SUMUTPOS.CO – Jamaah lansia menjadi “vitamin” Marisa Puspita Sari untuk tidak merasa capek. Mereka tertinggal, kesasar, dan sakit di Masjidilharam mengisi hari-hari perempuan yang pernah tergabung dalam Paspampres itu.
DALAM sehari saja, puluhan lansia dengan beragam masalah yang harus didampingi Letda Sus Marisa Puspita Sari. Ada yang kesasar, tertinggal rombongan, atau sakit.
“Pokoknya seru deh,” ucapnya saat ditemui Jawa Pos di posko sektor khusus yang biasa jadi tempat penampungan lansia di Masjidilharam, Selasa (20/6) lalu.
Lokasinya tepat di depan barisan bus di Terminal Syib Amir. Tidak ada bangunan. Hanya jajaran kontainer yang disulap menjadi ruangan. Ketika ada temuan jamaah lansia, langsung diarahkan ke posko tersebut.
Marisa adalah salah satu srikandi sektor khusus yang ditugaskan di Masjidilharam. Tugas utamanya mencari jamaah haji, terutama perempuan yang butuh bantuan. Perempuan disiagakan di Masjidilharam karena bisa lebih lincah untuk mengakses tempat-tempat khusus dibandingkan laki-laki.
Misalnya kawasan Kakbah lantai 1 yang biasa dipakai tawaf. Untuk laki-laki, hanya yang berpakaian ihram yang bisa masuk ke sana. Sementara jika berpakaian ihram, gerak petugas tidak lincah.
Sementara perempuan cukup memakai baju biasa. Karena itulah, dia sering “jalan-jalan” di kawasan jalur tawaf. “Saya jalannya melawan arus. Biar kelihatan kalau ada jamaah yang butuh bantuan,” ucap perempuan yang pernah menjadi pengawal khusus Ibu Negara Ani Yudhoyono semasa kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono itu.
Jika terlihat jamaah yang lemas kecapekan, Marisa langsung mendekat dan memapahnya keluar jalur tawaf untuk diistirahatkan. Dia akan menungguinya sampai pulih. Kalau kondisinya memungkinkan untuk melanjutkan, akan ditemani hingga tawaf selesai. Kalau tidak, akan ditawari untuk naik skuter atau kursi roda. Tapi, jika kondisi kesehatannya tidak memungkinkan, akan dibawa ke posko kesehatan.
Saat kali pertama menginjakkan kaki di Masjidilharam, perempuan yang pernah tergabung dalam Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) sejak 2009 hingga 2017 itu mendapati pengalaman yang menurut dia sangat mengesankan. Saat itu menjalani umrah qudum, salah satu rukun haji.
Setelah menyelesaikan tawaf, Marisa melihat seorang perempuan ndelosor lemas di pinggiran halaman Kakbah. “Wajahnya nggak ada ekspresinya,” ucap perempuan 36 tahun itu.
Marisa pun mendatangi dan menanyainya. Perempuan lansia tersebut tidak menjawab. Ketika dilihat lebih saksama, ternyata perempuan itu buang air besar dan membanjiri pakaiannya. “Aku bingung juga kasihan. Harus bagaimana. Ini pertama ke Kakbah,” jelasnya.
Marisa lalu memapah si ibu mencari tempat yang bisa untuk mencuci pakaian. Dia mendapatkan tempat wudu yang lokasinya cukup jauh. Belum berjodoh, saat akan memulai pembersihan, seorang petugas malah mengusirnya. Dia berhasil menyelinap di salah satu sudut yang sepi pengunjung.
Pekerjaan belum selesai setelah membersihkan si ibu dan pakaiannya. Sebab, si ibu ternyata belum selesai umrah. Marisa pun meminta lansia tersebut berdiam di salah satu sudut masjid.
Sementara Marisa mencari tempat yang terpapar sinar matahari untuk mengeringkan baju si ibu. Untung saja, cuaca di Makkah lumayan panas, 40 derajat Celsius. Tak butuh waktu lama untuk sampai kering. Dia pun menyelesaikan umrah bersama ibu tersebut.
Jamaah lansia sering membuat hati Marisa luluh. Apa pun permintaan yang diminta secara khusus, dia berusaha mengabulkannya. Salah satunya ketika dia menjumpai seorang ibu yang sudah sepuh.
Ibu tersebut mengungkapkan keinginan untuk bisa mencium Kakbah. “Dia sudah umrah. Tapi, karena naik kursi roda, tawafnya di lantai 2, tidak bisa menyentuh Kakbah,” terangnya.
Marisa tergugah dengan keinginan si ibu itu dan mengantarkannya ke area tawaf. Berjalan memutar mengikuti alur tawaf sambil mendekat ke Kakbah pelan-pelan. Sampai akhirnya dia dan si ibu berada di dekat Kakbah. Si ibu pun berhasil mengusap dan mencium dinding Kakbah di antara desakan ratusan jamaah yang ingin melakukan hal yang sama.
Tangis haru mengiringi si ibu selama mencium Kakbah. Marisa melindunginya dari dorongan jamaah lain yang terus bergerak dan mendorong. Mereka juga berebut menyentuh Kakbah. “Rasanya lega banget lihat ibu itu bahagia,” kenangnya.
Si ibu pun berkali-kali mengucapkan terima kasih kepada Marisa karena telah membantu mengabulkan keinginan terbesarnya. Mencium Kakbah. Itu yang membuatnya tak pernah merasa capek ketika berada di Masjidilharam. “Kalau udaranya sedang sangat terik, ya dijaga dengan sering meminum air putih meski dalam porsi sedikit-sedikit,” tuturnya. (c9/ttg/jpg)