27 C
Medan
Monday, October 21, 2024
spot_img

Deli Plaza, tak Bertahan walau Dibantu Sinar dan Menara Plaza

Pusat Perbelanjaan Era 1980-an di Medan, Apa Kabar? (4)

Dia dikenal sebagai plaza kelas atas. Bagaimana tidak, berdiri sejak 1985, dia adalah gudangnya butik. Ketika warga Medan menyebut kata ‘butik’, yang terbersit di benak langsung namanya. Ya, dia adalah Deli Plaza.

Deli Plaza, yang terletak di Jalan Putri Hijau Medan ini, terkenal dengan fasilitas yang diberikannya. Sebut saja bioskop dengan sound system kelas A, butik-butik mewah yang menjual produk impor, tempat makan yang lengkap, hingga tempat permainan yang menggoda. Bahkan, di plaza inilah mainan ala “roller coaster” tersedia.
Tidak itu saja, bagi penggila musik, di plasa inilah sekolah musik Medan Musik berdiri; tepatnya di lantai satu. Maka, tidak berlebihan ketika Deli Plaza kemudian dikembangkann

Di samping bangunan induk, Sinar Plaza pun dibangun pada tahun 1991. Hasilnya, saudara Sinar Plaza ini pun mengikuti jejak Deli Plaza. “Pilihan masyarakat terus ke Sinar, selain harganya yang cukup terjangkau,” ujar Devi, salah satu pegawai operasional Deli Plaza.

Berkembangnya Deli dan Sinar Plaza, membuat pemilik gedung menambah gedung sebagai pusat pembelanjaan lagi. Menara Plaza pun berdiri tepat di samping Sinar Plaza pada tahun 1999. Tetapi, sebagai anak bungsu, perkembangan Menara Plaza tidak terlalu menarik perhatian. Pasalnya, pada tahun tersebut, sudah mulai bermunculan plaza dengan fasilitas yang lebih menarik.

Kemunculan Sinar dan Menara Plaza ternyata tidak mendukung pertumbuhan saudara tertua, Deli Plaza. Dalam jangka waktu 10 tahun, atau tepatnya sejak awal millennium, ‘sang Deli’ pun mulai meredup. Salah satu indikasinya, dapat dilihat dari mulai bertutup atau pindahnya butik-butik yang menjadi ikon Deli Plaza. “Banyak yang tutup butiknya. Padahal, kalau sudah mendengar kata butik, maka yang terlintas di kepala kita adalah Deli Plaza,” ujar Ucok, yang bekerja sebagai salah satu pegawai.

Sebagai salah satu plaza modern yang berdiri pada tahun 1985, perjalanan Deli Plaza cukup menarik. Salah satunya, banyak rumah makan yang terkenal karena buka di arena pusat pembelanjaan ini. Sebut saja, Ayam Kalasan dan Apollo. “Ayam Kalasan di sini sangat dinikmati masyarakat, mungkin di sini juga masyarakat mengenal apa itu Ayam Kalasan,” tambah Ucok.

Menjelang tutup, (kabarnya akan direnovasi), si Deli Plaza yang memiliki 5 lantai ini masih mampu bernafas karena Theatre President yang legendaris. Bioskop ini merupakan bioskop mewah untuk warga Medan, selain tempat duduk yang nyaman, sound system kabarnya merupakan produk impor dan kelas 1 pula. Bahkan, suara yang dikeluarkan dari theater yang hanya memiliki 3 studio ini tetap beroperasi ketika hampir 80 persen gedung Deli Plaza sudah tidak beroperasi lagi. Inilah keunikannya, saat plaza lain menjelang tutup didahului oleh bioskop, Deli Plaza malah ditolong bioskop.

Menurut beberapa kalangan, kemunduran Deli Plaza dan dua saudaranya itu terletak pada konsep yang tak jelas. Saat mulai transaksi mengisi kios, manajemen Deli Plaza menetapkan sistem sewa jangka panjang sekitar 25 tahun. Dengan sistem ini, manajemen tidak dapat mengatur produk apa yang harus dijual dan lainnya. “Awal 2000-an, entah apa saja yang dijual mulai dari pakaian, HP dan sebagainya. Padahal Deli Plaza ini dikenal sebagai plaza fashion,” tambah Ucok.

Mulai saat itu, reduplah ‘sang Deli’ dan saudara-saudaranya. Walaupun kabarnya akan diubah dan berganti nama menjadi Grand Deli City, tetapi kenyataanya peruntuhan bangunan belum bisa dilakukan. “Karena belum ada kesepakatan terkait harga, jadi ditunda. Tapi tidak tahulah apa penyebab sebenarnya,” tambah Ucok. (*)

Pusat Perbelanjaan Era 1980-an di Medan, Apa Kabar? (4)

Dia dikenal sebagai plaza kelas atas. Bagaimana tidak, berdiri sejak 1985, dia adalah gudangnya butik. Ketika warga Medan menyebut kata ‘butik’, yang terbersit di benak langsung namanya. Ya, dia adalah Deli Plaza.

Deli Plaza, yang terletak di Jalan Putri Hijau Medan ini, terkenal dengan fasilitas yang diberikannya. Sebut saja bioskop dengan sound system kelas A, butik-butik mewah yang menjual produk impor, tempat makan yang lengkap, hingga tempat permainan yang menggoda. Bahkan, di plaza inilah mainan ala “roller coaster” tersedia.
Tidak itu saja, bagi penggila musik, di plasa inilah sekolah musik Medan Musik berdiri; tepatnya di lantai satu. Maka, tidak berlebihan ketika Deli Plaza kemudian dikembangkann

Di samping bangunan induk, Sinar Plaza pun dibangun pada tahun 1991. Hasilnya, saudara Sinar Plaza ini pun mengikuti jejak Deli Plaza. “Pilihan masyarakat terus ke Sinar, selain harganya yang cukup terjangkau,” ujar Devi, salah satu pegawai operasional Deli Plaza.

Berkembangnya Deli dan Sinar Plaza, membuat pemilik gedung menambah gedung sebagai pusat pembelanjaan lagi. Menara Plaza pun berdiri tepat di samping Sinar Plaza pada tahun 1999. Tetapi, sebagai anak bungsu, perkembangan Menara Plaza tidak terlalu menarik perhatian. Pasalnya, pada tahun tersebut, sudah mulai bermunculan plaza dengan fasilitas yang lebih menarik.

Kemunculan Sinar dan Menara Plaza ternyata tidak mendukung pertumbuhan saudara tertua, Deli Plaza. Dalam jangka waktu 10 tahun, atau tepatnya sejak awal millennium, ‘sang Deli’ pun mulai meredup. Salah satu indikasinya, dapat dilihat dari mulai bertutup atau pindahnya butik-butik yang menjadi ikon Deli Plaza. “Banyak yang tutup butiknya. Padahal, kalau sudah mendengar kata butik, maka yang terlintas di kepala kita adalah Deli Plaza,” ujar Ucok, yang bekerja sebagai salah satu pegawai.

Sebagai salah satu plaza modern yang berdiri pada tahun 1985, perjalanan Deli Plaza cukup menarik. Salah satunya, banyak rumah makan yang terkenal karena buka di arena pusat pembelanjaan ini. Sebut saja, Ayam Kalasan dan Apollo. “Ayam Kalasan di sini sangat dinikmati masyarakat, mungkin di sini juga masyarakat mengenal apa itu Ayam Kalasan,” tambah Ucok.

Menjelang tutup, (kabarnya akan direnovasi), si Deli Plaza yang memiliki 5 lantai ini masih mampu bernafas karena Theatre President yang legendaris. Bioskop ini merupakan bioskop mewah untuk warga Medan, selain tempat duduk yang nyaman, sound system kabarnya merupakan produk impor dan kelas 1 pula. Bahkan, suara yang dikeluarkan dari theater yang hanya memiliki 3 studio ini tetap beroperasi ketika hampir 80 persen gedung Deli Plaza sudah tidak beroperasi lagi. Inilah keunikannya, saat plaza lain menjelang tutup didahului oleh bioskop, Deli Plaza malah ditolong bioskop.

Menurut beberapa kalangan, kemunduran Deli Plaza dan dua saudaranya itu terletak pada konsep yang tak jelas. Saat mulai transaksi mengisi kios, manajemen Deli Plaza menetapkan sistem sewa jangka panjang sekitar 25 tahun. Dengan sistem ini, manajemen tidak dapat mengatur produk apa yang harus dijual dan lainnya. “Awal 2000-an, entah apa saja yang dijual mulai dari pakaian, HP dan sebagainya. Padahal Deli Plaza ini dikenal sebagai plaza fashion,” tambah Ucok.

Mulai saat itu, reduplah ‘sang Deli’ dan saudara-saudaranya. Walaupun kabarnya akan diubah dan berganti nama menjadi Grand Deli City, tetapi kenyataanya peruntuhan bangunan belum bisa dilakukan. “Karena belum ada kesepakatan terkait harga, jadi ditunda. Tapi tidak tahulah apa penyebab sebenarnya,” tambah Ucok. (*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/