktor yang penting. “Ikuti perkembangan zaman, penuhi semua kebutuhan masyarakat, jadi jangan hanya diam dan tidak mengikuti permintaan konsumen,” ungkap Paulus. (bersambung)

Berita sebelumnya:

Olympia Plaza, Beroperasi meski Enam Lantai Kosong

Pusat Perbelanjaan Era 1980-an di Medan, Apa Kabar? (2)

Olympia Plaza cenderung dikatakan sebagai pusat perbelanjaan modern tertua di Medan. Namun, setelah ditelusuri, ternyata ada plaza lain yang lebih dulu berdiri. Ya, meski tidak dianggap sebagai cikal bakal plaza yang ada di Medan. Dia adalah City Plaza yang terkubur
di era 1980-an.

Juli Ramadhani Rambe, Medan

“Dulu, di sana ada tempat jualanan pakaian, jam, sepatu, ada tempat bermain, ada kafe, juga dekat dengan bioskopnya,” ujar salah satu warga yang telah bekerja di Jalan Surabaya sejak beberapa tahun yang lalu, Ari Sutanto (61).

Warga kelurahan Sari Rejo ini mengungkapkan bahwa plaza itu sangat ramai dikunjungi, baik saat hari biasa maupun hari libur. Dengan bentuk gedung yang terbuka bagian atasnya membuat gedung ini cukup nyaman dihuni. “Tidak tertutup seperti plaza zaman sekarang,” ungkap Arin.

City Plaza, bangunan ini sudah berdiri sejak 1970-an. Walau sudah tidak beroperasi lagi sebagai pusat pembelanjaan, tetapi bangunanya masih berdiri megah di Jalan Surabaya. Awal berdirinya, City memiliki 4 lantai dan tiap lantai memiliki peran sendiri seperti kafe, bioskop, tempat permainan, dan tempat jualan. Hanya saja pada masa itu tidak menggunakan kios seperti di plaza zaman sekarang.

Pada masa City Plaza beroperasi, lebih banyak yang berjualan dengan menggunakan meja, dan penanda sebagai batas ditentukan oleh tali atau selotip yang diletakkan dilantai. “Bahkan dulunya, produk yang dijual di sini semuanya impor karena produksi kita tidak ada,” ungkap Ari.

Memasuki pertengahan 1980-an, City Plaza mulai kehilangan pengunjung, tepatnya, saat bangunan yang berada di sekitarnya mulai beroperasi sebagai tempat berdagang, bukan lagi sebuah hunian. Ditambah, plaza dengan gaya modern seperti Olympia mulai muncul kepermukaan, maka dengan pasti plaza ini mulai kehilangan arah. “Bioskop sudah mulai mutar film yang esek-esek. Padahal saat itu, masih ada film yang berkualitas walau produksinya sudah mulai berkurang,” tambah Ari.

Tidak diketahui pasti kapan plaza ini mulai tutup total. Yang pasti, saat operasional bangunan sebagai plaza berhenti, gedung ini terbiarkan atau tidak mendapat perhatian oleh pemiliknya. Bahkan, hingga bertahun-tahun. Gedung menjadi kotor, hitam, dan pekat.

Sekitar 2009, gedung ini berubah fungsi sebagai tempat penitipan mobil. Dan bangunan pun mulai dipelihara dengan baik, salah satunya dengan pengecetan ulang. “Saat pengecetan ulang, penampilan gedung sudah mulai baik, jadilah dia sebagai tempat penitipan mobil. Mungkin karena sudah terlihat lebih baik, ada yang minat dengan gedung, disewa dan sekarang jadi hotel,” tambah Ari.

Ya, City Plaza pun berubah menjadi My Hotel yang telah beroperasi sekitar 1 tahun yang lalu. Selain penampilan yang berbeda, tinggi gedung juga ditambah. Yang menyamakan hanya luas dari bangunan yang asli merupakan milik City Plaza.

Menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Pusat Pembelanjaan Indonesia (APPBI) Sumut, Paulus Tamie, mulai marak bangunan yang beroperasional sebagai mal atau plaza sejak tahun 1990 seperti Thamrin Plaza, Medan Mall, Sinar Plaza, Menara Plaza, dan Istana Plaza. “Kalau City Plaza yang berdiri sekitar tahun 1970 itu tidak kita sebut plaza ya, karena dia berdiri sebagai ruko, yang terdiri dari supermarket dan lainnya,” ujar Paulus.

Menurutnya, dunia persaingan dalam industri jasa sangatlah ketat. Dan salah satu yang harus diperhatikan oleh pemilik gedung adalah kenyamanan gedung dan perkembangan zaman. Dan salah satu yang harus diperhatikan adalah tempat parkir motor. “Jangan anggap enteng dengan perkir motor, ingat mayoritas pengunjung plaza adalah pengguna motor, jadi kalau parkir motor tidak nyaman, bisa dipastikan kita akan kehilangan pelanggan. Selain itu kenyamanan gedung, daerah sekitar gedung juga bisa menjadi indikasi maju mundurnya sebuah plaza. Jadi itu yang harus diperhatikan,” ungkap Paulus.

Sedangkan untuk perkembangan zaman, baginya itu merupakan salah satu faktor yang penting. “Ikuti perkembangan zaman, penuhi semua kebutuhan masyarakat, jadi jangan hanya diam dan tidak mengikuti permintaan konsumen,” ungkap Paulus. (bersambung)

Berita sebelumnya:

Olympia Plaza, Beroperasi meski Enam Lantai Kosong

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/