MEDAN- Berdasarkan data SKA (Surat Keterangan Asal), pada periode April 2012 dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, ekspor kopi Sumut mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan adanya prinsip para importir yang mengangap harga biji kopi terutama untuk jenis Arabica asal Sumut tinggi. Sehingga mereka lebih membeli sekedarnya atau ala kadarnya saja.
“Iya memang ada penurunan. Hal ini karena harga kopi kita cukup tinggi, sehingga mereka hanya membeli sesuai kebutuhan, tidak lagi untuk stok,” ujar Kasi Ekspor Hasil Pertanian dan Pertambangan Subdinas Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Utara, Fitra Kurnia.
Penurunan ekspor ini mencapai 9,0 persen.
Dimana pada 2012 ini, ekspor kopi arabica mencapai US$111,688 atau volume sebesar 17 ton. Sedangkan periode yang sama pada tahun sebelumnya, ekspor dengan nilai US$. Fitra menjelaskan, walau ekspor kopi turun, tetapi tidak memberikan dampak pada petani kopi, dikarenakan permintaan kopi didalam negeri juga cukup tinggi. Selain itu, saat ini petani juga sudah mengetahui harga pasaran internasional. “Apalagi untuk jenis kopi Gayo, Mandailing, dan Toraja dipastikan harga sudah diketahui oleh petani,” ungkap Fitra.
Untuk stok, para eksportir lebih memblending kopi yang berasal dari negara lain, seperti kopi Columbia, Brazil, dan lainnya. “Jadi pada umumnya importir memblending kopi dari negara lain, untuk menutupi stok mereka,” tambahnya.
Sementara itu, menurut Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesi (AEKI) Sumut, Andryanus, untuk pengeksporan kopi Sumut selama bulan April ini tidak menurun, karena sudah ada perjanjian baru dengan importir. (ram)