Saat ditangkap, Baku Tembak dengan Polisi Pakistan
JAKARTA-Mabes Polri dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme memberangkatkan tim advance ke Islamabad, Pakistan untuk melihat langsung gembong teroris Umar Patek. Perakit firing device Bom Bali 1 (2002) itu ditangkap Pakistan State Intelligence Service (SIS) dan ditahan di sebuah tempat yang dirahasiakan di Pakistann
“Tim yang berangkat dari Densus, Interpol, Divisi Hubungan Internasional dan instansi terkait,” kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Anton Bachrul Alam.
“Ada ciri khas fisik yang kita tahu persis. Misalnya, bentuk wajah, hidung, dan sebagainya,” kata Anton. Umar Patek yang juga punya nama alias Zacky itu sudah dinyatakan buron sejak tahun 2002. Dia diduga bersama Dulmatin (tewas Maret 2010 di Ciputat) ikut merencanakan pengeboman Bali termasuk merakit pemantik dalam bom jaringan Amrozi cs.
Gembong teroris itu ternyata tidak seorang diri saat ditangkap Pakistan State Intelligence Service. Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutanto mengungkapkan, perakit firing device bom Bali I itu sedang bersama istrinya saat harus mengakhiri pelariannya.
“Satu (orang) saja, istrinya,” kata Sutanto sebelum mengikuti sidang kabinet di Kantor Presiden, kemarin (31/3). Dia menyebutkan, istri Umar Patek itu juga memiliki kewarganegaraan Indonesia. “Saya lupa. Nantilah itu,” elaknya saat ditanya inisial istri Umar Patek.
Sempat terjadi perlawanan dari Umar Patek sebelum ditangkap. Selain melukai teroris yang sempat bersembunyi di Mindanao, Filipina Selatan, insiden baku tembak itu juga melukai aparat Pakistan. “(Umar Patek) dalam keadaan luka, sekarang masih dalam perawatan,” katanya.
Menurut Sutanto, dari foto yang disampaikan memang identik dengan Umar Patek yang menjadi buronan senilai USD 1 juta. “Tapi kita harus cek yang lainnya. Nanti pihak kepolisian yang akan menangani, BIN hanya awalnya saja,” tutur mantan kapolri itu.
Dia mengatakan, saat menerima informasi dari Pakistan, pihaknya langsung mengirimkan tim untuk memastikan benar tidaknya Umar Patek tertangkap. Hal itu juga dicocokkan dengan informasi yang dimiliki oleh kepolisian. “Sudah berangkat beberapa hari lalu,” ucapnya.
Sutanto enggan merinci kronologis otoritas Pakistan bisa menemukan Umar Patek. Namun dia akan mendalami latar belakang Umar Patek masuk ke Pakistan.
Umar Patek juga akan menjalani proses hukum terkait dengan perlawanan saat hendak ditangkap. “Di sana dia juga melakukan pelanggaran hukum. Kita juga harus menghormati sistem hukum yang berlaku di Pakistan,” urai jenderal purnawirawan polisi kelahiran Pemalang, Jateng itu.
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan, terkait dengan ekstradisi Umar Patek, nantinya bergantung pada BIN dan kepolisian yang melakukan pembahasan di Pakistan. “Semua akan satu persatu tahapannya. Pertama tahap identifikasi, konfirmasi, kemudian selanjutnya aparat penegak hukum kita akan pastikan yang akan dilakukan,” kata Marty.
Kapolri Jenderal Timur Pradopo mengatakan, hingga kini pihaknya masih menunggu hasil dari tim yang diberangkatkan ke Pakistan.
Di bagian lain, Abu Bakar Ba’asyir meragukan penangkapan Umar Patek di Pakistan. Saat ditemui setelah menghadiri sidang di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Ba’asyir mengatakan sangat janggal bila buron teroris sekelas Umar Patek yang diburu banyak negara bisa dengan mudahnya berkeliaran dari negara satu ke negara lain.
“Itu kan nggak masuk akal,” kata Ba’aysir. Dia pun merasa aneh, bagaimana bisa Umar Patek tertangkap di Pakistan. Padahal, lanjut Ba’asyir, Umar Patek adalah buron yang terlibat dalam kasus bom Bali yang seharusnya pergerakannya sangat dibatasi.
Tapi Ba’asyir, buru-buru membantah bahwa dirinya kenal dengan Umar Patek. Mantan amir Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) itu mengaku hanya pernah mendengar Umar Patek pernah tinggal di Filipina. “Kalau lihat fotonya saya juga tentu kenal. Namanya juga aneh, Patek,” kata dia.
Namun berdasarkan informasi yang dikumpulkan koran ini, selain dikenal sebagai teroris kelas kakap yang terkait peristiwa bom Bali I 2002, Patek merupakan tokoh penting dalam jaringan Jamaah Islamiah (JI) dan faksi Abu Sayyaf Filipina. Umar pun lama menetap di Mindanao Filipina Selatan dan menikahi menikahi muslimah suku Moro.
Nah, Ba’asyir sendiri dikenal sebagai mantan pemimpin Jamaah Islamiah (JI). “Mereka saling kenal. Umar selalu memberi laporan perkembangan kamp latihanya di Filipina kepada Ba’asyir,” kata seorang sumber di lingkungan Mabes Polri. (kuh/fal/jpnn)