JAKARTA-Sejumlah terduga teroris yang memiliki aset besar di Medan, yang Kamis (21/6) lalu disita tim Densus 88, merupakan bagian dari jaringan teroris yang terus bergerak dengan sarana utama internet. Dan, kelompok ini terkait dengan kelompok di Afghanistan.
Setidaknya hal ini diungkapkan pengamat terorisme Nurhuda Ismail. Dia mengatakan kelompok ini dikenal dengan sebutan kelompok internistan. “Yang punya kemampuan membangun jaringan dan menggalang dana lewat internet. Kelompok ini masih terkait dengan kelompok di Afghanistan, maka dikenal dengan sebutan internistan,” ujar Nurhuda Ismail kepada Sumut Pos, Jumat (22/6).
Kelompok ini, lanjutnya, dibekali dengan peralatan teknologi informasi yang canggih. Jika saat ini di masyarakat Indonesia masih ngetren BlackBerry (BB), kata Nur, kelompok ini sudah punya sarana yang teknologinya di atas BB. “Mereka biasa menggunakan card change,” ujarnya.
Dijelaskan, setelah Imam Samudra dieksekusi, jaringan kelompok ini menggunakan ide-ide yang lebih canggih, baik untuk kepentingan perekrutan maupun penggalangan dana. Model mencari dana dengan cara fa’i, misal dengan merampok toko emas di Serang, Banten, seperti dilakukan Imam Samudra dkk untuk mendanai serangan bom Bali I, sudah mulai ditinggalkan.
“Cara dengan menggunakan internet diangap paling masuk akal. Modus cyber crime, mulai untuk transaksi pembelian alat-alat, belajar merakit bom, hingga pengumpulan dana, termasuk untuk konsolidasi internal,” beber Nurhuda.
“Bahkan mencari terget pun dengan search google, seperti dilakukan Peppy,” imbuhnya lagi.
Apakah sumber pendanaan langsung dari donatur sudah terhenti sehingga menggunakan modus cyber crime? Menurut Nur, sumbangan dana cash tetap ada. “Seperti untuk pelatihan di Aceh, itu kan dari sumbangan pengajian, infaq, dan sejenisnya,” ujar Nur.
Selain membeli sejumlah aset di Medan, apakah kelompok ini juga melakukan perekrutan di Medan? Nur menjelaskan, modus membangun jaringan lewat dunia maya tak dibatasi ruang. Artinya, upaya perekrutan dilakukan dimana-mana. “Yang jelas yang disasar (untuk direkrut, Red) adalah kelompok terpelajar, yang melek komputer,” ucapnya, seraya menyebutkan sejumlah alamat situs yang disinyalir sebagai bagian dari gerakan perekrutan kader. Situs-situs itu menampilkan berita-berita yang bersifat doktrinasi.
Sementara, kemarin di Mabes Polri, Jakarta, Kepala Bidang Penerangan Umum Polri, Kombes Pol Boy Rafli Amar memberikan penjelasan kasus penggrebekan di Medan oleh Densus 88 Anti Teror, Kamis (21/6) lalu.
Boy meluruskan sejumlah pemberitaan yang menyebut di Medan juga dilakukan penangkapan. Dijelaskan Boy, Densus 88 datang ke Medan melakukan penyitaan aset-aset yang dimiliki terduga teroris Rizki Gunawan. Tidak ada penangkapan.
Rizki sendiri bersama empat rekannya telah dibekuk di di Jakarta pada 3 Mei 2012. Dijelaskan Boy, Rizki merupakan seorang hacker di dunia maya. Dia diduga telah meraup miliaran rupiah hasil membobol sejumlah situs. Dana ini digunakan untuk operasional gerakan teror.
Selain Rizki Gunawan alias Rizki alias Roni alias Umar alias Udin alias Roni Setiawan, yang dibekuk awal Mei 2012 lantaran diduga terkait dengan aksi bom gereja di Solo, 25 September 2011, adalah Andre Kurniawan alias Andri alias Alan Hendriansyah alias Hendrik alias Sapto Wardoyo alias Lelot, Dedi Irawan alias Arsitek alias Iwan alias Dedi alias Hendrik Pranata alias Deni, Sidik alias Sidik Wirapranata alias Chandra Setiawan, dan Agus Fitrianto alias Agus alias Saifudian alias Koret alias Feri alias Abu Ahyan.
Boy menyebutkan, Rizky merupakan hacker ulung dan berhasil membobol situs Multi Level Marketing (MLM). “Dari aksinya, dia berhasil meraup keuntungan sejumlah uang yang digunakan untuk kegiatan aksi terorisme,” ungkap Boy.
Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Saud Usman Nasution, menyebut, cara yang digunakan adalah mencuri poin anggota yang masuk jaringan MLM tersebut. “Mencuri poin anggota di situs itu,” singkat Saud.
Hasil kejahatan cyber crime itulah, lanjut Boy, diantaranya Rp5,93 miliar digunakan untuk memberi sejumlah aset di Medan, yakni rumah, ruko, kendaraan dan alat-alat elektronik. Aset-aset itulah yang disita Densus 88.
Dirinci Boy, aset yang disita itu adalah ruko tiga lantai yang terletak di Azam Square, satu umah di Jalan Karya Kasih, satu rumah di Jalan Ekawarni nomor 4 Medan.
Selain itu, satu ruko di Jalan Jenderal Sudirman, satu mobil Daihatsu, satu mobil Toyota Avanza, satu mobil pickup Mitsubishi, satu unit motor Kawasaki Ninja, dua unit sepeda motor Yamaha Jupiter, satu unit sepeda motor Yamaha Vega, satu unit sepeda motor Honda Supra, dua Unit, dan sepeda motor Honda Vario.”Juga sejumlah peralatan elektronik yang nilainya sekitar Rp 36 juta, yang dibeli dari Hongkong melalui website,” imbuh Boy.
Terkait dengan dibobolnya situs perusahaan MLM, pakar IT Arjuna Siregar di Jakarta, menjelaskan, kemungkinan modus yang digunakan adalah mengganti nomor rekening para anggota MLM yang sudah di posisi top level (up line).
Tentunya, dipilih para up line yang sudah punya down line cukup banyak. “Dengan mengganti nomor rekening para upline ini, otomatis keuntungan yang dipasok dari para down line ini masuk ke rekening itu. Database MLM itu diubah dulu. Kemungkinan modus itu yang dipakai,” ujar Arjuna. (sam)