26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Nelayan Tradisional Memprihatinkan

MEDAN- Miris melihat keberadaan nelayan tradisional di Sumatera Utara (Sumut). Karena kondisinya masih sangat memprihatinkan.
Mayoritas nelayan tradisional di Sumut, hidup dalam kemiskinan. Tidak hanya sampai di situ saja, para nelayan tradisional itu hanya memiliki tingkat pendidikan yang terbilang rendah, dan malah ada yang tidak pernah mengenyam dunia pendidikan.

Kondisi dan kenyataan itu, dikemukakan pengurus Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Persatuan Nelayan Tradisional Indonesia (PNTI) Sumut kepada Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Gatot Pujo Nugroho, di gubernuran, Jalan Sudirman Medan, Rabu (23/5).
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PNTI,  FS Sahabuddin, mengatakan sistem tradisional yang masih di gunakan oleh sebagian besar nelayan di Sumut dan Indonesia, bukanlah sistem yang buruk.

Sebab sistem tradisional mempunyai kearifan dan memungkinkan nelayan untuk sejahtera. Namun, bila sistem itu kembali ditata ulang. Untuk mewujudkan itu, dibutuhkan perhatian dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu), karena sejauh ini pada kenyataannya masih dirasa perhatian yang diberikan sangatlah kurang.

Wakil Ketua Umum DPP PNTI Nasrudin Budiman, menambahkan penataan yang baik terhadap nelayan tradisional bisa di lakukan seperti di luar negeri, contohnya negara korea dan Jepang yang mereformasi pengelolaan nelayan.(ari)

MEDAN- Miris melihat keberadaan nelayan tradisional di Sumatera Utara (Sumut). Karena kondisinya masih sangat memprihatinkan.
Mayoritas nelayan tradisional di Sumut, hidup dalam kemiskinan. Tidak hanya sampai di situ saja, para nelayan tradisional itu hanya memiliki tingkat pendidikan yang terbilang rendah, dan malah ada yang tidak pernah mengenyam dunia pendidikan.

Kondisi dan kenyataan itu, dikemukakan pengurus Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Persatuan Nelayan Tradisional Indonesia (PNTI) Sumut kepada Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Gatot Pujo Nugroho, di gubernuran, Jalan Sudirman Medan, Rabu (23/5).
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PNTI,  FS Sahabuddin, mengatakan sistem tradisional yang masih di gunakan oleh sebagian besar nelayan di Sumut dan Indonesia, bukanlah sistem yang buruk.

Sebab sistem tradisional mempunyai kearifan dan memungkinkan nelayan untuk sejahtera. Namun, bila sistem itu kembali ditata ulang. Untuk mewujudkan itu, dibutuhkan perhatian dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu), karena sejauh ini pada kenyataannya masih dirasa perhatian yang diberikan sangatlah kurang.

Wakil Ketua Umum DPP PNTI Nasrudin Budiman, menambahkan penataan yang baik terhadap nelayan tradisional bisa di lakukan seperti di luar negeri, contohnya negara korea dan Jepang yang mereformasi pengelolaan nelayan.(ari)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/