GENOA- Performa Genoa musim ini memang jeblok. Mereka terjebak di papan bawah klasemen sementara Serie A Liga Italia dan hanya terpisah satu setrip dari zona degradasi. Namun, itu bukan alasan para tifosi mengamuk dan membuat pertandingan terhenti.
“Apapun alasannya, perilaku kekerasan tidak bisa diterima,” kecam Presiden FIGC (asosiasi sepak bola Italia) Giancarlo Abete, seperti dikutip Football Italia.
Tifosi Genoa mengamuk ketika mereka menjamu Siena di Luigi Ferraris, Minggu (22/4). Mereka melemparkan kembang api serta berbagai benda ke lapangan ketika tim kesayangnnya tertinggal empat gol tanpa balas dari tamunya.
Situasi semakin kacau ketika para tifosi ultras yang menghuni curva nord, berupaya naik ke pagar pembatas dan hendak memasuki lapangan. Mereka menuntut para pemain supaya melepas kostumnya karena dianggap tidak pantas mewakili Genoa.
Terpaksa wasit Paolo Tagliavento menghentikan pertandingan pada menit ke-53. Para pemain Genoa akhirnya satu-persatu melepas kostumnya dan dievakuasi ke area yang lebih aman. Tetapi, beberapa pemain tertentu memutuskan mendekati para penonton. Marco Rossi, Giuseppe Sculli, dan Sebastien Frey merupakan segelintir pemain yang memberanikan diri bernegosiasi dengan pemain dan para pimpinan ultras. Akhirnya, setelah 40 menit terhenti, pertandingan kembali digelar dan diakhiri dengan kekalahan Genoa 1-4.
“Para fans harus mengerti kalau tindakan mereka itu berdampak kepada performa tim. Bila kami tidak menyelesaikan pertandingan, maka kami bisa dipotong poin, dan sangat berbahaya,” bilang Enrico Preziosi, presiden Genoa. (ham/jpnn)