26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Monkey Pox Meningkat Pesat di Indonesia, Penderitanya Lelaki Suka Lelaki

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Hingga Rabu (25/10), Kementterian Kesehatan telah mendapatkan data 14 kasus monkey pox di Indonesia. Kasus ini mulai merebak pada tahun lalu. Secara global, dilaporkan jumlah kasusnya 9.123 kasus di 115 negara.

Kemarin (26/10), Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Maxi Rondonuwu menyatakan, kasus monkey pox pertama di Indonesia ditemukan pada tahun lalu. Hanya satu kasus. Namun tahun ini berlipat. Di Indonesia 14 kasus konfirmasi dan dua probable,” katanya.

Selain itu ada sembilan orang dinyatakan suspek. Lalu ada 17 orang sudah diperiksa dan hasilnya negatif. Dari dua kasus probable, salah satunya tidak mau untuk diambil sampelnya. Menurut Maxi ini karena gejala monkey pox pada orang tersebut terjadi pada Agustus lalu dan sudah sembuh. “Memang ada riwayat keluar negeri tapi yang terjadi sekarang di Indonesia sudah transmisi lokal,” katanya.

“Usia paling banyak atau 64 persen berada pada kisaran 25 sampai 29 tahun,” katanya. Seluruh kasus merupakan laki-laki dan diketahui belum pernah melakukan vaksin cacar pada saat kanak-kanak. Maxi menyatakan bahwa penularan terbanyak karena kontak seksual. 12 orang dari 14 pasien diketahui sebagai lelaki suka lelaki (LSL). Lalu satu orang lainnya biseksual dan satu lagi heteroseksual.

Mengetahui fakta ini, Kemenkes lalu menggandeng komunitas yang berkecimpung pada kelompok LGBT. Menurut Maxi dengan menggandeng komunitas tersebut akan lebih mudah untuk sosialisasi, deteksi, hingga vaksinasi. “Kami siapkan 1000 dosis vaksin dengan sasaran 477 orang,” katanya.

Vaksinasi baru dilaksanakan di Jakarta. Syaratnya adalah kelompok LSL dan pernah melakukan kontak dengan penderita setidaknya dalam dua minggu terakhir. Vaksinasi sudah dimulai pada 23 Oktober.

Ketika ditanya apakah ada potensi kasus akan meledak, Maxi menyatakan sudah berdiskusi dengan epidemiologi. Dari prediksi pakar, ada potensi kejadian 3600 kasus dalam setahun. Kemenkes juga tengah memastikan virus monkey pox apa yang ada di Indonesia dengan melakukan whole genome sequencing (WGS).

Wakil Ketua Persatuan Dokter Kulit Seluruh Indonesia (Perdoski) dr Prasetyadi Mawardi SpKK menekankan bahwa penyakit ini tidak mudah menular. Tidak seperti cacar air atau chicken pox. “Penyakit ini disebabkan oleh virus jadi bisa sembuh dengan sendirinya jika kondisi tubuh bagus,” ucapnya.

Pada kesempatan yang sama Staf Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi KSM Ilmu penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UI dr Robert Sinto SpPD mengungkapkan bahwa pengobatan pasien monkey pox di Indonesia sejauh ini tidak menggunakan obat antivirus. Tidak semua pasien harus menggunakan antivirus, terutama pada gejala ringan. “Hanya kasus berat. Contohnya yang lesisnya banyak atau lebih dari 100 dan berada di daerah yang berbahaya seperti mata atau tenggorokan,” ucapnya.

Orang yang sudah divaksin, menurut Sinto, akan mengurangi potensi keparahan monkey pox. Contohnya luas dan banyaknya lesi tidak sebanyak yang belum divaksin. “Vaksin efektif untuk yang belum kontak maupun telah kontak dengan pasien positif monkeypox,” ujarnya. (lyn/jpg)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Hingga Rabu (25/10), Kementterian Kesehatan telah mendapatkan data 14 kasus monkey pox di Indonesia. Kasus ini mulai merebak pada tahun lalu. Secara global, dilaporkan jumlah kasusnya 9.123 kasus di 115 negara.

Kemarin (26/10), Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Maxi Rondonuwu menyatakan, kasus monkey pox pertama di Indonesia ditemukan pada tahun lalu. Hanya satu kasus. Namun tahun ini berlipat. Di Indonesia 14 kasus konfirmasi dan dua probable,” katanya.

Selain itu ada sembilan orang dinyatakan suspek. Lalu ada 17 orang sudah diperiksa dan hasilnya negatif. Dari dua kasus probable, salah satunya tidak mau untuk diambil sampelnya. Menurut Maxi ini karena gejala monkey pox pada orang tersebut terjadi pada Agustus lalu dan sudah sembuh. “Memang ada riwayat keluar negeri tapi yang terjadi sekarang di Indonesia sudah transmisi lokal,” katanya.

“Usia paling banyak atau 64 persen berada pada kisaran 25 sampai 29 tahun,” katanya. Seluruh kasus merupakan laki-laki dan diketahui belum pernah melakukan vaksin cacar pada saat kanak-kanak. Maxi menyatakan bahwa penularan terbanyak karena kontak seksual. 12 orang dari 14 pasien diketahui sebagai lelaki suka lelaki (LSL). Lalu satu orang lainnya biseksual dan satu lagi heteroseksual.

Mengetahui fakta ini, Kemenkes lalu menggandeng komunitas yang berkecimpung pada kelompok LGBT. Menurut Maxi dengan menggandeng komunitas tersebut akan lebih mudah untuk sosialisasi, deteksi, hingga vaksinasi. “Kami siapkan 1000 dosis vaksin dengan sasaran 477 orang,” katanya.

Vaksinasi baru dilaksanakan di Jakarta. Syaratnya adalah kelompok LSL dan pernah melakukan kontak dengan penderita setidaknya dalam dua minggu terakhir. Vaksinasi sudah dimulai pada 23 Oktober.

Ketika ditanya apakah ada potensi kasus akan meledak, Maxi menyatakan sudah berdiskusi dengan epidemiologi. Dari prediksi pakar, ada potensi kejadian 3600 kasus dalam setahun. Kemenkes juga tengah memastikan virus monkey pox apa yang ada di Indonesia dengan melakukan whole genome sequencing (WGS).

Wakil Ketua Persatuan Dokter Kulit Seluruh Indonesia (Perdoski) dr Prasetyadi Mawardi SpKK menekankan bahwa penyakit ini tidak mudah menular. Tidak seperti cacar air atau chicken pox. “Penyakit ini disebabkan oleh virus jadi bisa sembuh dengan sendirinya jika kondisi tubuh bagus,” ucapnya.

Pada kesempatan yang sama Staf Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi KSM Ilmu penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UI dr Robert Sinto SpPD mengungkapkan bahwa pengobatan pasien monkey pox di Indonesia sejauh ini tidak menggunakan obat antivirus. Tidak semua pasien harus menggunakan antivirus, terutama pada gejala ringan. “Hanya kasus berat. Contohnya yang lesisnya banyak atau lebih dari 100 dan berada di daerah yang berbahaya seperti mata atau tenggorokan,” ucapnya.

Orang yang sudah divaksin, menurut Sinto, akan mengurangi potensi keparahan monkey pox. Contohnya luas dan banyaknya lesi tidak sebanyak yang belum divaksin. “Vaksin efektif untuk yang belum kontak maupun telah kontak dengan pasien positif monkeypox,” ujarnya. (lyn/jpg)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/