27 C
Medan
Wednesday, August 21, 2024

Dosen Teknik Kimia USU Berdayakan Masyarakat Desa Kelambir Melalui Budidaya Jamur Merang

DELISERDANG, SUMUTPOS.CO – Sebuah inisiatif pemberdayaan masyarakat yang inovatif, baru saja diluncurkan di Desa Binaan Universitas Sumatera Utara (USU), Desa Kelambir, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara. Program yang melibatkan dosen USU ini, merupakan hasil dari penelitian mendalam tentang potensi ekonomi lokal dan pengelolaan limbah industri kelapa.

Ketua Tim Desa Binaan Prof. Dr. Ir. Rosdanelli Hasibuan dengan koordinator kegiatan Budidaya Jamur Merang menggunakan limbah kelapa merupakan dosen dari Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara (USU), Ir. Rivaldi Sidabutar, S.T., M.T dengan anggota Dr. Ir. Bambang Trisakti, M.Si dan Farida Hanum, S.T., M.T.

Jamur merang dikenal dengan nilai gizi tinggi dan harga jual yang kompetitif, dipilih sebagai komoditas utama dalam program ini. Sementara itu, penggunaan limbah sabut kelapa sebagai media tanam, tidak hanya mengatasi masalah penumpukan limbah di daerah tersebut, tetapi juga menawarkan solusi berkelanjutan untuk industri pertanian skala kecil. “Kami telah melakukan studi selama beberapa bulan sebelum memulai program ini,” kata Ir. Rivaldi Sidabutar, S.T., M.T.

Menurut Rivaldi Sidabutar, Desa Kelambir ini memiliki potensi besar dalam produksi kelapa, namun limbah sabutnya sering kali terbuang percuma. “Dengan menggunakan limbah ini sebagai media tanam jamur merang, kami menciptakan siklus produksi yang lebih efisien dan ramah lingkungan,” ungkapnya

Dalam pelaksanaan program, tim dosen tidak hanya memberikan peralatan, tetapi juga melakukan pelatihan intensif kepada warga desa. Mereka mengajarkan teknik budidaya jamur merang dari awal hingga akhir, termasuk persiapan media tanam, penanaman bibit, perawatan, hingga pemanenan dan pengolahan pasca panen.

Instalasi peralatan budidaya jamur merang dilakukan dalam sebuah kumbung atau rumah jamur yang dibangun khusus untuk program ini. Kumbung tersebut dirancang untuk mengoptimalkan pertumbuhan jamur merang dengan memperhatikan faktor suhu, kelembaban, dan sirkulasi udara.

Kepala Desa Kelambir, Sahrial SE, menerima secara resmi peralatan budidaya dari tim desa binaan USU. “Ini adalah langkah besar bagi desa kami,” ujarnya.

“Kami berharap, program ini tidak hanya meningkatkan ekonomi warga, tetapi juga membuka wawasan kami tentang pentingnya inovasi dalam pertanian dan pengelolaan limbah,” imbuhnya.

Aminah, seorang warga desa yang ikut serta pada penyerahan alat budidaya jamur merang itu, mengungkapkan antusiasnya. “Saya tidak pernah menyangka limbah sabut kelapa bisa dimanfaatkan seperti ini. Ini membuka peluang baru bagi kami para ibu rumah tangga untuk memiliki penghasilan tambahan,” katanya.

Program ini juga mendapat perhatian dari semua pihak terutama pemerintah daerah Kabupaten Deliserdang yang menyatakan dukungannya dan berharap inisiatif serupa dapat diterapkan di desa-desa lain di kabupaten tersebut.

Selain aspek ekonomi, program ini juga memiliki dampak positif terhadap lingkungan. Penggunaan limbah sabut kelapa sebagai media tanam mengurangi penumpukan limbah organik dan potensi pencemaran lingkungan. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam mendorong praktik pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Tim desa binaan USU berencana untuk terus memantau perkembangan program ini dan memberikan bimbingan lanjutan kepada warga desa. Mereka juga berharap hasil dari program ini dapat dipublikasikan sebagai studi kasus keberhasilan kolaborasi antara perguruan tinggi dan masyarakat dalam pembangunan ekonomi pedesaan.

Dengan adanya program inovatif ini, Desa Kelambir diharapkan dapat menjadi contoh sukses pemberdayaan masyarakat berbasis potensi lokal dan pengelolaan limbah yang efektif. Keberhasilan program ini dapat menjadi batu loncatan bagi pengembangan ekonomi kreatif di daerah pedesaan lainnya di Sumatera Utara dan bahkan di seluruh Indonesia. (rel/adz)

DELISERDANG, SUMUTPOS.CO – Sebuah inisiatif pemberdayaan masyarakat yang inovatif, baru saja diluncurkan di Desa Binaan Universitas Sumatera Utara (USU), Desa Kelambir, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara. Program yang melibatkan dosen USU ini, merupakan hasil dari penelitian mendalam tentang potensi ekonomi lokal dan pengelolaan limbah industri kelapa.

Ketua Tim Desa Binaan Prof. Dr. Ir. Rosdanelli Hasibuan dengan koordinator kegiatan Budidaya Jamur Merang menggunakan limbah kelapa merupakan dosen dari Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara (USU), Ir. Rivaldi Sidabutar, S.T., M.T dengan anggota Dr. Ir. Bambang Trisakti, M.Si dan Farida Hanum, S.T., M.T.

Jamur merang dikenal dengan nilai gizi tinggi dan harga jual yang kompetitif, dipilih sebagai komoditas utama dalam program ini. Sementara itu, penggunaan limbah sabut kelapa sebagai media tanam, tidak hanya mengatasi masalah penumpukan limbah di daerah tersebut, tetapi juga menawarkan solusi berkelanjutan untuk industri pertanian skala kecil. “Kami telah melakukan studi selama beberapa bulan sebelum memulai program ini,” kata Ir. Rivaldi Sidabutar, S.T., M.T.

Menurut Rivaldi Sidabutar, Desa Kelambir ini memiliki potensi besar dalam produksi kelapa, namun limbah sabutnya sering kali terbuang percuma. “Dengan menggunakan limbah ini sebagai media tanam jamur merang, kami menciptakan siklus produksi yang lebih efisien dan ramah lingkungan,” ungkapnya

Dalam pelaksanaan program, tim dosen tidak hanya memberikan peralatan, tetapi juga melakukan pelatihan intensif kepada warga desa. Mereka mengajarkan teknik budidaya jamur merang dari awal hingga akhir, termasuk persiapan media tanam, penanaman bibit, perawatan, hingga pemanenan dan pengolahan pasca panen.

Instalasi peralatan budidaya jamur merang dilakukan dalam sebuah kumbung atau rumah jamur yang dibangun khusus untuk program ini. Kumbung tersebut dirancang untuk mengoptimalkan pertumbuhan jamur merang dengan memperhatikan faktor suhu, kelembaban, dan sirkulasi udara.

Kepala Desa Kelambir, Sahrial SE, menerima secara resmi peralatan budidaya dari tim desa binaan USU. “Ini adalah langkah besar bagi desa kami,” ujarnya.

“Kami berharap, program ini tidak hanya meningkatkan ekonomi warga, tetapi juga membuka wawasan kami tentang pentingnya inovasi dalam pertanian dan pengelolaan limbah,” imbuhnya.

Aminah, seorang warga desa yang ikut serta pada penyerahan alat budidaya jamur merang itu, mengungkapkan antusiasnya. “Saya tidak pernah menyangka limbah sabut kelapa bisa dimanfaatkan seperti ini. Ini membuka peluang baru bagi kami para ibu rumah tangga untuk memiliki penghasilan tambahan,” katanya.

Program ini juga mendapat perhatian dari semua pihak terutama pemerintah daerah Kabupaten Deliserdang yang menyatakan dukungannya dan berharap inisiatif serupa dapat diterapkan di desa-desa lain di kabupaten tersebut.

Selain aspek ekonomi, program ini juga memiliki dampak positif terhadap lingkungan. Penggunaan limbah sabut kelapa sebagai media tanam mengurangi penumpukan limbah organik dan potensi pencemaran lingkungan. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam mendorong praktik pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Tim desa binaan USU berencana untuk terus memantau perkembangan program ini dan memberikan bimbingan lanjutan kepada warga desa. Mereka juga berharap hasil dari program ini dapat dipublikasikan sebagai studi kasus keberhasilan kolaborasi antara perguruan tinggi dan masyarakat dalam pembangunan ekonomi pedesaan.

Dengan adanya program inovatif ini, Desa Kelambir diharapkan dapat menjadi contoh sukses pemberdayaan masyarakat berbasis potensi lokal dan pengelolaan limbah yang efektif. Keberhasilan program ini dapat menjadi batu loncatan bagi pengembangan ekonomi kreatif di daerah pedesaan lainnya di Sumatera Utara dan bahkan di seluruh Indonesia. (rel/adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/