JAKARTA- Inalillahi wainnailaihi rojiun. Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Widjajono Partowidagdo meninggal dunia saat mendaki Gunung Tambora, di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (21/4) pagi waktu Indonesia tengah.
Humas Pemda NTB Lalu Faozal, mengatakan informasi sementara yang diperoleh dari para pendaki pendamping yang menemani Wamen, menduga pria yang akrab disapa Pak Wid tersebut mengalami serangan jantung.
“Yang jelas kejadian itu sampai pada informasi beliau mendapat serangan jantung sekitar pukul sepuluh wita,’’ ujarnya, Sabtu (21/4).
Ditambahkan Faozal, jenazah tengah dalam proses evakuasi di pos dua Tambora, menuju areal yang memungkinkan pendaratan Helikopter.
Pasalnya heli yang dikirimkan sejak pagi untuk melakukan evakuasi ke pos tiga tidak mampu mendarat karena kondisi cuaca dan kontur gunung yang tidak memungkinkan pendaratan. Alhasil dari pos tiga jenazah dievakuasi ke pos tiga dengan cara ditandu.
Dari Tambora, jenazah rencana akan langsung dibawa ke Bali dan dilanjutkan ke Jakarta.
Dahlan: Almarhum Sering Cerita Pendakian
Meninggalnya Wakil Menteri ESDM Wijajono Partowidagdo yang cukup mendadak, membuat Menteri BUMN Dahlan Iskan terkejut. Baginya sosok guru besar ITB itu punya kharisma tersendiri. Dia pun menceritakan pertemuan terakhir dengan wamen berambut gondrong tersebut.
“Terakhir saya bertemu beliau Kamis siang lalu di istana, beliau masih seperti biasa saja. Hari itu ada sidang kabinet terbatas membahas pelaksanaan APBN-P yang dipimpin Presiden SBY. Beliau mewakili menteri ESDM yang berhalangan hadir,” tutur Dahlan di Jakarta.
Sebelum sidang almarhum Wid terlihat menjelaskan sesuatu kepada Wapres. Kemudian mendatangi Dahlan dan menjelaskan hal yang sama.
“Rupanya almarhum minta dukungan untuk idenya mengenai BBM. Menurut almarhum, BBM yang diimpor sekarang ini sudah bukan premium lagi sehingga sebenarnya wajar harganya sedikit lebih tinggi,” tuturnya.
Yang diimpor sekarang ini, kata Dahlan menirukan statemen Wamen ESDM, sudah lebih tinggi mutunya dibanding premium yang lalu. Ini karena premium model lama sudah tidak diproduksi lagi.
“Belum sampai penjelasan selesai, Presiden SBY masuk ruang sidang. Pembicaraan terputus. Waktu sidang diskors untuk makan siang, saya tidak satu meja makan dengan beliau sehingga tidak ada kontak lagi,” ucapnya.
Menurut Dahlan, almarhum Wid memang sering cerita mengenai pendakian ke berbagai gunung yang menjadi hobinya. Almarhum termasuk orang yang memegang prinsip dengan kuatnya. Yang menjadi haknya akan dia tuntut sampai berhasil. Tapi kalau bukan haknya almarhum tidak akan mau menerima.
Soal mobil dinas, misalnya, almarhum menuntut karena haknya. Tapi dia menolak menerima honor tertentu karena merasa bukan haknya. “Demikian juga beliau kelihatan jengkel kalau ada orang sok tahu mengenai perminyakan padahal tidak pernah mendalami soal minyak,” ujarnya.
Lebih lanjut dikatakannya, sebagai guru besar perminyakan, penulis buku-buku tentang minyak dan sebagai ahli yang selalu dipercaya perusahaan-perusahaan minyak kelas dunia, almarhum merasa ilmunya dilecehkan oleh orang-orang yang seperti tiba-tiba saja ahli minyak di layar TV.(sul/esy/jpnn)