26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Warga Batubara Ngemis di Kota Lemang

Melihat Razia Gepeng oleh Sat Pol PP Kota Tebingtinggi

Beralasan menata kota sudah mulai rusak dan banyaknya keluhan warga akibat ulah pengemis yang menyesaki kota. Sat Pol PP Kota Tebingtinggi menertibkan gelandangan dan pengemis (Gepeng). Dari razia itu, banyak pengemis berasal dari Kabupaten Batubara.

Sebanyak 17 orang gelandangan dan pengemis (gepeng) diamankan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Tebingtinggi dari beberapa ruas jalan di inti kota. Kehadiran Gepeng itu menggangu keindahan dan ketertiban serta membuat kemacaten lalu-lintas di kota yang terkenal dengan lemangnya.
Demikian disampaikan Kepala Sat Pol PP Kota Tebingtinggi, M Guntur Harahap, Kamis (5/4) petang. Menurut dia, kehadiran Gepeng di sejumlah ruas jalan di inti Kota Tebingtinggi sangat mengganggu, bahkan membuat kemacetan.

“Gepeng ini kerap sekali duduk di lampu merah (traffic light, Red) akibatnya jalanan sering macet dan banyak warga yang mengeluhkannya, jadi kami menertibkan Gepeng untuk dilakukan pembinaan,” ujarnya.

Menurut dia, gepeng yang jumlahnya semakin banyak itu akan diserahkan ke Dinas Sosial Tebingtinggi untuk dilakukan pembinaan, kemudian jika masih memiliki rumah atau punya keluarga, maka akan dikembalikan ke keluarganya masing-masing. “Ternyata setelah kami data banyak Gepeng berasal dari Batubara,” sebutnya.

Seorang Gepeng yang diamankan Sat Pol PP, Wahyu (11) warga Batubara mengaku sudah seminggu menjalani profesi sebagai Gepeng.
Dalam menjalankan rutinitasnya, pria yang tergolong anak-anak itu memegang kotak amal sumbangan mesjid. Setiap harinya ia diberi upah Rp20 ribu.
“Setiap sore saya menyetor ke Wak Ayu, kemudian kami menerima upah Rp20 ribu. Saya diantar sampai depan Stasiun Kereta Api di Jalan Imam Bonjol Kota Tebingtinggi,” katanya.

Lebih lanjut, teman Wahyu, Anto menyampaikan, ada kabar dari teman-teman, yang mengatakan mencari uang dengan cara meminta-minta berkedok memakai sumbangan kotak amal sangat mudah.

“Mamak yang bilang, anak-anak yang megang kotak amal dikordinir dari pergi hingga pulang kekampung,” katanya yang juga warga Batubara.
Sementara itu Gepeng lainnya, Bu Ijah (64) yang juga warga Batubara menangis saat dinaikan ke mobil petugas. Bahkan, sempat meronta-ronta saat ditangkap Sat Pol PP.

“Saya diajak untuk mengemis, jadi saya ikut saja. Setelah kita dijalani mengemis beberapa bulan, pendapatannya lumayan. Satu hari bisa Rp120 ribu,” cetus wanita yang mengaku janda itu.
Dia menambahkan, dirinya terpaksa mengemis karena tidak memiliki sumber penghasilan dari mana pun. Hal itulah yang membuatnya harus rela menjadi pengemis. (mag-3)

Melihat Razia Gepeng oleh Sat Pol PP Kota Tebingtinggi

Beralasan menata kota sudah mulai rusak dan banyaknya keluhan warga akibat ulah pengemis yang menyesaki kota. Sat Pol PP Kota Tebingtinggi menertibkan gelandangan dan pengemis (Gepeng). Dari razia itu, banyak pengemis berasal dari Kabupaten Batubara.

Sebanyak 17 orang gelandangan dan pengemis (gepeng) diamankan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Tebingtinggi dari beberapa ruas jalan di inti kota. Kehadiran Gepeng itu menggangu keindahan dan ketertiban serta membuat kemacaten lalu-lintas di kota yang terkenal dengan lemangnya.
Demikian disampaikan Kepala Sat Pol PP Kota Tebingtinggi, M Guntur Harahap, Kamis (5/4) petang. Menurut dia, kehadiran Gepeng di sejumlah ruas jalan di inti Kota Tebingtinggi sangat mengganggu, bahkan membuat kemacetan.

“Gepeng ini kerap sekali duduk di lampu merah (traffic light, Red) akibatnya jalanan sering macet dan banyak warga yang mengeluhkannya, jadi kami menertibkan Gepeng untuk dilakukan pembinaan,” ujarnya.

Menurut dia, gepeng yang jumlahnya semakin banyak itu akan diserahkan ke Dinas Sosial Tebingtinggi untuk dilakukan pembinaan, kemudian jika masih memiliki rumah atau punya keluarga, maka akan dikembalikan ke keluarganya masing-masing. “Ternyata setelah kami data banyak Gepeng berasal dari Batubara,” sebutnya.

Seorang Gepeng yang diamankan Sat Pol PP, Wahyu (11) warga Batubara mengaku sudah seminggu menjalani profesi sebagai Gepeng.
Dalam menjalankan rutinitasnya, pria yang tergolong anak-anak itu memegang kotak amal sumbangan mesjid. Setiap harinya ia diberi upah Rp20 ribu.
“Setiap sore saya menyetor ke Wak Ayu, kemudian kami menerima upah Rp20 ribu. Saya diantar sampai depan Stasiun Kereta Api di Jalan Imam Bonjol Kota Tebingtinggi,” katanya.

Lebih lanjut, teman Wahyu, Anto menyampaikan, ada kabar dari teman-teman, yang mengatakan mencari uang dengan cara meminta-minta berkedok memakai sumbangan kotak amal sangat mudah.

“Mamak yang bilang, anak-anak yang megang kotak amal dikordinir dari pergi hingga pulang kekampung,” katanya yang juga warga Batubara.
Sementara itu Gepeng lainnya, Bu Ijah (64) yang juga warga Batubara menangis saat dinaikan ke mobil petugas. Bahkan, sempat meronta-ronta saat ditangkap Sat Pol PP.

“Saya diajak untuk mengemis, jadi saya ikut saja. Setelah kita dijalani mengemis beberapa bulan, pendapatannya lumayan. Satu hari bisa Rp120 ribu,” cetus wanita yang mengaku janda itu.
Dia menambahkan, dirinya terpaksa mengemis karena tidak memiliki sumber penghasilan dari mana pun. Hal itulah yang membuatnya harus rela menjadi pengemis. (mag-3)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/