30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Total Korban Meninggal Dunia Pasca Erupsi Gunung Marapi Sebanyak 23 Orang

Temukan Satu Pendaki Terakhir

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Tim SAR Gabungan telah menemukan seluruh pendaki yang terjebak pasca erupsi Gunung Marapi. Satu pendaki terakhir ditemukan dalam keadaan meninggal dunia kemarin sore (6/12). Dengan tambahan itu jumlah total pendaki yang menjadi korban meninggal dunia sebanyak 23 orang. Sementara 52 pendaki lainnya selamat.

Keterangan tersebut disampaikan oleh Kepala Kantor SAR Padang Abdul Malik. Dia menjelaskan bahwa jumlah total pendaki yang terjebak erupsi Gunung Marapi sebanyak 75 orang. Angka tersebut berdasar data yang tercatat. Dari 52 pendaki yang berhasil dievakuasi dalam keadaan selamat, belasan mengalami luka bakar. “Sebelas orang dengan kondisi luka bakar,” ungkap dia.

Malik tidak menampik ada kemungkinan pendaki yang terjebak saat erupsi Gunung Marapi namun belum terdata. “Untuk kemungkinan-kemungkinan mungkin bisa itu terjadi. Tapi, kami masih berpatokan data dari BKSDA,” imbuhnya. Sampai kemarin sore, 22 korban meninggal dunia sudah berhasil dievakuasi dan dibawa ke rumah sakit.

Kini Tim SAR Gabungan tengah mengupayakan evakuasi satu korban terakhir. “Saat ini masih dalam proses evakuasi,” ujar Malik. Dia menyampaikan bahwa Tim SAR Gabungan yang melakukan operasi SAR di Gunung Marapi terus bekerja meski ada beberapa kendala. Diantaranya jarak pandang yang sangat minim. “Dua hari ini di puncak jarak pandang hanya satu meter,” ujarnya.

Terpisah, Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Kabid Dokkes) Polda Sumbar Kombes Pol Lisda Cancer menuturkan, saat ini tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Sumbar telah berhasil mengidentifikasi seluruh jenazah korban berjumlah 22 orang. “Semua berhasil diidentifikasi,” ujarnya.

22 korban yang teridentifikasi tersebut yakni, M Adan, Teguh Amanda, Nazatra Adzin, Al Fikri, Nurva Afitra, Irfandi Putra, Wilki Syahputra, Aditya Prasetyo, Afandra Junaidi, Yasirli Amri,  Divo Suhendra, Filhan Alfigh, Wahlul Ade, Riski Rahmat, Reyhani Zahra, Muhammad Iqbal, Lenggo Baren, Zikri Habibi, Novita Intan Sari, Liarni, Ilham Nanda Bintang, dan Frengki Candra Kusuma.”hampir semua jenazah proses dikembalikan ke keluarga,” paparnya.

Bagian lain, Kabid Humas Polda Sumbar Kombes Pol Dwi Sulistyawan mengatakan bahwa korban terakhir yang ditemukan sampai ke rumah sakit Rabu pagi (6/12). Dengan begitu seluruh korban berjumlah 75 ditemukan seluruhnya. 22 orang korban diantaranya meninggal dunia. “Tapi kami masih melakukan penyisiran,” jelasnya.

Menurutnya, kendati seluruh pendaki sudah lengkap ditemukan. Namun, tetap dilakukan penyisiran untuk mengantisipasi adanya pendaki yang tidak mendaftar. “Yang mendaftar online itu 75 orang, dikhawatirkan ada yang tidak mendaftar,” ujarnya.

Apalagi, Selasa malam itu laporan ke posko di rumah sakit ada 30 orang yang belum diketahui keberadaannya oleh keluarga. Hal itulah yang memperkuat langkah untuk terus melakukan penyisiran. “ kami membantu penyisiran terus,” paparnya.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut aktivitas vulkanik Gunung Marapi masih terus terjadi.

Kepala PVMBG Hendra Gunawan menjelaskan, Gunung Marapi (2.891 mdpl) masih berstatus Level II atau Waspada. Berdasarkan pengamatan hingga Rabu pagi (6/12), teramati asap kawah bertekanan lemah hingga sedang teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal dan tinggi 400 m di atas puncak kawah. ’’Asap condong ke arah barat daya dan barat laut,’’ ujarnya, kemarin (6/12).

Hendra melanjutkan, data kegempaan tidak menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik yang signifikan terjadi di gunung yang berlokasi di Sumatera Barat itu. Jumlah letusan tercatat 6 kali dengan amplitudo 3.9-33.6 mm dan durasi 30-49 detik.

Selain itu, Gempa Hembusan sebanyak 18 kali dengan amplitudo 1.5 hingga 11.6 mm dengan lama gempa 25-60 detik. ’’Pengamatan visual, kolom erupsi tidak teramati dengan baik karena tertutup kabut,’’ jelas dia.

Hendra meningatkan masyarakat bahwa saat ini status Gunung Marapi masih berada pada level II (Waspada). Dengan status itu maka masyarakat di sekitar Gunung Marapi dan pengunjung/wisatawan tidak diperbolehkan mendaki Gunungapi Marapi pada radius 3 Km dari kawah/puncak.

“PVMBG akan terus melakukan pemantauan dan monitoring aktivitas ketiga gunungapi tersebut dan jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali,” jelasnya.

Tak hanya Gunung Marapi saja yang saat ini berstatus Level II (Waspada). Gunung Marapi yang ada di Jateng-DIY pun serupa. “Aktivitas vulkanik Gunung Merapi (2968 mdpl) secara visual teramati 15 kali guguran lava ke arah Barat daya (Kali Bebeng) dengan jarak luncur maksimum 1.600 meter serta 4 kali guguran lava ke arah Selatan (Kali Boyong) dengan jarak luncur maksimum 1000 meter,” jelasnya.

Dengan kondisi itu, potensi bahaya yang timbul saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km. Sementara, pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak. “Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya tersebut dan mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi,’’ tuturnya. (idr/syn/dee/jpg)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Tim SAR Gabungan telah menemukan seluruh pendaki yang terjebak pasca erupsi Gunung Marapi. Satu pendaki terakhir ditemukan dalam keadaan meninggal dunia kemarin sore (6/12). Dengan tambahan itu jumlah total pendaki yang menjadi korban meninggal dunia sebanyak 23 orang. Sementara 52 pendaki lainnya selamat.

Keterangan tersebut disampaikan oleh Kepala Kantor SAR Padang Abdul Malik. Dia menjelaskan bahwa jumlah total pendaki yang terjebak erupsi Gunung Marapi sebanyak 75 orang. Angka tersebut berdasar data yang tercatat. Dari 52 pendaki yang berhasil dievakuasi dalam keadaan selamat, belasan mengalami luka bakar. “Sebelas orang dengan kondisi luka bakar,” ungkap dia.

Malik tidak menampik ada kemungkinan pendaki yang terjebak saat erupsi Gunung Marapi namun belum terdata. “Untuk kemungkinan-kemungkinan mungkin bisa itu terjadi. Tapi, kami masih berpatokan data dari BKSDA,” imbuhnya. Sampai kemarin sore, 22 korban meninggal dunia sudah berhasil dievakuasi dan dibawa ke rumah sakit.

Kini Tim SAR Gabungan tengah mengupayakan evakuasi satu korban terakhir. “Saat ini masih dalam proses evakuasi,” ujar Malik. Dia menyampaikan bahwa Tim SAR Gabungan yang melakukan operasi SAR di Gunung Marapi terus bekerja meski ada beberapa kendala. Diantaranya jarak pandang yang sangat minim. “Dua hari ini di puncak jarak pandang hanya satu meter,” ujarnya.

Terpisah, Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Kabid Dokkes) Polda Sumbar Kombes Pol Lisda Cancer menuturkan, saat ini tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Sumbar telah berhasil mengidentifikasi seluruh jenazah korban berjumlah 22 orang. “Semua berhasil diidentifikasi,” ujarnya.

22 korban yang teridentifikasi tersebut yakni, M Adan, Teguh Amanda, Nazatra Adzin, Al Fikri, Nurva Afitra, Irfandi Putra, Wilki Syahputra, Aditya Prasetyo, Afandra Junaidi, Yasirli Amri,  Divo Suhendra, Filhan Alfigh, Wahlul Ade, Riski Rahmat, Reyhani Zahra, Muhammad Iqbal, Lenggo Baren, Zikri Habibi, Novita Intan Sari, Liarni, Ilham Nanda Bintang, dan Frengki Candra Kusuma.”hampir semua jenazah proses dikembalikan ke keluarga,” paparnya.

Bagian lain, Kabid Humas Polda Sumbar Kombes Pol Dwi Sulistyawan mengatakan bahwa korban terakhir yang ditemukan sampai ke rumah sakit Rabu pagi (6/12). Dengan begitu seluruh korban berjumlah 75 ditemukan seluruhnya. 22 orang korban diantaranya meninggal dunia. “Tapi kami masih melakukan penyisiran,” jelasnya.

Menurutnya, kendati seluruh pendaki sudah lengkap ditemukan. Namun, tetap dilakukan penyisiran untuk mengantisipasi adanya pendaki yang tidak mendaftar. “Yang mendaftar online itu 75 orang, dikhawatirkan ada yang tidak mendaftar,” ujarnya.

Apalagi, Selasa malam itu laporan ke posko di rumah sakit ada 30 orang yang belum diketahui keberadaannya oleh keluarga. Hal itulah yang memperkuat langkah untuk terus melakukan penyisiran. “ kami membantu penyisiran terus,” paparnya.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut aktivitas vulkanik Gunung Marapi masih terus terjadi.

Kepala PVMBG Hendra Gunawan menjelaskan, Gunung Marapi (2.891 mdpl) masih berstatus Level II atau Waspada. Berdasarkan pengamatan hingga Rabu pagi (6/12), teramati asap kawah bertekanan lemah hingga sedang teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal dan tinggi 400 m di atas puncak kawah. ’’Asap condong ke arah barat daya dan barat laut,’’ ujarnya, kemarin (6/12).

Hendra melanjutkan, data kegempaan tidak menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik yang signifikan terjadi di gunung yang berlokasi di Sumatera Barat itu. Jumlah letusan tercatat 6 kali dengan amplitudo 3.9-33.6 mm dan durasi 30-49 detik.

Selain itu, Gempa Hembusan sebanyak 18 kali dengan amplitudo 1.5 hingga 11.6 mm dengan lama gempa 25-60 detik. ’’Pengamatan visual, kolom erupsi tidak teramati dengan baik karena tertutup kabut,’’ jelas dia.

Hendra meningatkan masyarakat bahwa saat ini status Gunung Marapi masih berada pada level II (Waspada). Dengan status itu maka masyarakat di sekitar Gunung Marapi dan pengunjung/wisatawan tidak diperbolehkan mendaki Gunungapi Marapi pada radius 3 Km dari kawah/puncak.

“PVMBG akan terus melakukan pemantauan dan monitoring aktivitas ketiga gunungapi tersebut dan jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali,” jelasnya.

Tak hanya Gunung Marapi saja yang saat ini berstatus Level II (Waspada). Gunung Marapi yang ada di Jateng-DIY pun serupa. “Aktivitas vulkanik Gunung Merapi (2968 mdpl) secara visual teramati 15 kali guguran lava ke arah Barat daya (Kali Bebeng) dengan jarak luncur maksimum 1.600 meter serta 4 kali guguran lava ke arah Selatan (Kali Boyong) dengan jarak luncur maksimum 1000 meter,” jelasnya.

Dengan kondisi itu, potensi bahaya yang timbul saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km. Sementara, pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak. “Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya tersebut dan mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi,’’ tuturnya. (idr/syn/dee/jpg)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/