Berkunjung ke Raja Ampat, Wisata Dunia yang Terbentuk sejak 15 Juta Tahun Lalu (1)
Indonesia tak hanya memiliki Pantai Kuta di Bali atau Pantai Senggigi di Lombok serta Bunaken di Manado. Kelak destinasi turis dunia akan semakin melirik Raja Ampat. Sebuah wisata geo park yang langka dan masih perawan. Seperti apa Raja Ampat yang disebut perfect island oleh
para diver dunia itu?
IRZAN ASLAM, Raja Ampat
Mentari mulai terlihat di ufuk Timur Papua. Kapal perang milik TNI AL KRI Banjarmasin 592 yang mengangkut rombongan Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) mulai merapat ke perairan Kepulauan Raja Ampat, sebuah kabupaten baru di Provinsi Papua Barat. Puluhan kru kapal pengangkut kendaraan militer dan logistik itupun mulai sibuk di sana-sini. Yang paling repot adalah pasukan di bagian buritan kapal yang menyiapkan dua unit kapal kecil berukuran lima meter bernomor lambung 592-1 dan 592-2. Masing-masing kapal hanya bisa memuat 20 orang.
Kapal itu pula yang bisa mengangkut rombongan dari KRI Banjarmasin ke pantai Pulau Wayag, salah satu destinasi utama di Kepulauan Raja Ampat. Maklum, kapal berukuran jumbo tentu tidak akan bisa merapat ke perairan dangkal dan penuh dengan coral reef yang masih perawan.
Usia Raja Ampat sebenarnya baru 9 tahun. Namun, pesona alamnya yang aduhai membuat ribuan turis asing dan domestik mulai melirik wilayah pecahan Kabupaten Sorong ini. Wisata alamnya tidak hanya menawarkan pesona alam di daratan, namun pemandangan bawah lautnya pun sangat unik dan langka. Belum lagi hewan-hewan endemik yang terdapat di daratan maupun perairannya.
Adalah Annette (25), fotografer profesional asal Jerman yang mengaku takjub dengan keindahan alam Raja Ampat. Dia sudah empat minggu berada di Waisai dan Wayag. Waisai adalah ibu kota Kabupaten Raja Ampat. Dirinya sama sekali tak percaya, ada tempat diving semacam ini. Dia tak pernah menemukan di belahan dunia manapun. “Indah sekali, seperti berada dalam surga. Februari tahun depan saya akan kesini lagi,” katanya.
Annette pantas takjub. Raja Ampat memiliki kekayaan alam bawah laut terkaya di dunia. Sebanyak 80 persen spesies laut dunia berada di wilayah yang berbatasan dengan Halmahera ini. Kepulauan pun berjejer melingkar dengan rapi. Bakosurtanal TNL AL menyebut, Raja Ampat memiliki 1.844 pulau. Umumnya berbentuk lime stone, seperti buah lemon yang lonjong dan mengerucut di puncaknya.
Bukan itu saja, perairan bawah lautnya memiliki 553 spesies koral, batuan karang yang indah. Dihuni oleh 1.432 spesies ikan. Jumlah ini merupakan tertinggi di dunia. Bukan itu saja, perairan ini juga terdapat 499 jenis mollusca (hewan bertubuh lunak seperti ubur-ubur) serta 16 jenis cetaceae (ikan berjenis mamalia seperti paus dan lumba-lumba). Adalagi satu jenis dugong atau ikan duyung yang langka. Hewan laut yang endemic yakni hiu karpet, hiu dengan kumis di bibirnya serta walking shark, atau hewan yang yang dapat berjalan dengan gerakan sirip kiri dan kanannya.
Tak hanya itu, pulau seluas 753 meter persegi ini juga memiliki pesona indah di dalam hutannya yang masih perawan. Beberapa hewan endemik itu antara lain, cendrawasih merah dan maleo waigeo. “Raja Ampat tidak hanya menawarkan keindahan daratan, namun kami kami memiliki pesona bawah laut yang sangat tak dapat ditemukan di daerah lainnya. Wilayah ini masih perawan dan sama seperti aslinya sejak 15 juta tahun lalu,’’ kata Yusdi N. Lamatenggo, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat kepada INDOPOS (grup Sumut Pos), Minggu (3/6).
Yusdi mengatakan, sejak dua tahun terakhir, pihaknya memang tengah menggenjot pariwisata di wilayahnya. Tak hanya potensi bawah laut dan atraksi budayanya yang unik, dia mengaku juga akan terus memperkenalkan potensi kayaking yang seru. Beberapa lokasi di Raja Ampat yang dipakai untuk kayaking adalah Wayag, Kabui, dan lainnya. “Kami juga memiliki hidden bay, teluk tersembunyi yang lokasinya tidak jauh dari Waisai. Teluknya dikelilingi oleh lime stone yang unik,” katanya.
Untuk melihat pemandangan unik, tak hanya bisa dilihat dari atas kapal. View terbaik bisa disaksikan dari salah satu puncak atol (batuan karang yang menjulang tinggi di atas permukaan laut). Sebanyak 80 deretan atol yang berbentuk formasi cars dapat menjadi pilihan untuk dinaiki. Dari salah satu atol bernama Wayag, dapat dilihat ke dua sisi gugusan pulau.
INDOPOS pun mencoba naik ke atas Pulau Wayag. Batuan karang setinggi 174 meter itu merupakan batuan karang yang sangat keras dan licin. Butuh waktu sekitar 20 menit untuk mencapai puncak Wayag dengan kemiringan 85 derajat. Tak hanya itu, puncak Wayag juga sangat licin dan curam. Dari lokasi inilah para fotografer profesional mengabadikan momen terbaiknya. ’Wayag biasa dikunjungi para turis asing, karena view 360 derajat terlihat dari sini,’’ kata Yusdi.
Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Helmy Faishal Zaini yang ikut naik ke puncak Wayag juga mengaku sangat kagum. Dia mengatakan, sudah selayaknya Raja Ampat terus digenjot segala fasilitasnya agar sangat layak sebagai destinasi wisata dunia. Kata Helmy, masalah paling krusial di Raja Ampat adalah masalah transportasi. Sejauh ini, lanjut dia, mahalnya biaya sewa kapal dan biaya bahan bakar minyak (BBM) dua kali lipat dari Pulau Jawa. “Kami tengah memikirkan untuk menyumbang kapal-kapal kecil untuk mengembangkan potensi wisata di daerah tertinggal seperti di Raja Ampat,” kata Helmy.
Untuk mengunjungi Raja Ampat, membutuhkan biaya tidak sedikit. Turis dari Jakarta, harus terbang terlebih dahulu ke Makassar, baru tiba di Bandara Domine Edward Osok, Sorong. Dari Sorong baru ke Raja Ampat dengan menempuh perjalanan sekitar 3 jam. Dari Raja Ampat bisa menyewa speed boat untuk mengunjungi gugusan atol. Yang paling mahal adalah menyewa speedboat. Pengelola speedboat mematok harga Rp20 juta untuk seharian jalan mengelilingi pulau.
Maklum, seliter bensin di Raja Ampat seharga Rp10 ribu. Sekali jalan butuh 1.000 liter. “Itu belum termasuk biaya guiding, sewa alat selam dan pemondokan,” kata Yusdi. “Rata-rata turis di Raja Ampat menghabiskan dana Rp25 juta-Rp30 juta untuk masa tinggal tujuh hingga 10 hari,” katanya.
Ya, untuk mencapai surga dunia itu memang sangat mahal. Biayanya jauh lebih mahal dari destinasi wisata dari Jakarta ke Hongkong sekalipun. Juga lebih mahal dari berangkat haji! (bersambung)